BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan
hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa
terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel)
seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem
pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan
munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama,
etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki
oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa
untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.
Selama
ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan
fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya
yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem
pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak – anak yang
berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari
telah menghambat proses saling mengenal antara anak – anak difabel dengan anak
– anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok
difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat.
Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara
kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang
integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Seiring
dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak – haknya,
maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan
Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi adalah
Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional Protocol yang
disahkan pada Maret 2007. Pada pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa
setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di
setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah untuk mendorong
terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam
prakteknya sistem pendidikan inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan
tarik ulur antara pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para
guru.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
saja sarana dan prasarana umum dalam pendidikan ?
2. Apa
saja sarana khusus untuk ABK ?
3. Apa
saja prasarana khusus untuk ABK ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
sarana dan prasarana umum dalam pendidikan
2. Mengetahui
sarana khusus untuk ABK
3. Mengetahui
prasarana khusus untuk ABK
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sarana
dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif tidak berbeda dengan sarana dan parasarana
yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya, yaitu:
1.
Ruang
kelas beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
2.
Ruang
praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
3.
Ruang
perpustakaan beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
4.
Ruang
serbaguna beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
5.
Ruang
BP/BK beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
6.
Ruang
UKS berta perangkatnya (perabot dan peralatan)
7.
Ruang
kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta perlengkapannya (perabot dan
peralatan)
8.
Lapangan
olahraga, beserta peralatannya (perabot dan peralatan)
9.
Toilet
10.
Ruang
ibadah, beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
11.
Ruang
kantin
12.
Ruang
sumber (tempat alat bantu belajar anak berkebutuhan khusus)
B.Sarana
Khusus untuk ABK
Penentuan sarana khusus untuk setiap jenis kelainan
didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan kebutuhan
peserta didik.
1. Anak
Tunanetra
a.
Alat Asesmen
Bervariasinya kelainan penglihatan pada anak tunanetra menuntut adanya
pemeriksaan yang cermat dalam
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Assesmen kelainan
penglihatan dilakukan untuk mengukur
kemampuan penglihatan dalam bentuk geometri, mengukur kemampuan penglihatan
dalam mengenal warna, serta mengukur ketajaman penglihatan. Alat yang
digunakan untuk assesmen penglihatan
anak tunanetra dapat seperti di bawah ini.
1)
Snellen Chart (alat untuk mengetes ketajaman
penglihatan dalam bentuk hurup dan simbol E)
2)
Ishihara Test (alat untuk mengetes ”buta warna”)
3) SVR (Trial Lens
Set) (alat untuk mengukur ketajaman penglihatan)
4) Snellen Chart
Electronic (alat untuk mengetes ketajaman penglihatan sistem elektronik –
bentuk hurup dan simbol E)
b.
Orientasi dan Mobilitas
Pada umumnya anak tunanetra mengalami gangguan orientasi
mobilitas baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Untuk pengembangan
orientasi mobilitasnya dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat berikut
ini.
1)
Tongkat
panjang (alat bantu mobilitas berupa tongkat panjang yang terbuat dari
allumunium)
2)
Tongkat Lipat (alat bantu mobilitas berupa
tongkat yang dapat dilipat terbuat dari
allumunium)
3)
Tongkat
elektrik (alat bantu mobilitas berupa tongkat yang berbunyi apabila ada benda
di dekatnya)
4)
Bola
bunyi (bola sepak yang mengeluarkan
bunyi)
5)
Pelindung
kepala (alat pengaman kepala dari benturan/helm sport)
c.
Alat Bantu Pembelajaran/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunanetra selain membaca,
menulis, berhitung juga mengembangkan sikap, pengetahuan dan kreativitas.
Akibat kelainan penglihatan anak tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan membaca, menulis,
berhitung.
Untuk membantu penguasaan kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung dapat dilakukan dengan
menggunakan alat-alat seperti berikut ini.
1)
Peta Timbul (peta tiga dimensi
bentuk relief)
2)
Abacus (alat bantu berhitung)
3)
Penggaris Braille (penggaris dengan skala ukur bentuk relief)
4)
Blokies (sejumlah dadu dengan simbol Braille dengan papan berkotak)
5)
Papan Baca (alat untuk melatih
membaca)
6)
Meteran Braille (alat untuk mengukur panjang/lebar dengan skala ukur dengan
simbol Braille)
7)
Kompas Braille (pengukur posisi arah angin dengan tanda Braille)
8)
Kompas bicara (penunjuk arah angin dengan suara)
9)
Talking Watch (jam-tangan elektronik yang dapat
mengeluarkan suara)
10) Gelas Rasa (gelas untuk mengukur tingkat
sensitifitas rasa)
11) Botol Aroma (botol berisi cairan untuk
mengukur tingkat sensitifitas bau)
12) Braille Kit
(perlengkapan pengenalan huruf dan angka Braille)
13) Mesin tik Braille (mesin tik dengan huruf
Braille)
14)
Kamus bicara (kamus yang dapat mengeluarkan suara berbentuk CD)
15) Jam tangan
Braille (jam tangan dengan huruf Braile)
16) Puzzle
Ball (puzle bentuk
potongan bola/lingkaran)
17) Model Anatomi (Model anatomi tiga dimensi dan dapat
dirakit)
18) Globe Timbul (bola dunia tiga dimensi)
19) Bentuk–bentuk Geometri (puzle bentuk potongan
geometris/peraturan)
20) Collor
Sorting Box (alat untuk melatih
ketajaman penglihatan melalui diskriminasi
warna)
21) Dan sebagainya.
d.
