Komponen-komponen yang mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi guru, sumber belajar, tujuan, metode, evaluasi, materi, media pembelajaran dan sebagainya. Berkaitan dengan paradigma pembelajaran yang berkembang saat ini yaitu belajar kontruktuvisme yang artinya belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar). Jadi yang diutamakan dalam paradigma belajar konstruktivisme adalah siswa yang mencari pengalaman-pengalaman melalui lingkungan sekitar. Oleh karena itu bagi seorang guru dapat dikatakan hanya menyediakan tangga dan yang akan menaiki tangga tersebut merupakan anak tersebut. Seorang guru bisa menyediakan media pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajarannya dapat juga media tersebut sebagai hiasan atau yang lain-lainnya.
Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan tidak hanya bertatap muka saja tapi bisa dengan cara apapun yang di dapat.
My Life is Adventure
Petualang merupakan cara menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Petualang tak harus tempat yang mewah hutan, pantai, air terjun merupakan keindahan yang tak tertandingi.
Disiplin Berani dan Setia
Disiplin waktu, peraturan, Berani mengambil resiko tapi harus terukur, dan Setia.
Anak adalah Generasi Emas
Anak adalah generasi emas yang harus di didik dengan keteladan supaya terbentuk moral dan mental yang baik.
................
Semangat.
Rabu, 18 Juni 2014
DASAR DARI MEDIA PEMBELAJARAN
Komponen-komponen yang mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi guru, sumber belajar, tujuan, metode, evaluasi, materi, media pembelajaran dan sebagainya. Berkaitan dengan paradigma pembelajaran yang berkembang saat ini yaitu belajar kontruktuvisme yang artinya belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar). Jadi yang diutamakan dalam paradigma belajar konstruktivisme adalah siswa yang mencari pengalaman-pengalaman melalui lingkungan sekitar. Oleh karena itu bagi seorang guru dapat dikatakan hanya menyediakan tangga dan yang akan menaiki tangga tersebut merupakan anak tersebut. Seorang guru bisa menyediakan media pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajarannya dapat juga media tersebut sebagai hiasan atau yang lain-lainnya.
Pengertian, Macam dan Fungsi Keluarga
A.
Pengertian Keluarga
Keluarga (bahasa Sanskerta:
"kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti
"anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah. Keluarga
sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu,
memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di
antara individu tersebut. Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
TUGAS INDIVIDU
PARTISIPASI ORANGTUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA
Mata Kuliah : Pendidikan Pengembangan
Masyarakat
Dosen
Pengampu : Drs. Suripto, M.Pd
Disusun Oleh :
Syukron Zahidi Arrahmi
K7110567 / 28
Kelas B /
Semester V
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
SARANA DAN PRASARANA ABK
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan
hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa
terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel)
seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem
pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan
munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama,
etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki
oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa
untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.
DAMPAK GLOBALISASI
1.
Globalisasi
bidang hukum, pertahanan, dan keamanan
Dampak positif globalisasi bidang
hukum, pertahanan, dan keamanan :
Semakin menguatnya supremasi hukum,
demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia. Menguatnya
regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan
bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Semakin menguatnya tuntutan
terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan
akuntabel. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi
sebatas penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang profesional.
KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL
BAB I
SEJARAH DAN PENGERTIAN PERSPEKTIF GLOBAL
Standar kompetensi: Menguasai secara luas dan mendalam tentang hakekat, manfaat, tujuan Perspektif
Global dilihat dari fisi ilmu sosial, pendidikan multikultural, kesadaran dan wawasan global, isu-isu masalah
global serta model-model dan evaluasi yang mendukung pembelajaran IPS SD/MI.
Kompetensi Dasar 1: Mahasiswa mampu menjelaskan, pengertian,
sejarah, dan tujuan perspektif global.
Indikator:
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertain,
sejarah perspektif global
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan
perpektif global.
3.
Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh globalisasi bagi bangsa
Indonsia.
4.
Mahasiswa mampu menjelaskan
pentingnya perspektif global bagi siswa di sekolah dasar
MODIFIKASI ATAU PENGEMBANGAN KURIKULUM PENGEMBANGAN INKLUSI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya semua anak memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan, seluruh
potensi anak didik dapat digali dan dikembangkan secara optimal. Baik anak
didik yang normal maupun berkebutuhan khusus. Hal ini bertemali dengan
amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 tentang hak dan kewajiban setiap
warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 5
ayat 1 tentang hak setiap warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu.
Dengan demikian tidak ada alasan untuk meniadakan pendidikan anak berkebutuhan
khusus (ABK), apalagi menelantarkan ABK dalam memperoleh pendidikan.
PENEMPATAN ABK DI SEKOLAH INKLUSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah
anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya,
yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang
menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak
berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis
dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka
akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
MAKALAH
KLASIFIKASI
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Mata Kuliah: Pendidikan Inklusif
Dosen Pengampu: Drs. Wahyudi, M.Pd
Disusun oleh:
Kelompok 5
Kelas IV B
1.
