Selasa, 03 Juni 2014

PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT



BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Pengembangan sumber daya manusia berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, atau paling tidak sejajar dengan negara-negara lain pada hakikatnya menuntut komitmen akan dua hal, yaitu: 1) Penemukenalan dan pengembangan bakat-bakat unggul dalam berbagai bidang, dan 2) penumpukan dan pengembangan kreativitas -yang pada dasarnya dimiliki setiap orang- tapi perlu ditemukenali dan dirangsang sejak usia dini.
Seorang anak dikatakan anak luar biasa karena ia berbeda dengan anak-anak lainnya. Perbedaan terletak pada adanya ciri-ciri yang khas yang menunjukkan pada keunggulan dirinya. Namun, ‘keunggulan’ tersebut selain menjadi sebuah kekuatan dalam dirinya sekaligus menjadi ‘kelemahan’. Yang dimaksud sebagai kelemahan di sini adalah diabaikannya ia sebagai individu yang memiliki hak sama dalam mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dirinya.

 Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun di antara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang pendidikan anak berbakat.

B.            Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian anak berbakat?
2.      Apa saja ciri-ciri anak berbakat?
3.      Bagaimana cara identifikasi anak berbakat?
4.      Apa saja faktor-faktor terwujudnya bakat?
5.      Apa saja jenis-jenis bakat?
6.      Bagaimana strategi, model, dan evaluasi pendidikan anak berbakat?
7.      Apa saja permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat?
8.      Apa saja prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat?                  
9.      Siapa saja pihak yang berperan pada anak berbakat?                     

C.           Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat :
1.      Mengetahui pengertian anak berbakat.
2.      Mengetahui ciri-ciri anak berbakat.
3.      Memahami cara identifikasi anak berbakat.
4.      Mengetahui faktor-faktor terwujudnya bakat.
5.      Mengetahui jenis-jenis bakat.
6.      Memahami strategi, model, dan evaluasi pendidikan anak berbakat.
7.      Memahami permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat
8.      Mengetahui prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat   
9.      Mengetahui pihak yang berperan pada anak berbakat




BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian
Pengertian bakat atau aptitude berbeda dengan kemampuan (ability) dan prestasi (achervement). Bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. (Munandar dalam Psikologi Umum,180). Bakat adalah kemapuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau ketermapilan yang relative bisa bersifat umum ataupun khusus. (Alex Sobur,181)
Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang dan dikembangkan dimasa mendatang apabila kondisi latihan dikemukanan secara optimal sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang.
Bakat menentukan prestasi sesorang. Misalnya orang yang memiliki bakat matematika dan diperkirakan akan mampu mencapai prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemapuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang, mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tertentu.
Anak berbakat anak-anak yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, yang karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.
Syamsu Yusuf dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, 158 mengatakan bahwa anak berbakat adalah mereka yang tingkat integelensinya jauh diatas rata-rata anggota kelompoknya, yaitu IQ diatas 120. Ahli lain yang menggunakan IQ sebagai kriteria dalam menentukan anak berbakat adalah, Terman yang konsepnya mengenai keberbakatan hampir sekitar setengah abad mendominasi psikologi dan pendidikan. Torrance melaporkan hasil studinya mengenai kemampuan berfikir kreatif dalam kaitannya dengan keberbakatan. Ia mengemukakan bahwa apabila keberbakatan semata-mata diidentifikasi berdasarkan taraf intelegensi, maka sekitar 70% anak-anak yang tinggi kreatifitasnya tidak akan termasuk ke dalam kelompok mereka yang disebut anak berbakat.
Munandar dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan anak berbakat itu lebih mengacu kepada anak yang menunjukkan kemampuan unjuk kerja yang tinggi dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu.
Dari beberapa pendapat ahli maka anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
Istilah yang melukiskan anak-anak berbakat, cerdas atau cemerlang yaitu genius, talented, gipted dan bright atau superior. Persamaan dari istilah-istilah tersebut adalah penyimpangan ke atas dari rata-rata. Sedangkan perbedaannya adalah:
1.             Genius digunakan pada mereka yang memiliki kemampuan unggul berhasil mencapai prestasi yang luar biasa, memberikan sumbangan yang orisinal dan bermutu, serta mempunyai makna yang universal atau mantap.
2.             Talented suatu bakat khusus yang tidak selalu menghasilkan prestasi yang luar biasa, tidak perlu orsini atau dampak yang universal.
3.             Gipted atau berbakat mempunyai kesamaan dengan genius, karena keduanya berkaitan dengan kualitas intelektual, namun berbakat belum tentu terwujud dalam suatu karya unggul yang mendapat pengakuan universal. Jadi tidak semua anak berbakat merupakan anak genius.
4.             Bright atau superior merujuk pada karakteristik seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi.