Alat Bantu Visual (alat
bantu penglihatan)
Kelainan
penglihatan anak tunanetra
bervariasi dari yang ringan (low vision)
sampai yang total (total blind). Untuk membantu memperjelas penglihatannya pada anak
tunanetra jenis Low vision dapat digunakan
alat bantu sebagai berikut.
1)
Magnifier Lens Set (alat bantu penglihatan bagi low vision bentuk hand and
standing berbagai ukuran)
2)
CCTV (Closed
Circuit Television/alat bantu baca untuk anak low vision berupa TV monitor)
3)
View Scan
(alat bantu baca untuk anak low vision
berupa scaner)
4)
Televisi (TV monitor/pesawat penerima gambar
jarak jauh)
5)
Prism monocular (alat bantu melihat jauh)
e.
Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran)
Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra dalam
mengikuti pelajaran dapat digunakan alat-alat seperti berikut ini:
1)
Tape
Rekorder Doble Dek (alat rekam/tampil suara model dua tempat kaset)
2)
Alat
Musik Pukul (alat-alat musik jenis pukul/perkusi)
3)
Alat
Musik Tiup (alat-alat musik jenis tiup)
f.
Alat Latihan Fisik
Pada umumnya anak tunanetra mengalami kesulitan dan kelambanan dalam melakukan aktivitas fisik/motorik. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kekuatan fisiknya yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya.
Untuk mengembangkan
kemampuan fisik alat yang dapat digunakan untuk anak tunanetra
adalah sebagai berikut.
1)
Catur
tunanetra (papan catur dangan permukaan tidak sama untuk kotak hitam dan putih,
sehingga buah catur tidak mudah bergeser)
2)
Bridge
tunanetra (kartu bridge dilengkapi huruf Braille)
3)
Sepak
bola dengan bola berbunyi (bola sepak yang dapat menimbulkan bunyi)
4)
Papan
Keseimbangan (papan titian untuk melatih keseimbangan pada saat berjalan)
5)
Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)
6)
Static Bycicle (speda permanen/tidak dapat melaju)
2.
Tunarungu/Gangguan Komunikasi
a. Alat Asesmen
Bervariasinya tingkat kehilangan pendengaran pada anak tunarungu/gangguan
komunikasi menuntut adanya pengelolaan yang
cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan
yang dimilikinya.
Asesmen kelainan pendengaran dilakukan
untuk mengukur kemampuan pendengaran, atau untuk menentukan tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk
asesmen pendengaran anak tunarungu
adalah seperti berikut:
1.
Scan Test
(alat untuk mendeteksi pendengaran tanpa memerlukan ruang khusus)
2.
Bunyi-bunyian (alat yang dapat menimbulkan berbagai jenis
bunyi)
3.
Garputala
(alat pengukur getar bunyi/suara atau tinggi nada)
4.
Audiometer &
Blanko Audiogram (alat
kemampuan pendengaran dengan akurasi tinggi melalui tes audiometri)
5.
Mobile
Sound Proof (kotak kedap suara sebagai
perangkat tes audiometri)
6.
Sound level meter (alat pengukur kuat suara)
b.
Hearing Aids (Alat Bantu Dengar)
Anak tunarungu
mengalami gangguan pendengaran
baik dari ringan sampai berat/total. Untuk membantu pendengarannya dapat
dilakukan menggunakan alat bantu dengar (hearing
aid) seperti berikut ini.
1)
Model
saku (alat bantu dengar model-saku)
2)
Model
belakang Telinga (alat bantu dengan model ditempel di belakang telinga)
3)
Model
dalam Telinga (alat bantu dengan model dimasukan langsung ke dalam telinga)
4)
Model
kacamata (alat bantu dengar model-kacamata yang diperuntukan sekaligus kelainan
penglihatan)
Sementara itu,
untuk membantu pendengaran dalam proses pembelajaran dapat digunakan alat-alat berikut ini:
1)
Hearing Group (alat bantu dengar yang dapat dipergunakan secara kelompok agar anak dapat
berkomunikasi dan memanfaatkan sisa pendengaran)
2)
Loop
Induction System (alat bantu dengar yang dapat dipergunakan secara kelompok
agar anak dapat berkomunikasi dan memanfaatkan sisa pendengaran dilengkapi head sets)
c.
