Senin, 09 Juni 2014

Pendekatan Manajemen Kelas



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa saja pendekatan yang digunakan dalam manajemen kelas?
2.      Bagaimana metode yang tepat dalam manajemen kelas?
3.      Bagaimana kefektifan pendekatan dan metode dalam manajemen kelas?
4.      Apa saja aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas?
C.       Tujuan
1.      Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas.
2.      Mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan dalam manajemen kelas.
3.      Mengetahui kefektifan pendekatan dan metode dalam manajemen kelas.
4.      Memahami aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas.


BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pendekatan Manajemen Kelas
Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. (Djamarah 2006:179 dalam http://meilanikasim.wordpress.com/ 2010/04/ 12/makalah-manajemen-kelas/)
Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pendekatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.      Pendekatan Manajerial
Upaya penyelenggaraan pembelajaran dengan menitikberatkan pada upaya guru untuk mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai dengan persepsi guru terhadap siswa, dengan kata lain pendekatan ini dipilih berdasar orientasi guru dan ketercapaian target kurikulum yang harus diselesaikan. Pendekatan ini meliputi:
a.      Pendekatan Kekuasaan atau Otoriter
Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
1)      Perintah dan Larangan
Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.
Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bers
ikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat.
2)      Penekanan dan Penguasaan
Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.
3)      Penghukuman dan Pengancaman
Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi.
Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:
1)      Menetapkan dan menegakkan peraturan
Kegiatan  yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa.

2)      Memberi perintah, pengarahan, dan pesan
Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat melakukan sesuai yang diinginkan guru.
3)      Menggunakan teguran ramah
Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan maksud untuk memberitahukan bukan menuduh.
4)      Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati
Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.
5)      Menggunakan pemisahan dan pengucilan
Strategi guru dalam nemerespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya cukup berat.
b.      Pendekatan Ancaman atau Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaaan, ancaman, serta menyalahkan. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras.
Penggunakan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan siswa.
c.       Pendekatan Kebebasan atau Permisif
Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.
d.      Pendekatan Demokratis
Pendekatan ini boleh dikatakan perpaduan kebaikan antara otoriter dan permisif. Pembelajaran berada pada kendali guru, namun siswa diberi kebebasan untuk berkreasi sehingga siswa tumbuh dan berkembang secara maksimal tetapi tetap dalam kontrol dan arahan dari guru.
Guru dapat membantu dan mengarahkan siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada saan tertentu guru membebaskan siswa bertingkah laku, namun jika dipandang membahayakan dan menyimpang dari garis perkembangan pada umumnya guru dapat melarang.
e.       Pendekatan Resep atau Buku Masak
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi.
f.        Pendekatan Instruksional
Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa.
Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:
1)      Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas
2)      Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.
3)      Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.
4)      Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.
5)      Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh-sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.
6)      Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya.
7)      Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.
8)      Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.

g.      Pendekatan Transaksional
Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam aplikasinya, guru merinci tujuan pembelajaran khusus dalam bentuk tugas-tugas yang dibicarakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan intelektual.
2.      Pendekatan Psikologikal
Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Suparno (1998: 92, dalam Y. Padmono, 2011) menyatakan ada tiga pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:
a.      Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan untuk menghindarinya sebagai penguatan negatif. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.