Menurut Marland dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan tinggi dalam aspek:
1.             Kemampuan umum yang tinggi, yaitu kecerdasan individu yang berada pada posisi di atas rata-rata.
2.             Bakat akademik khusus, yaitu kemampuan individu dalam bidang-bidang tertentu seoerti bahasa dan matematika.
3.             Kreatif dan berfikir produktif, yaitu kemempuan yang menghasilkan gagasan baru dengan memadukan elmen-elmen yang biasanya dianggap sebagai suatu yang terpisah-pisah atau tdak sejenis dan keampuan mengembangkan keterampialan baru yang mengandung nilai-nilai sosial.
4.             Kepemimpianan, yaitu kemampuan untuk mengarahkan individu-individu atau kelompok untuk mengambil keputusan, memetapkan tindakan bersama atau mencapai tujuan tertentu.
5.             Eampuan dalam bidang seni, yaitu memiliki bakat khusus dalam bidang seni rupa, musik, tari, lukis, drama dan lainnya.

Sementara menurut Renzulli dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan mengemukakan bahwa ada tiga dimensi yang menandai keberbakatan, yaitu:
1.             Kecerdasan, kemampuan umum yang biasanya diukur dengan tes intelegensi di atas rata-rata.
2.             Kreativitas, kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah
3.             Komitmen terhadap tugas, tanggung jawab, semangat, atau motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan suatu tugas.
4.             Keterkaitan antara tiga ciri keberbakatan itu dapat digambarkan menggunakan diagram.

B.            Ciri-ciri Anak Berbakat
Anak berbakat itu memiliki karakteristik yang menonjol dalam aspek-aspek kesiagaan mental, kemampuan pengamatan, keinginan untuk belajar, daya konsentrasi, daya nalar, kemampuan membaca, ungkapan verbal, kemampuan menulis, kemampuan mengajukan pertanyaan yang baik, menunjukan minat yang luas, berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi, mandiri dalam memberikan pertimbangan, dapat memberikan jawaban yang tepat dan langsung kesasaran, mempunyai rasa humor yang tinggi, melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminati.
Menurut Balitbang Depdiknas (1986) mengungkapkan ciri-ciri keberbakatan peserta didik dilihat dari aspek kecerdasan, kreativitas, dan komitmen terhadap tugas:
1.             Lancar berbahasa ( mampu mengutarakan pikirannya)
2.             Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan
3.             Memiliki kemampuan yang tinggi dalam berpikir logis dan kritis
4.             Mampu belajar/bekerja secara mandiri
5.             Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
6.             Mempunyai tujuan yang jelas dalam tiap kegiatan atau perbuatannya
7.             Cermat atau teliti dalam mengamati
8.             Memiliki kemampuan memikirkan beberapa macam pemecahan masalah;
9.             Mempunyai minat yang luas;
10.         Mempunyai daya imajinasi yang tinggi;
11.         Belajar dengan cepat
12.         Mampu mengemukakan dan mempertahankan pendapat;
13.         Mampu berkonsentrasi
14.         Tidak memerukan dorongan (motivasi) dari luar.

Selanjutnya Utami Munandar, 2004 mengemukakan karaktersistik atau ciri-ciri anak berbakat itu sebagai berikut:

Aspek
Ciri-ciri
A.    Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam, daya konsentrasi baik, ungkapan diri lancar dan jelas, cermat dalam pengamatan, memacahkan masalah dan cepat dalam menemukan kesalahan.
B.     Kreativitas
Dorongan ingin tahu besar sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak usulan atau gagasn terhadap suatu maslah, bebas dalam menyampaikan pendapat, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, daya imajinasi kuat, orisinalitas tinggidan senang mencoba hal-hal yang baru.
C.     Motivasi
Tekun menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami pengetahuan yang dipelajari didalam kelas, selalu berusaha untuk berprestasi sebaik mungkin, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini dan senang mencari dan memecahkan soal-soal.
D.    Psikososial
Senang dipilih menjadi pemimpin atau ketua, disenangi oleh teman sekelas, dapat bekerja sama, dapat mempengaruhi teman-temannya, mempunyai inisiatif, rasa tanggung jawab besar, percaya pada diri sendiri, mudah menyesuaikan diri terhadap situasi di sekolah, aktif berpartisipasi dalam kegiatan social di sekolah dan senag membantu orang lain.

Menurut Dedi Supriadi, anak berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak normal, karakteristik anak berbakat meliputi:
1.             Memiliki kelebihan yang menonjol dalam kosa kata
2.             Memiliki informasi yang kaya
3.             Cepat menguasai bahan pelajaran
4.             Cepat dalam memahami hubungan antar fakta
5.             Mudah memahami dalil-dalil atau formula-formula
6.             Memiliki ketajaman dalam menganalisis sesuatu
7.             Gemar membaca
8.             Peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya
9.             Bersifat kritis
10.         Memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar

Karakteristik dan perilaku yang positif anak berbakat, yaitu sebagai berikut:
Karakteristik
Tingkah laku yang
1.      Belajar dengan cepat/ mudah
2.      Dapat Membaca secara insentif
3.      Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4.      Memiliki banyak informasi
5.      Memiliki perhatian yang cukup lama
6.      Memiliki rasa ingin tahu atau interes terhadap berbagai hal
7.      Bekerja secara mandiri
8.      Senang mengamati
9.      Memiliki rasa humor
10.  Mengerti atau mengenal hubungan-hubungan
11.  Memiliki prestasi akademik yang tinggi
12.  Lancar dalam berbahasa
13.  Individualistik
14.  Memiliki motif intrinsik
1.      Mengingat dan menguasai fakta-fakta secara cepat
2.      Membaca banyak buku dan menggunakan perpustakaan pribadi
3.      Dapat mengkomunikasikan berbagai gagasan dengan baik
4.      Cepat memingat dan merespon
5.      Menyelesaikan tugas-tugas
6.      Banyak mengajukan pertanyaan, atau memperoleh berbagai gagasan
7.      Merancang sesuatu diluar tugasnya
8.      Mengenal masalah
9.      Dapat menertawakan diri sendiri
10.  Dapat memecahkan masalah-masalah sosial sendiri
11.  Dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik
12.  Memiliki perbendaharaan kata yang luas, dan dapat mengarahkan teman sebaya dengan cara yang positif
13.  Senang mempertahankan pendapat sendiri, dan memiliki sedikit teman
14.  Memerlukan sedikit bantuan guru.