Latihan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
Pada umumnya anak tunarungu mengalami gangguan
pendengaran baik ringan maupun
secara keseluruhan/total, sehingga mengakibatkan gangguan atau hambatan komunikasi dan bahasa.
Untuk pengembangan
kemampuan berkomunikasi dan bahasa
dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sebagai berikut.
1)
Cermin
(alat untuk memantulkan gambar/bercermin)
2)
Alat
latihan meniup (seruling, kapas,
terompet, peluit untuk merangsang pernafasan dalam rangka persiapan perbaikan
bicara)
3)
Alat
musik perkusi (gong. gendang, tamborin, triangle, drum, kentongan)
4)
Sikat
getar (sikat dengan bulu-bulu khusus untuk melatih kepekaan terhadap bunyi/getaran)
5)
Lampu
aksen (kontrol suara dengan lampu indikator)
6)
Meja
latihan wicara (meja tempat anak belajar berbicara
7)
Speech and Sound Simulation (alat pelatihan bina bicara yang
dilengkapi meja dan cermin)
8)
Spatel (alat
bantu untuk membetulkan posisi organ artikulasi terbuat dari stainless steel)
9)
TV/VCD
d.
Alat Bantu Belajar /Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunarungu mencakup membaca,
menulis, berhitung, mengembangkan perilaku positif, pengetahuan, dan
kreativitas. Karena mengalami kelainan pada pendengarannya, maka anak tunarungu mengalami
kesulitan dalam menguasai kemampuan
membaca, menulis dan berhitung.
Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan
alat-alat yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan akademik
anak tunarungu antara lain:
1)
Miniatur
benda (bentuk benda sebenarnya dalam
ukuran kecil)
2)
Finger Alphabet (bentuk simbol huruf dengan isyarat
jari tangan)
3)
Silinder
(bentuk-bentuk benda silindris)
4)
Kartu
kata (kartu yang bertuliskan kata)
5)
Kartu
kalimat (kartu yang bertuliskan kalimat singkat)
6)
Menara
segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran berurut
dari kecil sampai besar)
7)
Menara
lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar)
8)
Menara
segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran berurut dari kecil sampai
besar)
9)
Peta
dinding (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara yang dapat ditempel
di dinding)
10) Model geometri (model-model bentuk benda beraturan)
11) Anatomi telinga (alat bantu menerangkan susunan bagian
telinga)
12) Model telinga (model bagian-bagian telinga tiga dimensi)
13) Torso setengah badan (Model anatomi tubuh-setengah badan)
14) Puzzle buah-buahan (potongan-potongan bagian dari
buah-buahan
15) Puzzle binatang (puzle bentuk potongan binatang)
16) Puzzle konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun
sederhana)
17) Atlas (peta batas wilayah, batas pulau dan batas Negara)
18) Globe (bola dunia yang menggambarkan benua dan
batas-batas negara di dunia)
19) Miniatur Rumah Adat (contoh rumah-rumah adat dalam ukuran
kecil dan proporsional)
20) Miniatur Rumah ibadah (contoh rumah-rumah ibadah dalam
ukuran kecil dan proporsional)
e.
Alat Latihan Fisik
Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak
tunarungu, alat-alat yang dipergunakan adalah sebagai berikut:
1)
Bola
dan Net Volley
2)
Bola
Sepak
3)
Meja
Pingpong
4)
Raket,
Net Bulutangkis dan Suttle Cock
5)
Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)
3. Anak
Tunagrahita
a.
Alat asesmen
Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak
tunagrahita, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan
dan kelebihan yang dimilikinya.
Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur
tingkat intelegensi dan kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alat
untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan seperti berikut ini:
1)
Tes
Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang model WISC-R)
2)
Tes
Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen
isian untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)
3)
Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat
pengetahuan yang dikuasai)
b. Latihan Sensori Visual
Tingkat kecerdasan anak tunagrahita bervariasi dari yang
ringan sampai yang berat. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan anak tunagrahita
mengalami kesulitan untuk berpikir abstrak dan mengalami kesulitan dalam
membedakan warna dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori visual anak
tunagrahita dapat menggunakan alat sebagai berikut:
1)
Gradasi
Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran
yang bervariasi untuk melatih kemampuan/pemahaman volume kubus)
2)
Gradasi
Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu warna)
3)
Gradasi
Balok 2 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi berbagai warna)
4)
Silinder
1 (bentuk-bentuk silinder untuk melatih motorik mata-tangan untuk usia dini)
5)
Silinder
2 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi )
6)
Silinder
3 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran, warna dan bahan yang bervariasi)
7)
Menara
segitiga (susunan bentuk segi tiga dengan ukuran berurut dari kecil sampai
besar)
8)
Menara
lingkaran (susunan gelang dari diameter kecil sampai besar)
9)
Menara
segi empat (susunan bentuk segi empat dengan ukuran berurut dari kecil sampai
besar)
10) Kotak Silinder (tempat menyimpan silinder-silinder alat
bantu mengajar/belajar)
11) Multi sensori (alat untuk melatih sensori seperti
pemahaman bentuk, ukuran, warna atau klasifikasi objek dan tekstur)
12)
Puzzle
Binatang (puzle bentuk potongan gambar binatang)
13) Puzzle Konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun
sederhana)
14) Puzzle Bola (puzle bentuk potongan bola/lingkaran)
15) Boks Sortir Warna (alat bantu untuk melatih persepsi
penglihatan melalui diskriminasi warna)
16) Geometri Tiga Dimensi (model-model bentuk benda beraturan
tiga dimensi)
17) Papan Geometri (Roden Set) (papan latih bentuk beraturan
model Roden)
18) Kotak Geometri (Box Shape) (kotak berpenutup berlubang
sesuai bentuk-bentuk beraturan)
19) Konsentrasi Mekanis (alat latih konsentrasi gerak
mekanik)
20) Formmenstockbox
Mit (bentuk-bentuk dan
warna untuk melatih motorik mata-tangan dan konsep ruang)
21) Formmenstockbox
(bentuk-bentuk dan warna untuk
melatih motorik mata-tangan dan konsep ruang)
22) Scheiben-Stepel
Puzzle (bentuk-bentuk dan
warna untuk melatih motorik pergelangan tangan untuk kesiapan menulis)
23) Formstec-Stepel
Puzzle (bentuk-bentuk dan
warna untuk melatih motorik dan konsentrasi)
24) Fadeldreicke (alat untuk melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi
mata-tangan)
25) Schmettering
Puzzle (melatih hubungan
ruang dan bentuk dalam kesatuan objek)
26) Puzzle Set (berbagai puzzle untuk mengembangkan kreativitas,
konsep rung dan melatih ingatan)
27) Streckspiel
(alat untuk melatih ketajaman
penglihatan dalam dimensi warna dan ukuran, menyortir dan mengklasifikasi objel
secara seriasi)
28) Geo-Streckbrett (alat untuk
melatih ketajaman penglihatan dan koordinasi mata-tangan)
29) Rogenbugentorte (alat untuk melatih kemampuan mendiskrinisasi warna dan
motorik halus)
c. Latihan Sensori
Perabaan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan dan
mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anak tunagrahita dapat
digunakan alat sebagai berikut:
1)
Keping
Raba 1 (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur bervariasi)
2)
Keping
Raba 2 (Gradasi Keping) (keping-keping benda dengan ukuran dan tekstur/tingkat
kehalusan tinggi)
3)
Keping
Raba 3 (Gradasi Kain) (berbagai kain dengan tingkat kekasaran/pakan/serat
kain yang bervariasi)
4)
Alas
Raba (Tactile footh) (melatih
kepekaan kaki pada lantai yang dikasarkan/dilapis lantai bertekstur kasar)
5)
Fub and Hand (Siluet tangan dan kaki)
6)
Puzzle Pubtastplatten (plat fuzle dengan siluet)
7)
Tactila
(melatih kepekaan perabaan melalui diskriminasi taktual dan visual)
8)
Balance Labirinth Spirale (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang
berbeda berbentuk spiral timbul)
9)
Balance Labirinth Maander (alat latih keseimbangan gerak tangan pada arah yang
berbeda berbentuk segi empat timbul)
d.
Sensori Pengecap dan Perasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan
rasa dan membedakan aroma/bau. Untuk
itu anak tunagrahita perlu latihan sensori pengecap dan perasa. Alat yang digunakan melatih sensori pengecap dan perasa
dapat berupa:
1)
Gelas
Rasa (gelas yang berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas rasa)
2)
Botol
Aroma (botol berisi cairan/serbuk untuk mengukur tingkat sensitifitas bau)
3)
Tactile Perception (untuk mengukur analisis perabaan)
4)
Aesthesiometer (untuk mengukur kemampuan rasa kulit)
e.
Latihan Bina Diri
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat diri
sendiri. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan bina diri. Alat yang
digunakan latihan bina diri dapat berupa:
1)
Berpakaian
1 (bentuk kancing)
2)
Berpakaian
2 (bentuk resleting)
3)
Berpakaian
3 (bentuk tali)
4)
Dressing Frame Sets (rangka pemasangan pakaian-kancing, resleting dan tali
dikemas dalam satu bingkai)
5)
Pasta
Gigi dan lain sebagainya
f.
Konsep dan Simbol Bilangan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami
konsep dan simbul bilangan. Untuk
itu anak tunagrahita perlu latihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat yang digunakan melatih konsep dan simbul bilangan
dapat berupa:
1)
Keping
Pecahan (peraga bentuk lingkaran menunjukan bagian benda, ½, ¼, 1/3, dst)
2)
Balok Bilangan 1 (alat mengenal prinsip
bilangan basis bilangan satuan)
3)
Balok Bilangan 2 (alat mengenal prinsip
bilangan basis bilangan puluhan)
4)
Geometri Tiga Dimensi (berupa bentuk-bentuk
geometri tiga dimensi yaitu: bulat,
lonjong, segitiga, segiempat, limas, piramid).
