PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Semester IV
Dosen
Pengampu : Drs. Muh. Chamdani,
M.Pd.
Disusun Oleh:
Syukron Zahidi
A
K7110567
KELAS IV B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHLUAN
A.
Latar Belakang
Kebijkan pendidikan inklusif merupakan “system penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya” (Permendiknas,Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidkan
Inklusif).
Pendidikan inklusif merupakan sauatu pendekatan
pendidikan yang inovatif dan strategis untuk
memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan
khusus termasuk anak penyandang cacat. Dalam konteks yang lebih luas,
pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagi satu bentuk reformasi pendidikan
yang menekankan sikap anti diskriminasi,
perjuangan persamaan hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan akses pendidikan
bagi semua, peningkatan mutu pendidikan,
upaya strategis dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta upaya merubah
sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus.
Secara formal pendidikan inklusi di Indonesia
baru dilaksanakan dalam satu dasa warsa
terakhir, namun diyakini bahwa secara alamiah pendidikan inklusi sudah
berlangsung sejak lama. Hal ini tidak lepas dari faktor-faktor filosofi,
sosial, maupun budaya Indonesia yang
sangat menghargai dan menjunjung tinggi
kebihinekaan atau keberagaman. Faktor-faktor ini tentu dapat menjadi modal dasar
bagi pengembangan penyelenggaraan pendidikan inklusi yang sekarang sedang
digalakkan.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai
dengan latar belakang masalah-masalah yang muncul dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana keberadaan
pendidikan inklusi dalam konteks persekolahan Nasional?
2.
Permasalahan yang
dialami sekolah-sekolah yang mengadakan pendidikan inklusif?
3.
Kondisi di lapangan
dalam penerapan pendidikan inklusi?
C.
Tujuan
Meninjau rumusan masalah, maka yang diharapkan dalam
makalah ini supaya pembaca dan penulis dapat:
1. Mengetahui keberadaan pendidikan
inklusif dalam konteks Nasional
2. Mengerti dan mengetahui dasar adanya
pendidikan inklusif sesuai konteks Nasional.
3. Mengetahui dan dapat menemukan solusi
untuk tindak lanjutnya dari permasalahan-permasalahan yang dialami
sekolah-sekolah dalam mengadakan pendidikan inklusif.
4. Mengetahui kondisi lapangan setelah
adanya observasi. Penulis telah observasi di SD Negeri Pecarikan Prembun
Kebumen.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keberadaan Pendidikan Inklusif dalam
konteks persekolahan Nasional
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang didalamnya mengamanatkan tujuan dan fungasi
pendidikan, termasuk sistem pendidikan untuk ABK. Dari undang-undang ini
kemudian hadir berbagai peraturan tentang pendidikan salah satunya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
mencakup delapan (8) standar. Inti
kebijakan ini adanya sistem pendidikan yang bersifat umum sebagai tolak ukur
minimal kulaitas layanan pendidikan.Implementasi dari kebijakan tersebut diharapakan
setiap layanan pendidikan dapat mencapai ketuntasan minimal.
Secara konseptual pendidikan inklusif merupakan
sistem layanan Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang mempersyaratkan agar semua ABK
dilayanai di sekolah umum terdekat bersama teman seusianya. Dalam pendidikan
inklusi menempatan ABK tingkat ringan, sedang dan berat secara penuh di kelas biasa.
Secara umum pendidikan inklusif dapat dikelompokan
sesuai dengan konsep pendidikan Nasional yaitu: pertama, inklusif
sebagai pendidikan yang memberikan
kesempatan yang adil kepada semua siswa untuk bisa mengakses pendidikan tanpa
membedakan gender, etnik, status sosial dan kebutuhan khusus (kemampuan) pada
semua level/jenjang pendidikan. Kedua,
dalam sekolah inklusif menerapkan model multi input artinya tidak mengenal
penolakan murid. Kondisi ini tentu berbeda dengan sistem seleksi siswa baru
dalam persekolahan yang saat ini masih cenderung menggunakan seleksi peringkat
nilai hasil kelulusan. Ketiga,
program kurikulum dalam pendidikan inklusif berbasig kepada anak. Dalam hal ini
tentu disesuaikan dengan kebutuah ABK. Penyelenggraan pembelajaran dilaksanakan
dalam kelas bersama-sama siswa regular dan ABK.
Keempat, sistem evaluasi bersifat “FAIR”/adil
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bagi siswa yang mampu mengikuti evaluasi
regular dievalusai sesuai sistem evaluasi reguker, dengan memodifikasi
inbstrumen jika diperlukan. Namun bagi siswa dengan program
terindividualisasikan (PPI) maka evaluasi disesuaikan dengan PPI-nya. Hasil
evaluasi selain dikonfersi dalam bentuk kuantitatif dan berbentuk deskriptif,
yang menggambarkan pencapaian kinerja. Khusus untuk ABK dengan kategori sedang
dan berat hasil evaluasi bukan sebagai indikotor kenaikan jenjang pendidikan
lanjut, tetapi sebagai tolak ukur peningkatan potensi kemandirian untuk
kehidupan di lingkungannya.