Pada umumnya anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual, mampu dengan cepat melakukan analisis, dan dalam irama perkembangan yang mantap. Bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari ukuran berfikir yang normal. Selain potensi intelektual anak-anak berbakat memiliki keunggulan pada aspek psikologis, yang lain, yaitu emosi. Anak-anak berbakat memiliki stabilitas emosi yang mantap sehingga mereka akan mampu mengendalikan masalah-maslah personal. Rasa tanggung jawab mereka yang tinggi serta mempunyai cita rasa humor yang tinggi pula.
Jadi ciri-ciri anak berbakat adalah anak yang berbeda dari anak normal dari aspek kecerdasan, pemahaman dalam belajar, kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, dan psikososial.

C.           Identifikasi Anak Berbakat
Untuk mengidentifikasi anak berbakat dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu tes prestasi belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang tua, teman sebaya dan diri sendiri)
Cara lain mengidentifikasi anak berbakat yaitu menggunakan strategi yang dikenal dengan The Generic Gipted Identification Strategy. Melalui strategi ini Clark melakukan dua tahap yaitu penjaringan dan identifikasi. Pada tahap penjaringan dilakukan melalui nominasi (guru, orang tua, teman sejawat dan dirinya sendiri, laporan kemampuan siswa, hasil karya siswa, pekerjaan siswa, observasi, skala/ interior atau tes integelensi kelompok). Sedangkan tahap identifikasi menggunakan tes intelegensi individual, tes prestasi, tes kreativitas, tes bakat seni dan lain-lain.
Di Indonesia identifikasi anak berbakat dilakukan untuk merekrut mereka menjadi peserta program akselarasi, atau percepatan belajar. Untuk menjaring siswa yang berkemampuan unggulan ini, Depdiknas menentukan syaratnya.

D.           Faktor-faktor Terwujudnya Bakat
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak berbakat memiliki potensi yang unggul. Potensi ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan, yang dilakukan oleh ahli terhadap tingkat keceradasan. Keberbakatan anak dalam proses perkembangannya memerlukan sentuhan dari lingkungan, berupa perawatan, pengasuhan dan pendidikan.
Lingkungan merupan faktor yang juga mempengaruhi perkembangan keberbakaan anak. Melalui lingkungan anak memperoleh apa yang dibutuhkannya, termasuk peluang-peluang yang mendukung teraktualisasikan potensi yang dimilikinya. Faktor lingkungan ini diantaranya menyangkut aspek nutrisi yang dikonsumsi anak dan kenyamanan hidupnya, yang mempengaryhi perkembangan keberbakatan itu, disamping aspek yang bersifat fisik, juga kondisi lingkungan yang bersifat psikologis.
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi bakat seseorang terwujud yaitu:
1.      Keadaan lingkungan seseorang. Seperti, kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial, pedesaan, dan sebagainya.
2.      Keadaan dalam diri sendiri. Seperti, minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.

E.            Jenis-jenis Bakat
Yoesoef Noesyirwan dalam Psikologi Umum menggolongkan jenis bakat atau kemampuan menurut fungsi atau aspek-aspek yang terlibat dan menurut prestasinya. Berdasarkan fungsi atau aspek jiwa raga yang terlibat dalam berbagai macam prestasi, bakat dapat dibedakan dalam :
1.      Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik
Bakat jenis ini adalah kemampuan yang berakar pada jasmaniah sebagai dasar dan fundamen bakat, seperti kemampuan pengindraan, ketangkasan atau ketajaman panca indra, kemampuan motoriik, kekuatan badan, kelincahan jasmani, keterampilan jari-jemari, tangan dan anggota badan.
2.      Bakat kejiwaan yang bersifat umum
Yang dimaksud dengan bakat jenis ini ialah kemampuan ingatan daya khayal atau imajinasi dan intelegensi. Daya ingat adalah kemampuan menyimpan isi kesadaran pada satu saat dan membawanya kembali ke permukaan pada saat yang lain. Dalam ingatan, jiwa kita bersifat menerima dan reproduktif. Daya khayal merupakan isi kesadaran yang berasala dari dunia dalam kita sendiri, berupa gambar khayalan dan ide-ide kreatif, sehingga jiwa kita bersifat spontan dan produktif. Adapun intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri pada keadaan dengan menggunakan alat pemikiran yang berbeda dengan penyesuaian diri karena kebiasaan atau sebagai akibat latihan (drill) dan coba-coba (trial and error). Penyesuaian diri karena kebiasaan, drill, dan trial and error, bersifat mekanis, kadang-kadang secara kebetulan memerlukan banyak waktu. Peneyesuaian diri dengan pemikiran terjadi karena pengertian, pendapat pemahaman, pencarian makna dan hubungannya yang tampak dalam pemecahan dan penguasaan keadaan baru dari kesulitan yang dihadapinya. Intelegensi dapat diuraikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, menjelaskan, menguraikan, memadukan dan menyimpulkan arti hubungan dan sangkut paut makna. Tiap orang memiliki isi, proses, dan cara berfikir yang berbeda satu dengan yang lainnya.
3.      Bakat-bakat kejiwaan yang khas dan majemuk
Bakat-bakat yang khas atau bakat dalam pengertian yang sempit ialah bakat yang sejak awal sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat bahasa, bakat melukis, bakat music, bakat seni, bakat ilmu dan lain-lain. Adapun bakat majemuk yang berkembang lambatlaun dari bakat produktif  kea rah yang sangat bergantung dalam keadaan di dalam dan di luar individu, seperti bakat filsafat, bakat hukum, bakat pendidik, bakat psikologi, bakat kedokteran, bakat ekonomi, bakat politik dan lain-lain.
4.      Bakat yang lebih berdasarkan pada alam perasaan dan kemampuan
Bakat ini berhubungan dengan watak, seperti kemampuan untuk mengadakan kontak sosial, kemampuan mengasihi, kemampuan merasakan atau menghayati, perasaan orang lain.