5)
Abacus
(alat untuk melatih pemahaman konsep bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan,
dan nilai tempat)
6)
Papan
Bilangan (Cukes) (berfungsi untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan
dasar-dasar operasi hitung)
7)
Tiang
Bilangan (Seguin Bretter) (papan
bersekat dengan angka puluhan dan nilai tempat, berfungsi melatih kemampuan
memahami bilangan puluhan dan nilai tempat)
8)
Kotak
Bilangan (kotak bersekat dilengkapi angka-angka 1 s.d 10 dengan lubang sekat
50, berfungsi untuk memperkenalkan konsep nilai dan simbol bilangan 1 sampai
dengan 10)
g.
Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkreativitas
dan pada daya pikirnya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan memahami
kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa:
1)
Tetris
(kotak berisi potongan kayu untuk disusun beraturan sesuai petunjuk gambar
2)
Box
konsentrasi mekanis (alat latih konsentrasi gerak mekanik bentuk kotak/boks)
3)
Fuzle
konstruksi (puzle bentuk konstruksi/rancang bangun sederhana)
4)
Rantai
persegi (mata rantai persegi yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk
bangun)
5)
Rantai
bulat (mata rantai bulat yang dapat disusun/dirangkai menjadi bentuk bangun
bola)
6)
Lego/Lazi
(potongan-potongan dengan kaki dan kepala yang dapat saling dipasangkan membuat
bangun tertentu)
h.
Alat Pengajaran Bahasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
dan berbahasa. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan berbahasa. Alat yang
digunakan melatih berbahasa dapat berupa:
1)
Alphabet Loweincase (simbol-simbol alphabet/abjad huruf besar)
2)
Alphabet Fibre Box (melatih membaca permulaan dengan cara merangkai huruf
menjadi kalimat bahan dari fibre)
3)
Pias
Kata (simbol-simbol kata untuk disusun menjadi kalimat)
4)
Pias
Kalimat (pias-pias kata dan kalimat dilengkapi dengan gambar)
i. Latihan Perseptual Motor
Keterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan anak
tunagrahita mengalami kesulitan dalam perseptual motornya. Untuk itu anak
tunagrahita perlu latihan perseptual motor. Alat yang digunakan melatih
perseptual motor dapat berupa:
1)
Bak
Pasir (melatih kreativitas bentuk)
2)
Papan
Keseimbangan (papan untuk melatih keseimbangan
3)
tubuh)
4)
Gradasi
Papan Titian (papan untuk melatih keseimbangan
5)
Tubuh
dalam bentuk bertingkat)
6)
Keping
Keseimbangan (tangga bertali-papan berpenopang)
7)
Power Rider (alat untuk melatih kecekatan motorik)
8)
Balancier Zehner (berfungsi melatih keseimbangan gerak tubuh yang terdiri
dari untaian objek bentuk lingkaran)
9)
Balamcierbrett (berfungsi melatih dinamisasi tubuh berbentuk lingkaran yang diberi
torehan melingkar untuk menaruh bola)
10)
Balancierwippe (berfungsi melatih keseimbangan tubuh melalui gerak kaki berbentuk bilah
papan yang diberi torehan)
11)
Balancier Steg. (melatih keseimbangan untuk beberapa anak sekaligus yang terdiri dari
bilah-bilah papan dan balok yang dapat dirubah)
4. Anak Tunadaksa
a. Alat Asesmen Kemampuan Gerak
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan
perkembangan intelegensi motorik dan mobilitas, baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Bervariasinya kondisi fisik dan intelektual anak tunadaksa,
menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan
kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang
dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan
keadaannya.
Asesmen dilakukan pada anak tunadaksa dilakukan untuk
mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas,
intelegensi, serta perabaan. Alat
yang digunakan untuk assesmen anak tunadaksa seperti berikut ini:
1)
Finger Goniometer (alat ukur sendi-daerah gerak)
2)
Flexiometer (alat ukur kelenturan)
3)
Plastic Goniometer (alat ukur sendi terbuat dari plastik)
4)
Reflex Hammer (palu untuk mengukur gerak reflex kaki)
5)
Posture Evaluation Set (pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi
tulang belakang)
6)
TPD Aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulit pada tubuh)
7)
Ground Rhytem Tibre Instrument (alat ukur persepsi bunyi)
8)
Cabinet Geometric Insert (lemari geometris)
9)
Color Sorting Box (kotak sortasi warna)
10) Tactile
Board Sets (papan latih
perabaan sets)
b.