Perubahan tingkah laku menurut A. Workman (dalam Y. Padmono, 2011) modifikasi perilaku dengan metode eksternal untuk memengaruhi perilaku siswa dilakukan dengan teknik:
1)      Penguatan positif (positive reinforcement); menunjukkan pada anak sesuatu yang diinginkan anak sehubungan dengan tindakan yang baik, misalnya: hadiah, diberi waktu bebas.
2)      Penghapusan waktu (time out); menghilangkan suasana lingkungan yang menyenangkan yang sedang dinikmati siswa karena perilakunya yang kurang tepat, misalnya: menghapuskan waktu istirahat karena terjadi pertengkaran.
3)      Jawaban merugikan (response cost); mengurangi hadiah yang sebenarnya diterima anak karena tindakannya yang kurang tepat, misalnya: menghilangkan waktu bebas 10 menit karena siswa mengucapkan kata yang tidak senonoh.
4)      Pemberian bantuan (Promting); membuat situasi sehingga tindakan yang tepat dapat ditampilkan oleh anak, misalnya: dengan memberikan perintah yang jelas untuk melakukan suatu tugas.
5)      Penghapusan bantuan (fading); sedikit demi sedikit menghapuskan “Promt” setelah anak memperbaiki perilakunya, misalnya: anak yang semula menulis dengan bantuan ketika keterampilannya semakin bertambah, maka bantuan semakin dikurangi.
6)      Pemberian contoh (Modeling); memusatkan perhatian anak pada contoh tindakan yang tepat, misalnya: ada siswa yang berperilaku baik, maka guru menunjukkannya di depan kelas.
Strategi yang dapat diterapkan dalam strategi ini antara lain:
1)      Mempergunakan model; suatu proses yang dilakukan guru melalui tingkah laku yang dilakukan dalam menampilkan nilai dan sikap yang dikehendaki untuk dimiliki dan ditampilkan oleh siswa.
2)      Mempergunakan pembentukan; strategi ini dipergunakan untuk mengembangkan perilaku yang baru.
3)      Mempergunakan sistem hadiah; strategi ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok siswa.
4)      Mempergunakan kontrak perilaku; dengan kontrak perilaku, maka siswa yang menyimpang dari ketentuan akan mendapat konsekuensi sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.
5)      Mempergunakan jatah kelompok; menggunakan prosedur dengan konsekuensi penguatan atau hukuman tidak hanya bergantung pada perilaku pribadi siswa, melainkan juga pada perilaku kelompoknya.
6)      Mempergunakan penyuluhan perilaku; penyuluhan ini dimaksudkan untuk membantu siswa yang berperilaku menyimpang agar perilaku yang tidak sesuai tersebut dapat diusahakan perubahannya.
7)      Mempergunakan pemantauan sendiri; pemantauan yang sistematis akan meningkatkan kesadaran siswa terhadap perilaku yang diharapkan dihilangakan.
8)      Mempergunakan pemberian isyarat; suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau nonverbal yang dilakukan oleh guru pada siswanya.
b.      Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas.
Dalam hal, ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antarpribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, maka guru harus mempunyai sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
Prinsip utama komunikasi bagi guru yaitu berbicara pada situasi, bukan pada kepribadian dan karakter siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak diinginkan, guru disarankan untuk mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, baru kemudian merefleksikan mengapa siswa berperilaku seperti itu dan memikirkan apa yang perlu diperbuat.
c.       Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
Menurut Schmuk (dalam Y. Padmono, 2011) untuk mengelola kelas diperlukan adanya:
1)      Pengharapan; jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik.
2)      Kepemimpinan; guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan kemampuan kepemimpinan.