Mahmudatul Amani K7110541
2.
Nani Wahyuni K7110546
3.
Rokhimi K7110560
4.
Titis Prihatiningtyas K7110571
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki arti yang lebih luas dibandingkan pengertian
Anak Luar Biasa. ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan
yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini
mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena itu memerlukan
pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara
umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak
berkebutuhan khusus permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak
berkebutuhan khusus temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam
perkembangan dan belajar karena kondisi dan situasi lingkungan. Anak
berkebutuhan khusus temporer apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat
dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen. Secara umum faktor
yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor lingkungan (2)
faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
Berikut
ini akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus temporer dan anak
berkebutuhan khusus permanen.
PERBEDAAN PENDIDIKAN INKLUSI, SEGREGASI DAN REGULER
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1
dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat
disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan
khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Ini menunjukkan bahwa
anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan
anak lainnya (reguler) dalam pendidikan. Selama ini, layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus di Indonesia disediakan melalui tiga macam lembaga
pendidikan yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua,
menampung anak dengan jenis kelainan yang sama sehingga ada SLB untuk anak
dengan hambatan penglihatan (Tunanetra), SLB untuk anak dengan hambatan
pendengaran (Tunarungu), SLB untuk anak dengan hambatan berpikir/kecerdasan
(Tunagrahita), SLB untuk anak hambatan (fisik dan motorik (Tunadaksa), SLB
untuk anak dengan hambatan emosi dan perilaku (Tunalaras), dan SLB untuk anak
dengan hambatan majemuk (Tunaganda). Sedangkan SLB menampung berbagai jenis
anak berkebutuhan khusus.
PENGERTIAN DAN ISTILAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejalan
dengan gencarnya gerakan Hak Asasi Manusia muncul pandangan baru bahwa semua
anak luar biasa harus dididik bersama-sama dengan anak normal di tempat yang
sama. Dengan maksud anak luar biasa tidak boleh ditolak untuk belajar sekolah
umum yang mereka inginkan. Pendidikan Inklusif dapat diartikan sebagai model
penyelenggaraan pendidikan dimana anak yang memiliki kelainan dan yang normal
dapat belajar bersama-sama disekolah umum. Bagi mereka yang memiliki kesulitan sesuai
kecacatannya disediakan bantuan khusus. Dalam system pendidikan ini digunakan
terminology anak dengan berkebutuhan khusus atau Children with special
aducation need sebagai pengganti istilah anak cacat atau anak luar biasa.
Hal inimengandung makna bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan khusus baik yang
permanen atau tidak permanen. Kebutuhan khusus ini dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu 1) kebutuhan secara individu; 2) kebutuhan khusus yang bersifat
kekecualian dan 3) kebutuhan khusus yang umum.
Konsep Dasar Pendidikan Inklusi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem
pendidikan dengan meninggalkan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap
siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa
terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan, dll. Salah
satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa
penyandang cacat. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel
dalam memenuhi keberagaman kebutuhan
siswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
TUJUAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu adanya pendidikan di negara kita adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu seluruh warga negaranya. Dengan adanya
pendidikan diharapkan, semua akan mampu mengaktualisasi dirinya dalam
masyarakat, mampu membangun negaranya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Pendidikan
ini merupakan hak semua warga negaranya tanpa kecuali. Hak pendidikan tidak
membedakan derajat, kondisi ekonomi ataupun kelainannya. Semua berhak
memperoleh pendidikan yang layak. Semua berhak memperoleh pendidikan yang ada
disekitarnya.
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
PERMASALAHAN-PERMASALAHAN
DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Semester IV
Dosen
Pengampu : Drs. Muh. Chamdani,
M.Pd.
Disusun Oleh:
Syukron Zahidi
A
K7110567
KELAS IV B
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHLUAN
A.
Latar Belakang
Kebijkan pendidikan inklusif merupakan “system penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan
atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya” (Permendiknas,Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidkan
Inklusif).
Selasa, 10 Juni 2014
Pembelajaran Kooperatif
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mengemban fungsi tersebut
pemerintah menyelenggarakan suatu system
pendidikan nasional sebagaimana
tercantum dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Senin, 09 Juni 2014
UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBERDAYAGUNAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI
PEMBERDAYAGUNAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Oleh:
Syukron Zahidi Arrahmi
K7110567 / VB
PENDAHULUAN
Hal utama suatu
negara dapat diakatkan sebagai negara maju salah satunya dalam bidang
pendidikan. Pemerintah Indonesia telah berusaha dengan berbagai cara dari
pertamanya berdiri negara ini sudah dijelaskan dalam landasan hukum yang jelas
yaitu tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Pemerintah
setiap saatnya juga meninjau perkembangan pendidikan dengan berbagai sistem
pembelajaran. Sejak dahulu sistem sentralisasi atau terpusatkan sudah tidak
berlaku kembali karena setiap daerah mempunyai ciri dan kemampuan
sendiri-sendiri. Setelah dilaksanak dengan sistem sentralisasi hasilnya
menunjukan adanya perbedaan yang sangat signifikan. Perubahan pemikiran dan
tindakan segera memang sangat dibutuhkan setiap sekolah untuk menjawab
tantangan.
MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN
MODEL PEMBELAJARAN
I. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran
mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode
pembelajaran :
MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF
BAB I
PPENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi
pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah
yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.
Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan
rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BARU MANAJEMEN KELAS, MANAJEMEN KELAS BERBASIS IT, DAN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara
untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan
bangsa. Guru memiliki andil yang sangat besar
terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu
kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya
adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang
meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan
sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
MANAJEMEN KELAS BAGI GURU PEMULA
MAKALAH
MANAJEMEN KELAS BAGI GURU PEMULA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pengampu: Dr.
Rokhmaniyah, M.Pd.
Disusun oleh :
1.
May Winarsih (K7110542)
2.
Meyliani Wiguna (K7110543)
3.
Sofia Apriyati (K7110563)
4.
Tri Susanti (K7110572)
Kelompok 6 / V
B
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
Asas dan Prinsip Manajemen Kelas serta Faktor yang Mempengaruhi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pemegang kendali dalam kelas ialah guru. Guru menjadi pengendali kemana
arah tujuan pembelajaran di kelas akan tercapai. Dalam mengarahkan pembelajaran
tersebut agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dibutuhkan kompetensi
yang baik dari guru dalam mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan kelas
mencakup pengelolaan dalam pembelajaran maupun pengelolaan kondisi fisik
lingkungan kelas tersebut.
Keharusan mengelola kelas dengan baik menuntut kemampuan kekreativitasan
dari guru untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di kelas sehingga
mampu mencipta pembelajaran yang produktif, efektif, dan efesien dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan . Kekreativitasan guru dalam upaya pencapaian
tujuan tersebut tetap didasarkan pada aspek-aspek dasar pengelolaan kelas yaitu
asas manajemen kelas, prinsip manajemen kelas maupun faktor-faktor dalam
manajemen kelas.
Pendekatan Manajemen Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran
seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang
dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.
Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan
usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga
proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan
seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti
prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran
yang ditentukan.
Melalui pendekatan-pendekatan dan
metode serta aspek-aspek manajemen
kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.
INSTRUMEN KINERJA GURU
TUGAS
INSTRUMENT KINERJA GURU
Mata
Kuliah : Profesi Kependidikan
Pengampu : Warsiti,S.Pd., M.Pd.
Disusun
Oleh:
Kelompok
5
Kelas VI B
Titis Prihatiningtyas K7110571
Muh. Fatkhu Rohman A. K7110544
Siti Fatimah K7110561
Syukron Zahidi Ar. K7110567
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
GURU JUJUR PESERTA DIDIK MUJUR
GURU JUJUR PESERTA DIDIK MUJUR
Syukron Zahidi Arrahmi
Mahasiswa FKIP UNS
ABSTRAK
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengupas beberapa hal yang sering
terlupa oleh guru diantaranya: (1) pentingnya kejujuran bagi guru untuk
mewujudkan peserta didik yang mujur; (2) strategi penanaman kejujuran ke
peserta didik; (3) pengaruh dari guru yang jujur terhadap peserta didik
berdasarkan kajian teoritis.
Metode dalam penulisan artikel adalah dengan pendekatan kualitatif yang
didasarkan pada kajian pustaka dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang dapat
dipercaya.
Hasil Pembahasan pentingnya kejujuran sudah jelas tercantum dalam QS.
Al-ahzab 70 dan beberapa hadis. Jujur digolongkan sesuai niat, tekad, amal, dan
perbuatan. Strategi penanaman kejujuran dengan cara bercermin, budaya, dan
pujian. Pengaruh guru dalam pembentukan peserta didik mujur sangat dominan
karena guru aktor utama atau orang tua yang sering bertemu dengan siswa.
Kesimpulannya guru yang jujur dapat mempengaruhi kemujuran dari peserta
didik. Karena jujur meliputi dari jujur dari niat, tekad, amal, dan perbuatan.
Kata kunci: Guru,
Jujur, Peserta didik, Mujur
ORGANISASI PROFESI
MAKALAH
ORGANISASI PROFESI
Mata Kuliah :
Profesi Kependidikan
Pengampu :
Warsiti,S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 5 Kelas VI B
Titis
Prihatiningtyas K7110571
Muh.
Fatkhu Rohman A. K7110544
Siti
Fatimah K7110561
Syukron
Zahidi Ar. K7110567
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesionalisme merupakan tuntutan
bagi para pekerja yang bekerja di pekerjaan yang telah diakui sebagai profesi.
Dengan tuntutan yang semakin meluas, banyak orang mengharapkan semua pekerjaan
harus bertindak atau bekerja secara profesionalisme padahal masih banyak orang
kurang paham apa yang dimaksud dengan profesionalisme. Dalam bahasa awam pula,
seseorang disebut profesional jika kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya
memuaskan.
Langganan:
Postingan (Atom)