Berdasarkan sifat prestasinya, bakat dapat digolongkan dalam :
1.      Bakat Reproduktif ialah kemampuan untuk memprodusir hasil pekerjaan orang lain dan menguraikan kembali dengan tepat pengalaman-pengalaman sendiri. Bakat ini berhubungan erat dengan daya ingat.
2.      Bakat Aplikatif ialah kemampuan memiliki, mengamalkan, mengubah dan menerangkan pendapat, buah pikiran yang berasal dari orang lain.
3.      Bakat Interpretatif ialah bakat menerangkan dan menangkap hasil pekerjaan orang lain, sehingga disamping sesuai dengan maksud penciptanya, dalam penjelasan itu juga tampil pendapat atau pendirian pribadi.
4.      Bakat produktif ialah kemampuan menciptakan hal-hal yang aru berupa sumbangan dalam ilmu pengetahuan, pembangunan, dan lapangan kehidupan yang lain yang berharga.

1.      Kecerdasan Bahasa (Linguistic)
Kecerdasan linguistic adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan/ pemikirannya. Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Anak-anak dengan kecerdasan linguistic yang tinggi biasanya sudah bisa dikenali sejak kecil (usia di bawah 4 tahun), misalnya berbicara seperi orang dewasa, tertarik pada buku, mudah mengenali symbol berupa kata-kata (misalnya HONDA, SURYA, KIJANG, dsb), menguasai banyak kata-kata. Dalam perkembangan berikutnya, anak-anak ini menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa, seperti: membaca, menulis karangan, menulis puisi, menyusun kata-kata mutiara, pengarang, penyair, wartawan, pembicara, atau pembaca berita. dsb.

2.      Kecerdasan Matematis/Logis
Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan  operasi matematis yang kompleks. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan, matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemrogram computer
3.      Kecerdasan Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga  dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial  adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
5.      Kecerdasan Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor, musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
6.      Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana dan mengarahkan orang lain.

8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.

Gardner juga mengelompokkan ketujuh kecerdasan manusia menjadi tiga kelompok yaitu:
1.      Kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related)  yaitu objek yang dihadapi.
2.      Kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, tapi dipengaruhi  oleh sistem bahasa dan musik yang didengar.
3.      Kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related) yaitu kelompok yang bertalian dengan interaksi dengan orang lain.

F.            Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat
Pendidikan anak berbakat bertujuan agar anak menguasai sistem konseptual dalam berbagai mata pelajaran, anak mampu mengembangkan keterampilan dan strategi yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus mengembangkan suatu kesenangan dan gairah belajar yang akan membawa mereka kepada kerja keras.
Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat adalah sebagai berikut:

1.      Tujuan Umum
a.       Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakterisitik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
b.      Memenuhi hak asasi peserta didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
c.       Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan peserta didik
d.      Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
e.       Menimbang peran peserta didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
f.       Menyiapkan peserta didik sebagai pemimin masa depan.

2.      Tujuan Khusus
a.       Memberikan pengarahan untuk dapat menyelesaikan program pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
b.      Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran peserta didik.
c.       Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang jelas kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal
d.      Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan emosionalnya secara seimbang.

1.      Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.         Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.    
b.        Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian.
c.         Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan  produk. 
Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) dalam http://natiwy.blogspot.com/2012/01/makalah-anak-berbakat.html mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi  proses  adalah  metodologi  atau  cara  guru  mengajar termasuk  cara  mempresentasikan  isi  materi  kepada  siswa  yang berorientasi  kepada  berpikir  tingkat  tinggi,  banyak  pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan  memilih,  interaksi  kelompok  dan  simulasi,  serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi  isi  adalah  modifikasi  dalam  materi  pembelajaran  baik berupa  ide,  konsep  maupun  fakta.  Pembelajaran  dimulai  dari  hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi  produk  atau  hasil  adalah  produk  kurikulum  yang  tidak dapat  dipisahkan  dari  isi  materi  dan  proses  pembelajaran  yang dikembangkan  dan  merupakan  hasil  dari  proses  yang  dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.