3)      Daya tarik; mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan di antara anggota kelompok.
4)      Norma-norma; norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
5)      Komunikasi; guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi tertentu, mengoreksi kata-kata, dan memberi umpan balik.
6)      Kesatuan; kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru sangat tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan kelompok kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering menggunakan arus komunikasi dua arah.
d.      Pendekatan keterlibatan Aktif
Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola sehingga menjadi interaksi yang produktif. Interaksi yang produktif menuntut individu terlibat aktif dalam interaksi tersebut.
Berbagai bentuk kegiatan belajar aktif yang dapat dikembangkan, misalnya:
1)      Kegiatan penyelidikan; membaca, wawancara
2)      Kegiatan penyajian; laporan, membuat grafik dan chart
3)      Kegiatan latihan mekanis; digunakan jika kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-latihan.
4)      Kegiatan apresiasi; mendengarkan musik, memperhatikan gambar
5)      Belajar dalam kelompok; latihan dalam tata kerja demokratis
6)      Percobaan; belajar mencoba cara-cara mengerjakan sesuatu
7)      Kegiatan mengorganisasi dan menilai; deskriminasi, seleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan yang dikerjakan mereka sendiri.
e.       Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan penggunaannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Selain pendekatan manajerial dan psikologikal, juga ada beberapa pendekatan lain, yaitu:
1.      Pendekatan Konseling
Dalam pendekatan ini, siswa digiring kesadarannya untuk tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan mengembangkan rencana-rencana untuk mengurangi kecenderungan tindakan-tindakan yang tidak produktif. Guru berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis.
2.      Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru
Fokus utama pendekatan ini terletak pada perilaku efektif  guru dalam mengelola perilaku dan perbuatan siswa, khususnya berkaitan dengan:
a.       Keterampilan-keterampilan guru dalam mengorganisasikan dan mengelola aktivitas kelas
b.      Keterampilan-keterampilan guru dalam menyajikan material belajar
c.       Hubungan guru-siswa
3.      Pendekatan Kontingensi
Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan organisasi karena tidak ada satu pun teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap situasi dan kondisi.