B.
Permasalahan yang dialami
sekolah-sekolah dalam mengadakan pendidikan inklusif
Sekalipun perkembangan pendidikan inklusi di negara
kita cukup menggembirakan dan mendapat apresiasi dan antusiasme dari berbagai
kalangan, terutama para praktisi pendidikan, namun sejauh ini dalam tataran implementasinya di lapangan masih dihadapkan kepada berbagai
isu dan permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian Sunardi (2009) terhadap 12
sekolah penyelenggara inklusi di
Kabupaten dan Kota Bandung,
secara umum saat ini terdapat lima kelompok issue dan permasalahan
pendidikan inklusi di tingkat sekolah yang perlu dicermati dan diantisipasi
agar tidak menghambat, implementasinya tidak bisa, atau bahkan menggagalkan
pendidikan inklusi itu sendiri, yaitu : pemahaman dan implementasinya,
kebijakan sekolah, proses pembelajaran, kondisi guru, dan support system. Salah
satu bagian penting dari suppor system adalah tentang penyiapan anak.
Selanjutnya, berdasar isu-isu tersebut,
permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman inklusi dan implikasinya
a. Pendidikan inklusif bagi anak
berkelainan/penyandang cacat belum
dipahami sebagai upaya peningkatan kualitas layanan pendidikan. Masih dipahami
sebagai upaya memasukkan disabled
children ke sekolah regular dalam rangka
give education right and kemudahan
access education, and againt
discrimination.
b. Pendidikan inklusi cenderung dipersepsi
sama dengan integrasi, sehingga masih ditemukan pendapat bahwa anak harus
menyesuiakan dengan sistem sekolah.
c. Dalam implementasinya guru cenderung
belum mampu bersikap proactive dan ramah
terhadap semua anak, menimbulkan
komplain orang tua, dan menjadikan anak cacat sebagai bahan olok-olokan.
2. Kebijakan sekolah
a. Sekalipun sudah didukung dengan visi
yang cukup jelas, menerima semua jenis anak cacat, sebagian sudah memiliki guru
khusus, mempunyai catatan hambatan belajar pada masing-masing ABK, dan
kebebasan guru kelas dan guru khusus untuk mengimplementasikan pembelajaran
yang lebih kreatif dan inovatif, namun cenderung belum didukung dengan koordinasi dengan tenaga profesional, organisasi
atau institusi terkait.
b. Masih terdapat kebijakan
yang kurang tepat, yaitu guru
kelas tidak memiliki tangung jawab pada kemajuan belajar ABK, serta keharusan
orang tua ABK dalam penyediaan guru khusus.
3. Proses pembelajaran
a. Proses pembelajaran belum dilaksanakan dalam bentuk team teaching, tidak dilakukan secara
terkoordinasi.
b. Guru cenderung masih mengalami
kesulitan dalam merumusakan flexible
curriculum, pembuatan IEP, dan dalam menentukan tujuan, materi, dan
metode pembelajaran.
c. Masih terjadi kesalahan praktek
bahwa target kurikulum ABK sama dengan
siswa lainnya serta anggapan bahwa siswa
cacat tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menguasai materi belajar.
d. Karena keterbatasan fasilitas sekolah,
pelaksanaan pembelajaran belum menggunakan
media, resource, dan lingkungan
yang beragam sesuai kebutuhan anak.
4. Kondisi guru
a. Belum didukung dengan kualitas guru yang
memadai. Guru kelas masih dipandang not sensitive and proactive yet to the
special needs children.
b. Keberadaan guru khusus masih
dinilai belum sensitif dan
proaktif terhadap permasalahan yang dihadapi ABK.
5. Sistem dukungan
a. Belum didukung dengan sistem dukungan
yang memadai. Peran orang tua, sekolah khusus,
tenaga ahli, perguruan tinggi
– LPTK PLB, dan pemerintah masih dinilai minimal. Sementara itu fasilitas
sekolah juga masih terbatas.
b. Keterlibatan orang tua sebagai salah satu
kunci keberhasilan dalam pendidikan
inklusi, belum terbina dengan baik. Dampaknya, orang tua sering bersikap kurang peduli dan realistik
terhadap anaknya.
C.