2.      Model Pembelajaran
Pendidikan bagi anak berbakat dapat dilaksanakan dengan berbagai model, seperti akselarasi, pengayaan dan pengelompokan berdasarkan kemampuan.
a.         Model Akselarasi atau percepatan
Akselarasi tidah hanya diartikian sebagai cara untuk mempercepat penyelesaian studi agar lulus lebih awal, tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan belajar siswa berbakat agar meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas belajar mereka, percepatan yang terjadi dalam belajar tanpa intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan dalam belajar.
Model akselarasi dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk, meliputi:


1)      Loncat kelas
Usia mental para anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya, maka mudah timbul perasaan tidak puas belajar bersama dengan anak-anak seumurnya. Meskipun banyak aspek perkembangan lain pada anak ternyata memang lebih maju daripada anak-anak seumurnya misal aspek sosial. Akan tetapi cara percepatan dengan meloncat anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi dianggap kurang baik, antara lain karena mempermudah timbulnya masalah-masalah penyesuaian, baik di sekolah, dirumah maupun dilingkungan sosialnya. Kecuali norma yang dipakai adalah norma yang diikuti bukan norma dari anak berbakat itu sendiri.
2)      Percepatan melalui pelayanan individual
Cara ini tergolong cara yang baik karena diberikan berdasarkan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak itu sendiri. Kesulitannya ialah pengaturan andsminitrasi sekolah yang meliputi pengaturan-pengaturan tenaga pengajar karena hanya memberikan pelajaran secara individual kepada anak. Pada anak sendiri dikhawatirkan akan timbul kesulitan dalam penyesuai diri, baik sosial maupun emosional karena terbatasnya hubungan-hubungan sosial dengan teman-teman sebaya.

3)      Mengikuti pembelajaran di kelas yang lebih tinggi
Siswa memiliki peluang untuk mengikuti mata pelajaran tertentu yang diprogramkan di kelas yang lebih tinggi. Pelung yang diberikan itu dapat mempercepat penyelesaian studi siswa.

b.        Model Pengayaan
Melayani siswa yang memiliki kemampuan unggul, dapat dilakukan dengan program pengayaan yaitu memberikan tugas-tugas tambahan yang relevan dengan bidang studi yang diterimanya. Model pengayaan ini dapat memenuhi harapan atau kebutuhan siswa dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya, dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman sekelasnya.

c.         Model Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan
Siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkat kelas yang sama disuatu sekolah dikelompokan ke dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdapat lima atau delapan anak. Jika lebih dari delapan anak sebaiknya mereka dikelompokan menjadi dua kelompok. Setiap kelompok dibimbing oleh guru yang memiliki kemampuan atau keterampilan khusus untuk mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa.

Terdapat pula model atau sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak berbakat atau cemerlang adalah:
a.         Sekolah khusus
Dari sudut administrasi sekolah mudah diatur. Namun dari sudut anak banyak kerugiannya karena dengan mengikuti pendidikan khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan karena kurangnya kemungkinan anak untuk mendefinisikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melaui pergaulan, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan mudah merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan.

b.        Kelas khusus
Pada model ini kurikulum dibuat khusus demikian pula dengan guru-gurunya. Keuntungannya ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaiakan suatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugia akan terjadi pada anak-ana normal yang sebaya, sehingga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan. Karena dalam kenyataannya dia berada dalam kelas yang eksekutif, tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.

c.         Kelas terintegrasi
Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dikelas khusus.
Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus ditambah. Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan model terintegrasi atau inklusi adalah bagaimana memberikan perhatian kepada setiap individu anak dalam setting kelas yang relatif beragam kemampuannya. Implikasi dari penerapan model ini adalah perlunya kurikulu yang fleksibel atau berdiferensi, yang bisa mengakomodasi anak-anak normal maupun berbakat, dan guru-guru memiliki kesiapan atau kemampuan untuk melayani siswa yang memiliki keragaman karakterisitik tersebut.
Kerugian yang mungkin dialami anak:
1)             Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang diperlukan untuk meperkembangkan aspek kpribadiannya, misal pergaulan, olah raga dan kesenian.
2)             Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu teman-temannya bertambah.
3)             Dikelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya dan ditambah dengan mengikuti kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan hal ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk mengembangkan aspek-aspek kepribadiannya. Keuntungan lain jumlah jam belajar yang cukup lama di kelas khusus masih memperoleh kesempatan bersaing dengan teman-temannya yang mempunyai potensi berbeda.