B.       Metode Manajemen Kelas
Metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif.
Metode adalah perancangan lingkungan belajar yang mengkhususkan aktivitas, dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak menutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif. Beberapa metode pembelajaran yang perlu dikuasai seorang guru adalah sebagai berikut:
1.      Metode ceramah
Ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam proses pembelajaran berupa interaksi melalui penuturan lisan dari guru kepada siswa. Guru menyajikan bahan melalui penuturan atau penjelasan lisan secara langsung pada siswa mengenai sesuatu topik. Persiapan pada penerapan metode ceramah:
a.       Rumuskan tujuan instruksional (TIU dan TIK) dari materi,
b.      Buat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa catatan kecil yang dijadikan pegangan guru sewaktu berceramah,
c.       Kuasai dengan baik materi yang tercakup dalam TIK tersebut, plus segenap variasinya,
d.      Jika ada variasi dengan metode perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan dengan metode lainnya,
e.       Siapkan media pembelajaran dengan baik yang dipandang sangat tepat untuk menunjang percepatan pemahaman siswa terhadap materi.
Hal yang perlu diperhatikan :
a.       Guru menjadi satu-satunya pusat perhatian karena itu sebelum berceramah perlu koreksi diri seperti, pakaian, gerak-gerik, gaya, dan sebagainya. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang aneh dan mengundang keributan,
b.      Tunjukkan apa yang ingin dicapai dari ceramah ini, mulai dari yang umum menuju ke yang khusus, dari yang sederhana ke yang rumit,
c.       Sampaikan garis besar bahan ajar, secara lisan ataupun yang tertulis,
d.      Hubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa,
e.       Berikan contoh-contoh ataupun ilustrasi yang mudah dipahami siswa mengenai hal yang sulit,
f.       Sesekali perlu humor,
g.       Arahkan perhatian pada seluruh siswa,
h.      Suara bervariasi dengan penekanan-penekanan pada tempatnya dan hindari monotonus.
2.      Metode Tanya Jawab
Tanya jawab dapat bersifat timbal-balik (dari guru ataupun siswa) demi pencapaian tujuan pembelajaran. Pertanyaan dari guru disesuaikan dengan kemampuan siswa demi pencapaian tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini tujuan utamanya melatih siswa untuk mendengarkan dengan baik, menangkap dan merespon persoalan dengan tepat (belajar berpikir). Jenis pertanyaannya berupa tingkat sedernana dan kompleks (higher order questioning).
Kriteria pertanyaan:
a.       Ringkas dan jelas sesuai dengan kemampuan berpikir siswa
b.      Memberi acuan, yaitu uraian singkat tentang apa yang ditanyakan disusul dengan pertanyaannya
c.       Menggiring dan memusatkan jawaban pada jawaban yang benar (metode Socratis)
3.      Metode Demonstrasi
Metode ini termasuk metode yang paling sederhana dibanding dengan metode lainnya. Guru mendemonstrasikan/ memperlihatkan suatu proses, peristiwa, cara kerja suatu alat dan lain-lain kepada siswa. Agar efektif perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Buat perencanan yang matang sebelum pembelajaran dimulai, utamanya persiapkan fasilitas yang akan digunakan,
b.      Rumuskan tujuan pembelajaran dan pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan,
c.       Tetapkan apakah demonstrasi yang dimaksud akan dilakukan oleh guru ataukah oleh siswa, ataukah oleh guru kemudian diikuti siswa,
d.      Buat garis besar langkah-langkah demonstrasi,
e.       Ciptakan suasana yang tenang dan menarik,
f.       Upayakan partisipasi aktif dari seluruh siswa,
g.       Lakukan evaluasi tentang efektifitas proses dan hasilnya,
h.      Untuk mengetahui hasilnya berikan tugas pada siswa.
4.      Metode Penemuan (discovery/inquiry)
Discovery; menemukan jawaban berdasar acuan yang telah ada. Inquiry; penemuan sesuatu secara orisinil dan mandiri ( tanpa mengikuti acuan yang ada). Dalam metode ini dikenal dengan apa yang disebut five steps of thinking (John Dewey dalam http://tugino230171.wordpress.com /2011/01/08/metode-metode-pembelajaran/): Metode ini juga sering disebut metode pemecahan masalah, intinya :
a.       Merumuskan masalah,
b.      Menemukan beberapa alternatif pemecahan,
c.       Memilih alternatif yang terbaik,
d.      Mencoba memecahkon masalah dengan alternatif pilihan,
e.       Mengevaluasi hasilnya dan melakukan balikan,
5.      Metode karya wisata
Metode ini juga biasa disebut metode proyek. Intinya :
a.       Merancang sebuah perjalanan wisata
b.      Mengidentifikasi dan menetapkan obyek observasi
c.       Menetapkan rancangan observasi
d.      Mencatat/membuat rekaman proses dan hasil observasi,
e.       Melaporkan dan mendiskusikan hasil observasi (di kelas)
f.       Membuat kesimpulan.
6.      Metode pemberian tugas resitasi
Metode ini merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan jalan guru memberikan tugas kepada siswa secara individual ataupun kelompok untuk dikerjakan dikelas ataupun di rumah. Hasilnya dikoreksi oleh guru ataupun oleh siswa bersama-sama di kelas. Yang perlu diperhatikan :
a.       Tugas direncanakan secara jelas dan sistematis terutama tujuannya dan cara mengerjakannya
b.      Hal tersebut perlu dikomunikasikan kepada siswa sehingga mereka menerima dengan baik
c.       Untuk jenis tugas kelompok diupayakan agar anggota kelompok terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas terutama jika tugas harus dikerjakan di luar kelas
d.      Guru perlu mengontrol proses penyelesaian tugas, utamanya jika di dalam kelas guru berkeliling memberi bimbingan dan motivasi
e.       Hasil di evaluasi dengan memperhatikan bukan saja hasiInya melainkan juga prosesnya.
7.      Metode diskusi
Diskusi diartikan sebagai percakapan resiprokal (pertanyaan dan jawaban timbal balik) seputar permasalahan yang ingin dipecahkan. Hal yang perlu diperhatikan:
a.       Rumuskan tujuan dan masalah yang dijadikan topik diskusi (sesuai dengan materi kurikulum)
b.      Siapkan prasarana dan sarana yang diperlukan untuk diskusi
c.       Tetapkanlah peran siswa dalam diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilakukan
d.      Berikan pengarahan kepada siswa secukupnya agar mereka melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan diskusi
e.       Ciptakan suasana yang kondusif sehingga siswa terdorong mengemukakan pendapat secara bebas terarah pada pemecahan masalah
f.       Berikan kesempatan secara merata kepada siswa agar diskusi tidak didominasi oleh beberapa orang saja
g.       Penyelenggaraan diskusi sesuaikan dengan waktu yang disediakan
h.      Guru seyogyanya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motifator dan evaluator terhadap jalannya diskusi
i.        Diskusi diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari apa yang dibicarakan, sesuai dengan topik. Seyogyanya oleh siswa di bawah bimbingan guru.