Alat Latihan Fisik/Bina Gerak
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam
pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Agar anak tunadaksa
dapat melakukan kegiatan hidup sehari-hari diperlukan latihan. Alat-alat yang
dapat digunakan dapat berupa:
1)
Pulley Weight (untuk menguatkan otot tangan dan perut)
2)
Kanavel
Table (untuk menguatkan otot tangan, pergelangan dan jari tangan)
3)
Squeez Ball (untuk latihan daya remas tangan)
4)
Restorator Hand (untuk menguatkan otot lengan)
5)
Restorator Leg (untuk menguatkan otot kaki, tungkai)
6)
Treadmill Jogger (untuk menguatkan otot kaki, tungkai dan jantung)
7)
Safety Walking Strap (sabuk pengaman ketika berlatih jalan)
8)
Straight
(tangga) (alat latih memanjat)
9)
Sand-Bag
(pemberat beban pada latihan gerak sendi)
10) Exercise
Mat (latihan
mobilisasi gerak tidur, berguling)
11) Incline
Mat (latihan untuk
merangkak)
12)
Neuro Development Rolls (latihan untuk merangkak dan keseimbangan dalam posisi
duduk)
13)
Height Adjustable Crowler (latihan untuk merangkak)
14)
Floor Sitter (untuk latihan duduk tegak di lantai)
15)
Kursi
CP (untuk latihan duduk tegak posisi normal)
16)
Individual
Stand-in Table (untuk latihan berdiri
tegak dan aktivitas tangan)
17)
Walking Paralel (untuk latihan jalan dengan
pegangan memajang kiri dan kanan
18)
Walker
Khusus CP (untuk latihan m obilitas berjalan)
19)
Vestibular Board (meja goyang untuk latihan keseimbangan)
20)
Balance Beam Set (papan titian untuk latihan keseimbangan)
21)
Dynamic Body and Balance (latihan keseimbangan dan meloncat)
22)
Kolam
Bola-bola (untuk latihan koordinasi mata, kaki dan tangan)
23)
Vibrator
(untuk mengatasi kekakuan otot)
24)
Infra-Red Lamp (Infra Fill) (melancarkan peredaran darah
dan relaksasi otot)
25)
Dual Speed Massager (alat pijat double kecepatan)
26)
Speed Training Devices (alat latih kecepatan gerakan mulut pada saat bicara)
27) Bola karet (untuk latihan motorik)
28) Balok berganda
(papan untuk melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk bertingkat)
29)
Balok
titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh)
c.
Alat Bina Diri
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri
(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh. Keterbatasan atau hambatan
tersebut mengakibatkan anak tunadaksa mengalami kesulitan untuk merawat diri
sendiri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri dan kegiatan hidup
sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa:
1)
Swivel Utensil (sendok khusus yang dimodifikasi untuk anak CP)
2)
Dressing Frame Set (rangka pemasangan pakaian)
3)
Lacing Shoes (kaus kaki)
4)
Deluxe Mobile Commade (alat latih buang air-kloset berjalan)
d.
Alat Orthotic dan
Prosthetic
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri
(ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh mengalami
kelainan. Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup
sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat
digunakan meliputi:
1)
Cock-Up Resting Splint (meluruskan permukaan tangan dan jari)
2)
Rigid Immobilitation Elbow Brace (untuk mengatsi gerakan siku pada posisi fleksi 90
derajat)
3)
Flexion Extention (untuk membantu gerakan sendi siku)
4)
Back Splint (untuk menahan sendi lutut agar tidak melinting kebelakang dan sebagi
penguat kaki pada saat berjalan)
5)
Night Splint (untuk mengistirahatkan kaki dalam posisi normal dan
mencegah salah bentuk)
6)
Denish Browns Splint (mengoreksi telapak kaki yang salah bentuk)
7)
X
Splint (mengoreksi bentuk kaki bentuk X)
8)
O
Splint (mengoreksi bentuk
kaki bentuk O)
9)
Long Leg Brace Set (menopang kaki yang layu agar kuat berjalan/berdiri)
10) Ankle
or Short Leg Brace (untuk
meluruskan tendon yang memendek atau meluruskan kaki serang)
11) Original
Thomas Collar (penyangga
leher)
12) Simple
Cervical Brace (untuk
mengoreksi leher dan menegakkan bahu)
13) Corsett (mengoreksi kelainan tulang punggung)
14) Crutch
(kruk) (untuk menopang tubuh)
15) Clubfoot
walker Shoes ((mengoreksi
bentuk kaki yang tidak terkendali pada saat jalan)
16) Thomas
Heel Shoes (sepatu dengan hak
yang bisa miring kiri-kanan)
17) Wheel
Chair (kursi roda)
18) Kaki Palsu Sebatas Lutut
19) Kaki Palsu Sampai Paha
e. Alat
Bantu Belajar/Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunadaksa mencakup membaca,
menulis, berhitung, pengembangan sikap, pengetahuan dan kreativitas. Akibat
mengalami kelainan pada motorik dan intelegensinya, maka anak tunadaksa
mengalami kesulitan dalam menguasai kemampuan
membaca, menulis, berhitung.
Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang akademik,
maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu
mengembangkan kemampuan akademik pada anak tunadaksa dapat berupa:
1)
Kartu
Abjad untuk pengenalan huruf
2)
Kartu
Kata untuk pengenalan kata
3)
Kartu
Kalimat untuk pengenalan kalimat
4)
Torso
Seluruh Badan untuk pengenalan bagian anggota
tubuh manusia
5)
Geometri
Sharpe untuk pengenalan bentuk dan untuk menyortir bentuk geometri
6)
Menara
Gelang untuk latihan koordinasi mata dan tangan
7)
Menara
Segitiga untuk pengenalan bentuk segitiga
8)
Menara
Segiempat untuk pengenalan bentuk segi empat
9)
Gelas
Rasa untuk membedakan macam-macam rasa
10)
Botol
Aroma untuk membedakan macam-macam bau/aroma
11)
Abacus
dan Washer untuk belajar berhitung
12)
Papan
Pasak untuk belajar berhitung dan koordinasi
13)
Kotak
Bilangan untuk belajar berhitung
5. Tunalaras
a.
Asesmen Gangguan Perilaku
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan
penyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut adanya pengelolaan yang cermat
dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini
penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
Asesmen dilakukan pada anak tunalaras untuk mengetahui
penyimpangan perilaku anak. Alat yang digunakan untuk assesmen anak tunalaras
seperti berikut ini:
1) Adaptive Behavior Inventory for Children
2) AAMD
Adaptive Behavior Scale
b. Alat Terapi Perilaku
Perilaku menyimpang yang dilakukan anak tunalaras
cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk mereduksi perilaku
yang menyimpang, maka dibutuhkan peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat
berupa:
1)
Pretend
Game (untuk membantu anak dalam
bersosialisasi dengan orang lain)
2)
Hide-Way
(untuk bermain sembunyi-sembunyian)
3)
Put
me a tune (untuk latihan menuangkan air ke
cangkir)
4)
Copy cats (untuk
menjalin interaksi dengan orang lain)
5)
Jig-saw
puzzle (teka-teki untuk melatih memecahkan
masalah)
6)
Puppen house (untuk
melatih bermain peran)
7)
Hunt the Timble
(permainan sulap untuk mengingatkan kembali permainan yang telah lalu)
8)
Sarung
tinju (terbuat dari kulit untuk menyalurkan rasa emosional)
9)
Hoopla
(untuk latihan koordinasi mata dan tangan)
10) Sand
Pits (untuk melatih
gerakan tangan dengan menggunakan tangan atau memasukan jari kakinya)
11) Animal
Matching Games (untuk latihan mencocokan gambar binatang)
12)
Organ
(untuk melatih kepekaan, kesenian dan mengapresiasikan musik)
13)
Tambur
dengan Stick dan Tripod (untuk melatih kepekaan, kesenian dan mengapresiasikan
musik)
14)
Rebana
(untuk melatih kepekaan, kesenian dan mengapresiasikan musik)
15)
Flute
(untuk melatih kepekaan, kesenian dan mengapresiasikan musik)
16) Torso
(untuk mengenal organ tubuh manusia)
17)
Constructive
Puzzle (melatih kemampuan pemecahan masalah)
18)
Animal
Puzzle (untuk mengenal berbagai jenis
binatang)
19)
Fruits
Puzzle (untuk mengenal berbagai jenis
buah-buahan)
c.
Alat
Terapi Fisik
Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak
tunalaras, alat yang dapat digunakan seperti berikut ini:
1)
Matras
2)
Straight-Type Staircase
3) Bola Sepak
4) Bola, Net Volley
5) Meja Pingpong
6)
Power Rider
7)
Strickleiter
8) Trecketsando (5 flat)
9) Rope Lader
6. Anak Berbakat
a. Alat Asesmen
Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa dibanding
teman sebayanya. Istimewanya kondisi anak berbakat menuntut adanya pengelolaan
yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal
ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat memperoleh
pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuannya.
Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui.
Keberbakatan dan menilai tentang kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program
pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yang
digunakan untuk assesmen anak berbakat seperti berikut ini:
1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat
kecerdasan seseorang model WISC-R)
2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian
untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang model Stanford Binet)
3) Cognitive Ability Tes (alat atau instrumen isian untuk
mengukur tingkat pengetahuan yang dikuasai)
4) Differential Aptitude Test (alat atau instrumen isian
untuk mengukur tingkat sikap)
b. Alat Bantu Ajar/Akademik
Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan dan
tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari orang lain, mereka ingin
menemukan sendiri dengan cara trial and error (mengadakan percobaan/praktikum)
di laboraturium atau di masyarakat.
Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu mengusahakan
sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut meliputi:
1) Sumber
belajar:
a)
Buku paket
b)
Buku Pelengkap
c)
Buku referensi
d)
Buku bacaan
e)
Majalah
f)
Koran
g)
Internet
h)
Dan sebagainya
2) Media
pembelajaran
a)
Radio
b)
Cassette recorder
c)
TV
d) OHP
e)
Wireless
f)
Slide projector
g)
LD/VCD/DVD
player
h)
Chart
i)
Komputer,
dan lain sebagainya
7. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
a.
Alat Asesmen
Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan kondisi
kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif menggangu
perkembangan, integrasi, dan/atau kemampuan verbal dan/atau non verbal.
Kesulitan belajar dapat berupa kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan atau
matematika.
Bervariasinya kesulitan belajar, menuntut adanya
pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menetukan apa yang dibutuhkan dapat
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajar
dilakukan untuk mengetahui bentuk
kesulitan belajar dan untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajarannya. Alat yang
digunakan untuk assesmen anak yang mengalami kesulitan belajar seperti berikut
ini:
1) Instrumen
ungkap riwayat kelainan
2) Tes
Inteligensi WISC
b. Alat Bantu Ajar/Akademik
1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi)
Sarana
khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar membaca
(remedial membaca) meliputi:
a)
Kartu
Abjad
b)
Kartu
Kata
c)
Kartu
Kalimat
d)
Kesulitan
Belajar Bahasa
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami
kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa) meliputi:
a)
Kartu
Abjad
b)
Kartu
Kata
c)
Kartu
Kalimat
3) Kesulitan
Belajar Menulis (Disgrafia)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami
kesulitan belajar menulis (remedial menulis) meliputi:
a)
Kartu
Abjad
b)
Kartu
Kata
c)
Kartu
Kalimat
d)
Balok
bilangan 1
e)
Balok
bilangan 2
4) Kesulitan
Belajar Matematika (Diskalkulia)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami
kesulitan belajar matematika (remedial matematika) meliputi:
a)
Balok
bilangan 1
b)
Balok
bilangan 2
c)
Pias
angka
d)
Kotak
bilangan
e)
Papan
bilangan
C.
Prasarana Khusus
1. Anak
Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan Asesmen,
Konsultasi, Orientasi dan Mobilitas, Remedial Teaching, Latihan Menulis
Braille, Latihan Mendengar, Latihan
Fisik, Keterampilan, dan penyimpanan alat.
2. Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan Asesmen, Konsultasi, Latihan Bina Wicara, Bina
Persepsi Bunyi dan Irama, Remedial Teaching,
Latihan Fisik, Keterampilan, dan penyimpanan alat.
3.
Anak Tunagrahita
Untuk peserta didik Tunagrahita/Anak Lamban Belajar
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan Assesmen, Konsultasi, Latihan sensori, Bina diri,
Remedial Teaching, Latihan Perseptual,
Keterampilan, dan penyimpanan alat.
4.
Anak Tunadaksa
Untuk peserta didik Tunadaksa diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan Assesmen,
konsultasi, Latihan fisik, Bina diri, Remedial Teaching, Keterampilan, dan penyimpanan alat.
5.
Anak Tunalaras
Untuk peserta didik Tunalaras diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan Assesmen,
Konsultasi, Latihan perilaku, Terapi permainan, Terapi fisik, Remedial
Teaching, dan penyimpanan alat.
6.
Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan
prasarana yang ada apabila di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif peserta
didiknya ada yang berkecerdasan istimewa, prasarana khusus yang perlu
disediakan adalah ruang assesmen.
7.
Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan
atau mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berbakat, prasarana
khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
8.
Anak yang
Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan Assesmen, dan Remedial. Sebagai catatan, pada dasarnya
di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu unit ruang
sebagai ”Resource Room” atau ruang
sumber.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Macam-macam
alat yang dibutuhkan bagi tiap-tiap anak berkebutuhan khusus adalah:
b.
Alat asesmen
c.
Alat bantu fisik
d.
Alat bantu akademik
e.
Orientasi dan mobilitas
bagi tiap-tiap kebutuhan khusus
f.
Sarana dan prasarana
khusus yang diperlukan masing-masing siswa berkebutuhan khusus.
B.
Saran
Berdsarkan
bermacam-macam dan berbedanya jenis dari Anak Berkebutuhan Khusus, maka
seyogyanya setiap sekolah yang ditunjuk melakukan pendidikan inklusi memiliki
sarana dan prasarana sebagai berikut:
g.
Alat asesmen
h.
Alat bantu fisik
i.
Alat bantu akademik
j.
Orientasi dan mobilitas
bagi tiap-tiap kebutuhan khusus
k.
Sarana dan prasarana
khusus yang diperlukan masing-masing siswa berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Salim Choiri, dkk. 2009. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Secara
Inklusif. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Diakses dari: http://www.scribd.com/doc/56418107/Pedoman-Khusus-07-Sarana-Dan-Prasarana. 3 Maret 2012
Diakses dari: http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/12/makalah-pendidikan-keluarbiasaan.html. 1 Maret 2012
0 komentar:
Posting Komentar