MAKALAH
“KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN
TERPADU”
Mata Kuliah :
Pembelajaran Terpadu
Dosen Pengampu : Drs. Triyono, M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 2 Kelas VI B
1.
Nani
Wahyuni (K7110546)
2.
Sofyan
Harseno (K7110564)
3.
Sutrisni (K7110565)
4.
Swara Alam Syah (K7110566)
5.
Tutut
Hardianti (K7110574)
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Seiring dengan waktu, wajah
pendidikan di Indonesia nampaknya masih belum mampu bersaing dengan dunia.
Indonesia sebagai negara berkembang masih dalam proses peningkatan mutu
pendidikan. Akan tetapi, tidak semua siswa di Indonesia rendah dalam
pendidikan, buktinya banyak juga yang memenangkan lomba tingkat internasional.
Ini menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang tidak bisa di
anggap remeh.
Dalam pelaksanaan pendidikan di
Indonesia, khususnya Sekolah Dasar, masih menggunakan metode lama dalam proses
pembelajaran. Sehingga pencapaian tujuan pembelajaran kurang maksimal. Untuk mengoptimalkannya
maka pendidik mencari alternatif-alternatif lain, diantaranya melakukan inovasi
dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan melaksanakan program pembelajaran
terpadu.
Pembelajaran terpadu adalah sebuah
pendekatan belajar mengajar yang memadukan berbagai konsep mata pelajaran dalam
satu paket pembelajaran yang saling terkait dengan membuat suatu
batasan-batasan dalam tema, sehingga pembelajaran terpadu tidak memaksakan
keterpaduan, dan pembelajarannya berorientasi pada pengalaman bermakna pada
anak. Anak membuat pengertian, konsep-konsep materi berdasarkan pengalamannya
dan guru bersifat sebagai mediator dan fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.
B. RUMUSAN MASALAH
Apa saja karakteristik pembelajaran terpadu?
C. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui karakteristik pembelajaran terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TERPADU
Penerapan
pendekatan pembelajaran terpadu di sekolah dasar biasa disebut sebagai suatu
upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi
gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan di sekolah-sekolah. Penjejalan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan
mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk
mengerjakan aktivitas atau tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan
mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka
kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran anak hanya merespon segalanya dari
guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan
langsung (direct experiences).
Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran
abstrak siswa tidak tersentuh, hal tersebut merupakan karakteristik utama
perkembangan anak usia sekolah dasar. Di sinilah mengapa pembelajaran terpadu
sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Menurut Depdikbud
(1996:3), pembelajaran
terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri
yaitu: holistik, bermakna, otentik, dan aktif.
1. HOLISTIK
Suatu
gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus,tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkinkann siswa untuk memahami
suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat
siswa lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau mengahdapi kejadian yang ada
di depan mereka.
2. BERMAKNA
Pengkajian
suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan
yang disebut skemata. Hal
ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Rujukan yang nyata dari semua
konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari. Selanjutnya,
hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan
belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.
3. OTENTIK
Pembelajaran
terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep
yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari
hasil belajarnya sendiri, bukan
sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya
lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui
eksperimen. Guru
lebih banyak berperan sebagai fasilitator,
sedangkan siswa bertindak sebagai aktor
pencari informasi dan pemberitahuan.
4. AKTIF
Pembelajaran
terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya
hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan siswa sehingga
mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar. Dengan
demikaian, pembelajaran
terpadu bukan hanya sekedar merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing
mata pelajran yang saling terkait.
Pembelajaran
terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek
kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema
tersebut.
Selain itu, Hilda Karli dan
Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu
sebagai berikut :
1. Holistik,
suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala
sisi.
2. Bermakna,
keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang
dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah- masalah nyata di dalam kehidupannya.
3. Aktif,
pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak
langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.
Sejalan
dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977: 7) mengemukakan bahwa pembelajaran
terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini :
1. Berpusat
pada anak (Student Centered)
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik
secara individu maupun secara kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali,
dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus
dikuasainya sesuai dengan perkembangannya. Siswa dapat mencari tahu sendiri apa
yang dia butuhkan. Hal ini sesuai
dengan penedekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. peran guru lebih banyak sebagai fasilitator yaitu memberkan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan
pengalaman langsung pada anak (Direct
Experince)
Pembelajaran terpadu diprogramkan
untuk melibatkan siswa secara langsung pada konsep dan prisip yang dipelajari
dan memungkinkan siswa belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung
sehingga siswa akan memahami hasil belajarnya secara langsung. Siswa akan
memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak
sebagai fasilitator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta serta informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya. Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan
antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari
beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang
terkotak-kotak/dibatasi. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
Bahkan dalam
pelaksanaan kelas-kelas awal, fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan
tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi
yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang
diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari siswa.
Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Dari kegiatan
ini diharapkan dapat berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan apa
yang diperoleh dari belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam
kehidupan siswa tersebut sehari-hari. Dengan
demikian siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini
diperlukan untik membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersikap
luwes (Fleksibel)
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan
ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar
menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Dengan demikian, siswa
diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dari beberapa pendapat
para ahli,
maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran terpadu meliputi:
1. Berpusat
pada anak
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan
perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran.
Contoh:
Guru melaksanakan tugasnya sebagai fasilitator, salah
satunya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Sehingga kelas lebih
terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar. Selain itu, guru dapat berperan
sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan
mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanaakan praktikum sendiri
sesuai dengan arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya. Guru
meluruskan konsep yang salah. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil praktikum.