8.      Metode Sosio Drama
Inti Sosio drama atau role playing adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan peristiwa sosial. Dalam konteks ini diartikan cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara mempertontonkan/ mendramatisasikan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam hubungan sosial. Siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung masalah dan cara pemecahannya.
Manfaat metode sosio drama:
a.       Siswa belajar mengingat, memilih dan menghayati bahan yang akan didramatisasikan dalam konteks keseluruhan cerita sebagai kebulatan
b.      Siswa terlatih berinisiatif dan berkreasi serta mendramatisasikan dalam pentas sesuai dengan waktu yang tersedia
c.       Terbina bahasa yang baik, spontan dan komunikatif
d.      Bakat yang terpendam dapat dipupuk dan diaktualisasikan serta terbuka kemungkinan bagi pengembangannya di kemudian hari melalui kegiatan ekstrakulikuler yang kemungkinan besar bisa menjadi bekal kerja.
Kelemahan metode sosio drama:
a.       Tidak semua semua memperoleh kesempatan
b.      Banyak memakan waktu
c.       Tidak semua guru sanggup melaksanakan.
9.      Metode kerja kelompok
Manusia adalah makhluk sosial di samping sebagai individu. Kemampuan hidup berkelompok dengan modal sosialitas perlu dikembangkan. Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran untuk memupuk kembangkan hasrat sosial/kemampuan hidup bermasyarakat. Belajar dengan model ini dapat mengembangkan kebutuhan tersebut. Wujudnya bisa kelas sebagai kelompok ataupun kelas dibagi atas beberapa kelompok.