Kondisi di lapangan dalam penerapan
pendidikan inklusif
Pada sekolah
yang secara alami mengembangkan pendidikan inklusif (penulis observasi di SD
Negeri Pecarikan Prembun Kebumen), beberapa kecenderungan yang terjadi di
lapangan, diantaranya:
1. Secara formal belum berpredikat sebagai
sekolah inklusif, bahkan sampai sekarang belum tersentuh proyek sosialisasi dan
pelatihan di bidang pendidikan inklusi
2. Para guru awalnya sempat khawatir akan
menurunkan citra sekolah.
3. Adanya protes terhadap kenaikan ABK,
sementara ada anak normal yang tidak naik kelas.
4. Tidak ada guru khusus, tetapi ini justru
tantangan untuk menemukan metode baru (kreatif) melalui kebersamaan,
saling diskusi, saling berbagai.
5. Perubahan dan proses adaptasi pembelajaran
dilakukan terus menerus melalui kerja sama, saling memotivasi, saling membantu,
saling mendukung, komunikasi, dan belajar dari pengalaman.
6. Mengembangkan kerjasama antar guru
dan meningkatkan jalinan komunikasi dengan orang tua.
7. Sekalipun diakui menambah beban tambahan,
namun diterima sebagai tantangan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan inklusif sebagai suatu sistem layanan ABK
menyatu dalam layanan pendidikan formal. Konsep ini menunjukkan hanya ada satu
sistem pembelajaran dalam sekolah inklusif, tetapi mampu mengakomudasi
perbedaan kebutuhan belajar setiap individu. Dalam Sistem persekolahan Nasional
yang selama ini masih cenderung menerapakan layanan pembelajaran dengan “model
ketuntasan hasil belajar bersama” melalui bentuk belajar klasikal berdampak
kurang memberikan kefleksibelan penerapan pendidikan inklusif, terutama bagi
ABK dengan kondisi kemampuan mental rendah.
Sekalipun perkembangan pendidikan inklusi di
Indonesia saat ini semakin diterima dan berkembang cukup pesat, namun dalam tataran implementasinya masih
dihadapkan kepada berbagai problema, isu, dan permasalahan yang harus disikapi
secara bijak sehingga implementasinya tidak menghambat upaya dan proses menuju
pendidikan inklusif itu sendiri serta
selaras dengan filosofi dan konsep-konsep yang mendasarinya.
B.
Saran
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif ada beberapa
permasalahn dan kendala yang dihadapi dalam implementasinya. Untuk itu
diperlukan komitmen tinggi dan kerja
keras melalui kolaborasi berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat
untuk mengatasinya. Dengan demikian, tujuan akhir dari semua upaya di atas
yaitu kesejahteraan para penyandang cacat dalam
memperoleh segala haknya sebagai warga Negara dapat direalisasikan
secara cepat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul salim
choiri munawir yusuf. 2009. Pendidikan
Anak Nerkebutuhan Khusus Secara Inklusif. FKIP .UNS
Ishartiwi. 2010.
Implementasi Pendidikan Inklusif Bagi
Anak Berkebutuhan Khusu. Dalam Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh dari http://adgi.or.id/wpcontent/uploads/2011/10/IMPLEMENTASI_PENDIDIKAN_INKLUSIF_BAGI_ANAK_BERKEBUTUHAN_KHUSUS.pdf
diakses pada 13 Juni 2012
Sunaryo. 2009. Manajemen Pendidikan Inklusif. Diunduh
dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195607221985031-SUNARYO/Makalah_Inklusi.pdf diakses pada 5 Juni 2012.
Suparno.
2008. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa , atas segala nikmat, taufik, dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan
makalah permasalahan-permasalahan dalam implementasi pendidikan inklusi ini
dapat berjalan dengan baik.
Makalah ini
disusun guna pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan
Inklusi. Dengan terwujudnya makalah ini kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Baik berupa usulan, pendapat,
kritikan, dan lain-lainnya.
Mudah-mudah
dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat luas.
Tapi dari semua manfaat yang ada dalam makalah ini. Tetap saja makalah ini
mempunyai banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharap adanya
masukan dan saran yang relevan untuk penyempurnaan makalah ini.
Kebumen, Juni 2012
DAFTAR ISI

Halaman
Judul ............................................................................................... i
Kata
Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar
Isi ....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A.
Latar Belakang ......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................... 2
C.
Tujuan Pembelajaran ................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A.
Keberadaan Pendidikan
Inklusif Dalam Konteks ...................
Pendidikan
Nasional................................................................. 3
B.
Permasalah dalam
Implementasi Pendidikan Inklusuf ............ 4
C.
Kondisi Lapangan
Pendidikan Inklusif ................................... 6
BAB
III PENUTUP .................................................................................... 7
A.
Kesimpulan .............................................................................. 7
B.
Saran ........................................................................................ 7
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 8
0 komentar:
Posting Komentar