2. Otentik
Pembelajaran terpadu diprogramkan
untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung) pada konsep dan prisip yang dipelajari. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar
dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
Contoh:
Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi
pelajaran yang dipelajari, misalnya museum, pantai, gunung, kebun, dan lain
sebagainya. Dengan pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengetahui dengan
jelas serta memahami materi yang dipelajari.
3. Pemisahan
antara bidang studi tidak begitu jelas
Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus.
Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
Contoh:
Guru
bercerita “Menjenguk Teman yang Sakit”.
“Jam 06.30, Andi pergi ke sekolah. Sebelum berangkat,
tidak lupa Andi berpamitan kepada kedua orang tuanya. Sesampainya disekolah,
Andi dan teman-temannya dikejutkan dengan berita bahwa Jery teman sekelasnya
tidak masuk sekolah karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Jery melanggar
peraturan lalu lintas karena ia mengendarai sepeda di sebelah kanan jalan. Andi
dan teman-temannya iuran untuk menjenguk Jery. Uang iuran terkumpul
Rp.100.000,00. Uang tersebut dibelikan 2 bungkus Roti tawar, masing-masing
seharga Rp. 7.500,00. Selain itu membeli buah-buahan : 1 kilogram Apel seharga
Rp.20.000,00 dan 2 kilogram jeruk seharga Rp. 30.000,00 dan sisanya ditaruh di
dalam amplop untuk diberikan kepada Jery.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep
lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan
diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
nyata di dalam kehidupannya.
Contoh:
Siswa
belajar tentang jual beli dengan menggunakan metode bermain peran. Ada yang
berperan sebagai penjual dan pembeli. Dalam bermain permain peran tersebut,
terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Dalam berinteraksi sebagai
penjual dan pembeli terdapat komunikasi. Jadi, siswa dapat belajar bagaimana
cara berkomunikasi yang baik (mata belajaran Bahasa Indonesia), materi tentang
pasar tersebut (penjual, pembeli, tawar-menawar) termasuk dalam mata pelajaran
IPS dan tawar menawar harga yang terjadi antara penjual dan pembeli termasuk
dalam pembelajaran matematika. Jadi, dalam kegiatan pembelajaran tersebut
terdapat kebermaknaan antar konsep mata pelajaran satu dengan mata pelajaran
lain.
5. Bersikap
luwes
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan
ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
Contoh:
Guru
dengan fleksibel dapat mengaitkan beberapa bahan ajar. Dalam mengaitkan
beberapa bahan ajar tersebut, guru menyesuaiakan dengan lingkungan sekitar
siswa. Misalnya dalam pelajaran olahraga, siswa sedang bermain bola. Kemudian dalam
pembelajaran IPA materi gravitasi bumi, guru membahas kembali kegiatan ketika
olah raga. Guru menanyakan mengapa bola dilempar akan jetuh ke tanah?
6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar
menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pembelajaran terpadu adalah sebuah
pendekatan belajar mengajar yang memadukan berbagai konsep mata pelajaran dalam
satu paket pembelajaran yang saling terkait. Anak membuat
pengertian, konsep-konsep materi berdasarkan pengalamannya dan guru bersifat
sebagai mediator dan fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajara terpadu memiliki beberapa karakteristik, antara lain yaitu:
1. Berpusat
pada anak.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun secara kelompok. Sehingga siswa dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya dan dibutuhkannya sesuai dengan
perkembangannya. Dalam pembelajaran terpadu peran guru lebih banyak
sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk selalu aktif dalam pembelajaran.
2. Otentik
.
Pembelajaran terpadu diprogramkan
untuk melibatkan siswa secara otentik (langsung) pada konsep dan prisip yang dipelajari. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa belajar
dengan melakukan kegiatan secara langsung sehingga siswa akan memahami hasil
belajarnya secara langsung sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,
bukan sekedar memperoleh informasi dari gurunya. Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan
antara bidang studi tidak begitu jelas.
Pembelajaran terpadu memusatkan
perhatian pada pengamatan suatu peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus.
Pemisahan antara bidang studi tidak ditonjolkan. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu
fenomena pembelajaran dari segala sisi. Fokus pembelajaran
diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4. Menyajikan
konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu
fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antarskema
yang dimiliki oleh siswa, keterkaitan antara konsep-konsep
lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari secara utuh dan
diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
nyata di dalam kehidupannya.
5. Bersikap
luwes.
Pembelajaran
terpadu bersifat luwes, sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu bahan
ajar dengan mata pelajaran lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu bertolak dari minat dan kebutuhan siswa. Menggunakan prinsip belajar
menyenangkan bagi siswa. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
B.
SARAN
Sebagai calon guru, diharapkan dapat mengetahui serta memahami
karakteristik pembelajaran terpadu sehingga suatu saat dapat menerapkannya
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Asep Herry Hernawan, dkk. 2011. Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Fida Khoirrun. 2012. Karakteristik Pembelajaran Terpadu. Diunduh dari http://surgailmu-kitapunya.blogspot.com/2012/10/karakteristik-pembelaja ran-terpadu.html pada
tanggal 4 Maret 2013.
Niken
septiasih. 2011. Pembelajaran Terpadu Di
SD. Kebumen : Universitas Sebelas Maret
ijin copas dan terimakasih..
BalasHapus