Manfaatnya metode kerja kelompok:
a.       Membiasakan siswa bekerjasama, mengembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab bersama secara kolektif
b.      Menanamkan kesadaran tanggung jawab diri sesuai dengan status
c.       Mengembangkan jiwa kompetitif yang sehat dan semangat belajar
d.      Mengembangkan jiwa kepemimpinan.
Kelemahan metode kerja kelompok:
a.       Membentuk kelompok yang baik tidak mudah, baik kelompok homogen maupun yang heterogen. Guru harus memiliki data yang cukup tentang sifat siswa
b.      Pemimpin kelompok terkadang sulit mengendalikan kemauan anggota.
10.  Metode Latihan
Pendekatan ini yang intinya adalah drill atau training sangat cocok untuk menanamkan kebiasan-kebiasan tertentu (habit training) seperti ketangkasan, ketepatan, keterampilan dan lain-lain dari apa yang telah dipelajari.
Manfaat metode latihan yaitu kebiasaan yang dilatih dengan metode ini akan meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan sesuatu (otomatisme), yang hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelemahan metode latihan:
a.       Kebiasaan yang otomatis dapat menghambat perkembangan inisiatif karena siswa banyak dibiasakan kepada konformitas dan uniformitas
b.      Menimbulkan kebosanan karena sifatnya yang monoton
c.       Membentuk kebiasaan yang kaku karena mereka terbiasa memberikan respon secara otomatis tanpa berfikir.
Cara mengatasi:
a.       Obyek latihan dibatasi pada hal-hal yang bersifat otomatis
b.      Latihan harus didudukkan dalam konteks dan makna yang luas
c.       Obyek latihan dipilih yang menarik,
Metode yang dipakai oleh guru dalam kerangka manajemen kelas adalah pendekatan konseling (counseling approach), dimana siswa digiring kesadarannya untuk tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan mengembangkan rencana-rencana untuk meredusir kecenderungan tindakan-tindakan yang tidak produktif. Guru-guru berusaha untuk mengidentifikasi  faktor-faktor penyebab perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis. Fokus kerja bertumpu pada penciptaan interelasi yang memungkinkan tumbuhnya sikap positif, pengembangan konsep diri, perilaku produktif, serta cara belajar yang baik.
Metode behavioristik sangat perlu diterapkan dalam manajemen kelas. Inti metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Sejak tahun 1970-an, pada umumnya pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa.
Disini guru-guru dilatih untuk dapat menerapkan perilaku tepat, untuk melakukan pemerkuatan terhadap perilaku siswa yang tepat pula. Ini biasanya dilakukan guru dengan memaparkan kepada siswa mengenai perilaku yang diharapkan, secara konsisten tidak memberikan toleransi terhadap perilaku yang menyimpang dari kalangan siswa, dan membentuk pemerkuat untuk mengubah perilaku bersamaan dengan aplikasi perilaku tugas. Misalnya gejala siswa sering keluyuran sehabis jam sekolah dimodifikasi dengan cara melembagakan kegiatan pembinaan hobi, pramuka, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Contoh lain, siswa yang lebih cepat menyelesaikan tugas membaca diberi tugas tambahan sampai dengan rekan-rekannya menyelesaikan bacaan yang ditugaskan kepadanya itu.
C.       Keefektifan Penggunaan Pendekatan dan Metode dalam Manajemen Kelas
Keefektifan pendekatan dan metode manajemen kelas dapat dilihat dari tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan dan manajemen  kelas (dalam http://alim-online.blogspot.com/2010/06/ urgensi-manajemen-kelas-guna-mewujudkan.html). Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul, maka dengan adanya pendekatan-pendekatan dan metode manajemen kelas yang dikemukakan diatas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menerapkannya di dalam kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, dengan adanya pendekatan dan metode manajemen kelas sangat membantu guru dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam memilih pendekatan dan metode dalam mengelola kelasnya, guru harus teliti dan harus disesuaikan dengan memperhatikan kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual lainnya, seperti tujuan pengajaran, usia anak, masalah gender, tingkat sosial ekonomi, budaya dan kapasitas kognitifnya.
Dalam penggunaan pendekatan dan metode di dalam pengelolaan kelas tidak ada yang paling baik, melainkan saling melengkapi. Penggunaan pendekatan akan efektif jika dapat diterapkan dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pula, begitu pun dengan metode manajemen kelas. Dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam manajemen kelas, pendekatan yang efektif digunakan dalam manajemen kelas yaitu Pendekatan Elektis atau Pluralistik karena dalam pendekatan elektis (electic approach) menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan manajemen kelas, guru juga harus melibatkan metode dalam memanage kelas. Metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran efektif dan kondusif. Metode yang efektif digunakan ialah metode pembelajaran behavoristik. Inti  metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa.
Keefektifan penggunaan metode dalam manajemen kelas harus didukung dengan pengajaran yang efektif. Pemilihan metode yang tepat dan efektif pun harus sudah direncanakan guru sebelumnya agar dapat meminimalisir masalah-masalah manajemen yang kerap muncul. Dengan organisasi yang cermat akan memaksimalkan kesempatan-kesempatan dalam menciptakan keterlibatan dan pembelajaran siswa, serta meminimalkan waktu-waktu kosong yang dapat menimbulkan masalah-masalah manajemen. Pada dasarnya, menggunaan metode dalam suatu pembelajaran dan manajemen kelas disesuaikan dengan berbagai hal, misalnya karakteristik siswa, media pembelajaran, materi pembelajaran, serta beberapa aspek yang menyangkut kegiatan belajar mengajar. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.