Ohio Association for Gifed Children mengajukan beberapa alternatif tentang program pendidikan anak berbakat, sebagai berikut:
a.         Akselarasi
b.        Loncat kelas
c.         Pengelompokan khusus
d.        Curriculum Compating
e.         Kurikulum Berdiferensi
f.         Pengayaan
g.        Post-Scondary Enrollment Option
h.        Pull out program
i.          Resource Room/ Area
j.          Selft Containned Classroom

Alternatif tentang program pendidikan anak berbakat adalah sebagai berikut:
a.         Akselarasi (acceleration)
b.        Loncat kelas (advanced Placement)
c.         Pengelompokan khusus
d.        Curriculum Chompacting
e.         Kurikulum berdiferensi
f.         Pengayaan
g.        Post-Secondary Enrollment
h.        Pull-out Program
i.          Resource room/ Area
j.          Selft-Contained Classroom

3.      Evaluasi Pembelajaran
Proses  evaluasi  pada  anak  berbakat  tidak  berbeda  dengan  anak  pada umumnya,  namun  karena  kurikulum  atau  program  pelajaran  anak  berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka dibutuhkan penerapan evaluasi yang sesuai dengan keadaan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar anak berbakat. Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan, 1992 dalam http://natiwy.blogspot.com/2012/01/makalah-anak-berbakat.html mengemukakan bahwa instrumen dan prosedur yang digunakan  mengacu pada ketuntasan belajar adalah pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan belajar seseorang. Model pengukuran seperti tersebut di atas adalah pengukuran acuan kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran acuan norma yang membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga memberikan keterangan mengenai  taraf  kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.

G.           Permasalahan yang Dapat Terjadi pada Anak Berbakat
Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat adaptasi yang tinggi agar tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka mampu menggunakan kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka alami.
Menurut Utami Munandar, 2009 mengemukaakn ada tiga faktor yang menyebabkan anak berbakat dalam keadaan rentan merupakan ciri kepribadian yang dapat menimbulkan kesulitan, menyebabkan ketegangan bagi anak berbakat yaitu:
1.      Karakteristik kepribadian yang menyebabkan kerentanan anak berbakat ialah:
a.       Perfeksionisme
Dorongan dalam untuk mencapai kesempurnaan membuat siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang tidak dapat memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini dapat menyebabkan anak berbakat hanya mau memilih kegiatan tertentu jika ia yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan taraf aspirasi yang tidak realitis membuat banyak anak berbakat diliputi rasa tidak mampu.
b.      Kepekaan yang berlebihan (supersensitivity)
Sistem saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam pengamatan, menanggapi dirinya dan lingkungannya secara analitis dan kritis, sehingga ia menjadi mudah tersinggung dan diliputi perasaan seperti dikucilkan. Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan perhatiannya mudah beralih
c.       Kurang keterampilan sosial
ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan dapat dihinggapi rasa kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin populer dan menjadi pimpinan, hal ini dapat mengarah kekecenderungan untuk mendominasi kelompoknya.
Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka memerlukan bimbingan orang dewasa untuk membantu mereka belajar bagaimana berperanserta sebagai anggota kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.

2.      Kondisi lingkungan yang dapat menyulitkan anak berbakat ialah:
a.       Isolasi sosial
Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang dewasa dalam sikap dan perilaku mereka dapat menunjukkan sentimen atau penolakan terhadap anak berbakat.
Demikian pula kelompok sebaya dapat memberi tekanan terhadap anggota kelompokyang menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini dapat menyebabkan anak berbakat mengalami isolasi sosial.
b.      Harapan yang tidak realistis
Harapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak berbakat dari pihak orang tua atau orang dewasa lainnya dapat terjadi karena dua hal:
1)        Kecenderungan untuk menggeneralisasi sehingga anak berbakat diharapkan/dituntut menonjol dalam semua bidang.
2)        Pelibtan ego orang tua atau guru terhadap keberhasilan anak (ingin merasa bangga atas prestasi anak)
c.       Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai
Ketidakpedulian terhadap kebutuhan anak berbakat dan penolakan terhadap hak-hak mereka menyebabkan masyarakat kurang memberikan kesempatan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat. Akibat dari keterlantaran ini ialah bahwa siswa berbakat harus menyelesaikan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan konformitas terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”, hal ini dapat mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh.

Dapat pula dikategorikan menjadi 2, yaitu internal problem dan eksternal problem.
Internal Problems
1.      Univen Development
2.      Perr Relations
3.      Excessive Self-Criticsm
4.      Perfectionism
5.      Avoidance of risk-Taking
6.      Multipotentiality
7.      Gifted Children with Disabilities

Exsternal Problems
1.      School culture and Norms
2.      Expectation by Others
3.      Perr Relations
4.      Depression
5.      Family Relations

Terkait dengan masalah anak berbakat Ohio’s State Board of Education telah melakukan penelitian, yang hasilnya menunjukkan bahwa
1.      banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah, karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan,
2.      anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang dapat mengembangkan potensinya cenderung kurang siap menerima tantangan, tugas-tugas sekolah yang lebih tinggi
3.      85% anak berbakat mengalami “underaciver” karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan, dan
4.      Mereka sering mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.

Terdapat pula permasalahan anak berbakat yaitu:
1.      Kemampuan berpikir kritis dapat mengarah ke arah sikap
2.      Meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
3.      Pemberian Label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat dapat menimbulkan harapan terhadap kemampuan anak dan dapat menimbulkan beban mental pada dirinya dan kadang mengakibatkan frustasi.
4.      Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap defensif.
5.      Kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal-hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
6.      Perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya;
7.      Kepekaan yang tinggi, dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik;
8.      Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan atau jika kurang tampak kemajuan dalam kegiatan yang sedang berlangsung;
9.      Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya;
10.  Keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, dapat menimbulkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau temantemannya.
11.  Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
12.  Sikap acuh tak acuh dan malas, dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.

H.           Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Anak Berbakat
1.      Penerapan Kurikulum Berdiferensi
Penerapan model pendidikan siswa berbakat yang terintegrasi dalam kelas yang reguler/ normal disamping memiliki banyak keuntungan bagi perkembangan psikologi dan sosial anak, tetapi juga menghadapi hal yang rumit, yaitu perlunya memberikan perhatian secara berbeda melalui “pengajaran yang diindividualisasikan” yaitu setting kelas tetapi perhatian diberikan kepada setiap individu anak.
Implikasi dari kondisi tersebut untuk penyelenggaraan siswa berbakat diperlukan penerapan kurikulum berdiferensi, yang dapat mengakomodasi para siswa yang normal maupun yang cemerlang. Dengan demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya dapat mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, anak-anak cerdas harus dimungkinkan untuk menyelesaikan pendiikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan program pengayaan dimana siswa cemerlang dimungkinkan untuk mendapatkan materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan.
Menurut Conny S ada beberapa materi yang harus menjadi landasan utama dalam mengembangkan kurikulum berdiferensi yang berkenaan dengan materi, keterampilan, pengembangan pikiran, dan sikap yang harus dicapai.
Mengenai materi, isi kurikulum harus mempusatkan dan mengkoordinasi ide dan masalah serta tema yang lebih luas, rumit dan mendalam, yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan secara melintang dengan sistem pemikiran.
a.       Keterampilan Mental
1)        Pengembangan kurikulum harus memberikan pengalaman belajar sehingga anak memiliki pikiran yang terorganisasikan. Caranya ialah dengan memasukan konsep generalisasi, prinsip dan teori yang berarti, yang berkaitan dengan maslah aktual yang menarik bagi dirinya ke dalam proses berfikir.
2)        Pengembangan kurikulm harus menampilkan ide dan teori masa lalu, masa yang akan datang serta masa kini untuk memperluas pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai sistem dan nilai, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan afektif yang lebih tinggi.
3)        Pengembangan kurikulum harus menerapkan pengetahuan pada tingkat ganda dan pengertian dalam berbagai situasi dan kejadian secara beragam. Memperluas cara berfikir, mencari jawaban terhadap berbagai kejadian harus diselenggarakan dalam pengalaman belajar.
4)        Pengembangan kurikulum harus memberikan kesempatan untuk memperoleh dan menerapkan belajar secara mendasar.
5)        Kondisi lingkungan harus menumbuhkan inspirasi turunan orisinal terhadap berbagai masalah.
6)        Kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dijabarkan dari disiplin yang satu ke bidang lain harus diadakan dalam berbagai situasi belajar dengan berbagai kemungkinan yang terbuka.
b.      Penerapan berfikir produktif
1)        Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengkonseptualkan pengetahuan dan pengembangan keterampilan ke dalam bentuk inovatif dengan perspektif bermakna dalam berbagai mata pelajaran. Guru harus mempersiapkan bahan pemerkaya peserta didik.
2)        Pengembangan keterampilan berbagai bentuk berkomunikasi.
c.       Pengembangan sikap
1)        Kesempatan menjelajah rintisan ilmu pengetahuan dengan kemungkinan menyatakan pendapatnya melalui berbagai media.
2)        Kesempatan pengembangan metode dan keterampilan musyawarah serta konsesus terhadap perbedaan, penjabaran masalah melalui berbagai kemungkinan.
3)        Memahami peranan persepsi dalam penafsiran isu dan cara pengembangan pendapat pribadi serta pernyataannya dalam hal-hal yang dalam program khusus harus diberikan peluang untuk ditumbuhkan.

2.      Penciptaan Lingkungan yang Kondusif
Penyelenggaraan pendidikan anak berbakat perlu didukung oleh penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi dn memberikan peluang-peluang bagi anak dalam mengembangkan potensinya.  Gallagher mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan upaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak barbakat, yaitu:
a.       Memberikan program pengayaan
b.      Menugaskan “guru konsultan”
c.       Menyediakan ruang sumber
d.      Menggunakan mentor
e.       Memberikan latihan kepada anak untuk melakukan studi mandiri
f.       Menyediakan kelas-kelas khusus terhadap minat siswa



3.      Penempatan guru yang kualified
Salah satu faktor yang sangat berarti bagi keberhasilan penyelengara pendidikan anak berbakat adalah guru. Guru yang dipandang cocok bagi pendidikan anak berbakat, adalah yang memiliki karakeristik sebagai berikut:
a.       Memiliki kemampuan berfikir logis, rasional dan produktif
b.      Memiliki kreativitas yang tinggi
c.       Memiliki pengalaman belajar yang bermakna
d.      Memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tulis
e.       Memiliki pemahaman konsep tentang kebermaknaan
f.       Memiliki keterampilan dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran secara efektif
g.      Memiliki wawasan yang luas tentang berbagai aspek kehidupan, terutama yang terkait dengan materi-materi yang diajarkan kepada anak
h.      Memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas yang diembannya
i.        Memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan mengevaluasi program pendidikan anak berbakat
j.        Memiliki pemahaman tentang kurikulum berdiferensi dan langkah-langkah pengembangannya
k.      Memiliki pemahaman tentang konsep bimbingandan mampu menerapkannya
l.        Menguasai teknologi inforasi yang menunjang tugasnya dalam mengajar anak berbakat.

I.              Pihak yang Berperan pada Anak Berbakat
1.      Peran Guru
a.       Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya, guru pun perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan.
b.      Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
c.       Guru anak berbakat hendaknya lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan
d.      Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
e.       Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
f.       Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
g.      Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.

2.      Peran Orang Tua
Orang tua memegang peranan yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak berbakat istimewa :
a.       Memahami konsep keberbakatan istimewa
b.      Perlu dipahami bahwa anak yang memiliki potensi berbakat istimewa memerlukan dorongan psikologis maupun materil yang berbeda maka pengasuhannya diharapkan disesuaikan dengan karakteristik yang dimilikinya.
c.       Membuat komunikasi dengan pihak sekolah dalam mengembangkan pendidikan bagi anaknya.
d.      Mengembangkan lingkungan yang kondusif dalam proses pendidikan anak berbakat istimewa.

3.      Masyarakat
Suatu masyarakat yang berdasarkan pada hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis baik bagi warga negaranya, merupakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan kreatifitas. Terdapat sembilan faktor sosiokultural yang kreatif.
a.              Tersedianya sarana kebudayaan
b.             Keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan
c.              Penekanan pada “becoming” (menjadi) bukan sekedar hanya pada “being” (sekedar ada)
d.             Memberikan kesempatan bebas terhadap media kebudayaan bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi
e.              Timbulnya kebebasan setelah pengalaman tekanan dan tindakan keras
f.              Keterbukaan terhadap kebudayaan yang berbeda, bahkan yang kontras.
g.             Toleransi dan minat terhadap pandangan yang divergen
h.             Adanya interaksi antara individu-individu yang berpengaruh
i.               Adanya insentif, penghargaan, atau hadiah
Selain itu sangat dibutuhkan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapt bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dengan memandu dan memupuk minat anak.  Perlu diadakan pertemuan berkala antara guru-guru yang membimbing anak berbakat dengan orangtua anak berbakat untuk bersama-sama membicarakan dan mambahas masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan keberbakatan anak.
Program-program kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan bakat anak, misalnya: belajar musik, menari, drama, ilmu, dan sebagainya.


BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan
1.      Pengertian anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan yang lebih menonjol dari aspek intelektual, kreatif, seni, kepemimpianan atau bidang akademik tertentu yang menghasilkan prestasi tinggi.
2.      Ciri-ciri anak berbakat adalah anak yang berbeda dari anak normal dari aspek kecerdasan, pemahaman dalam belajar, kreativitas, motivasi, komitmen terhadap tugas, dan psikososial.
3.      Mengidentifikasi anak berbakat dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu tes prestasi belajar, tes kecerdasan, tes kreativitas, dan nominasi (oleh guru, orang tua, teman sebaya dan diri sendiri)
4.      Faktor –faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat yaitu keadaan lingkungan dan keadaan diri sendiri.
5.      Jenis-jenis Kecerdasan yaitu  kelompok kecerdasan yang terkait dengan objek (object related),  kelompok  kecerdasan bebas objek (object free) yaitu kelompok kecerdasan yang tidak dipengaruhi oleh objek, dan kelompok kecerdasan yang dipengaruhi hubungan dengan orang lain (person related).
6.      Strategi pembelajaran disesuaikan dengan anak berbakat, model pendidikan anak berbakat antara lain akselarasi atau percepatan, model pengayaan, model pengelompokan berdasarkan kemampuan, sekolah khusus, kelas khusus, dan kelas terintegrasi, dan evaluasi melalui acuan criteria serta acuan norma.
7.      Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada anak berbakat istimewa
8.      Prinsip penyelenggaraan pendidikan anak berbakat adalah penerapan kurikulum berdiferensi, penciptaan lingkungan yang kondusif, dan penempatan guru yang kualified.
9.      Pihak yang berperan pada anak berbakat adalah peran guru dan peran orang tua dan masyarakat.
B.            Saran
Anak berbakat merupakan potensi lebih yang dimiliki oleh anak yang perlu dikembangkan. Pengembangan anak berbakat perlu dilakukan oleh dunia pendidikan yang lebih bermutu agar potensi-potensi luar biasa dapat tergali secara maksimal.

File Word Dapat diunduh  DI SINI

7 komentar:

  1. ass..
    mas aku bisa minta daftar pustakanya engga ?
    makasih ..

    BalasHapus
  2. mantap buat tambah referensi nih, terima kasih

    oh iya buat tambahan ilmu psikologi kk bisa baca2 blog saya

    psikologi untuk semua

    BalasHapus
  3. bagys tapi sedikit kurang lngkap
    http://http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fkurniawan.wordpress.com

    BalasHapus
  4. bagus tapi gak ada foot note sm daftar pustaka

    BalasHapus

  5. Thanks infonya. Oiya ngomongin pendidikan anak, miliarder kawakan Warren Buffett ternyata punya cara cerdas loh untuk mendidik anak perihal keuangan. Seperti apa caranya? Temen-temen bisa cek di sini: Tips Warren Buffett mendidik anak

    BalasHapus