D.       Aspek-aspek Manajemen Kelas
Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970 dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, 2010) mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas, yaitu sebagai berikut:
1.      Sifat-sifat kelas
Sebagai wahana belajar, kelas memiliki berbagai aneka “varians” yang memengaruhinya, seperti jumlah siswa, ventilasi, ukuran ruang kelas, kepengapan, kebisingan, teknologi yang tersedia, fasilitas pembelajaran, homogenitas, atau heterogenitas siswa di kelas dan yang lainnya
2.      Pendorong kekuatan kelas
Misalnya kondisi siswa sebagai masukan, iklim interaksi guru dengan siswa, kewibawaan sekolah dan sebagainya.


3.      Memahami bagian kelas
Misalnya, pemahaman tentang lingkungan kelas, sumber daya kelas, pencahayaan, kebisingan, dan sebagainya.
4.      Mendiagnosis situasi kelas.
Misalnya, kemampuan guru mendiagnosis kemampuan siswa, mempertimbangkan keputusan yang dilematis, dan lain-lain
5.      Bertindak selektif
Yakni guru tidak gegabah dan pukul rata dalam memberi pertimbangan atau tindakan terhadap siswa
6.      Bertindak kreatif
Yakni guru memberikan paluang kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri, mencari terobosan baru dalam disiplin kelas dan lain-lain
7.      Untuk memperbaiki kondisi kelas
Misalnya, melakukan penyempurnaan atas tata kelas, disiplin kelas, sistem pembelajaran dan lain-lain
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996 dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) adalah sebagai berikut:
1.      Mengecek kehadiran siswa
2.      Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa
3.      Mendistribusikan bahan dan alat
4.      Mengumpulkan informasi identitas siswa
5.      Mencatat data
6.      Memelihara arsip
7.      Menyampaikan bahan pelajaran
8.      Memberikan tugas/PR
Sementara itu, hal-hal yang perlu diperhatikan para guru dalam pertemuan dengan siswa di kelas adalah sebagai berikut.
1.      Ketika bertemu dengan siswa guru harus:
a.       memberikan salam lalu memperkenalkan diri
b.      memberikan format isisan tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.
2.      guru memberikan tugas kepada siswa
3.      guru mengatur tempat duduk siswa secara tertib dan teratur
4.      guru menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab
5.      guru membuat denah kelas atau tempat duduk siswa (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000)























BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pendekatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal. Selain kedua pendekatan tersebut ada beberapa pendekatan dalam manajemen kelas, antara lain: pendekatan konseling, pendekatan penelitian keefektifan guru, pendekatan kontingensi.
Metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif. Metode behavioristik sangat perlu diterapkan dalam manajemen kelas. Inti metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Pada umumnya pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa.
Keefektivitasan pendekatan dan metode manajemen kelas dapat dilihat dari tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan dan manajemen  kelas. Dalam memilih pendekatan dan metode dalam mengelola kelasnya, guru harus teliti dan harus disesuaikan dengan memperhatikan kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual lainnya. Dalam penggunaan pendekatan dan metode di dalam pengelolaan kelas tidak ada yang paling baik, melainkan saling melengkapi. Penggunaan pendekatan akan efektif jika dapat diterapkan dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pula, begitu pun dengan metode manajemen kelas.
Aspek-aspek dalam manajemen kelas meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan pelaku pembelajaran maupun hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

B.       Saran
1.      Pendekatan yang tepat dalam suatu manajemen kelas sangatlah penting agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, diharapkan guru mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan karakter siswa, kondisi, maupun berbagai hal dalam pembelajaran.
2.      Sama halnya dengan pendekatan managemen kelas, metode dalam management kelas memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk karakter siswa yang baik dan unggul dalam akademik maupun non akademik.
3.      Penerapan pendekatan-pendekatan manajemen kelas harus melibatkan metode dalam memanage kelas. Keefektifan pendekatan dan metode manajemen kelas memberikan pengaruh yang besar dalam tercapainya tujuan pembelajaran.
4.      Guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek dalam mengelola kelas, karena aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran yang dikelola guru.

1 komentar: