Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan tidak hanya bertatap muka saja tapi bisa dengan cara apapun yang di dapat.

My Life is Adventure

Petualang merupakan cara menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Petualang tak harus tempat yang mewah hutan, pantai, air terjun merupakan keindahan yang tak tertandingi.

Disiplin Berani dan Setia

Disiplin waktu, peraturan, Berani mengambil resiko tapi harus terukur, dan Setia.

Anak adalah Generasi Emas

Anak adalah generasi emas yang harus di didik dengan keteladan supaya terbentuk moral dan mental yang baik.

................

Semangat.

Rabu, 18 Juni 2014

DASAR DARI MEDIA PEMBELAJARAN


Komponen-komponen yang mendukung keberhasilan pembelajaran meliputi guru, sumber belajar, tujuan, metode, evaluasi, materi, media pembelajaran dan sebagainya. Berkaitan dengan paradigma pembelajaran yang berkembang saat ini yaitu belajar kontruktuvisme yang artinya belajar merupakan hasil konstruksi sendiri (pebelajar). Jadi yang diutamakan dalam paradigma belajar konstruktivisme adalah siswa yang mencari pengalaman-pengalaman melalui lingkungan sekitar. Oleh karena itu bagi seorang guru dapat dikatakan hanya menyediakan tangga dan yang akan menaiki tangga tersebut merupakan anak tersebut. Seorang guru bisa menyediakan media pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajarannya dapat juga media tersebut sebagai hiasan atau yang lain-lainnya.

Pengertian, Macam dan Fungsi Keluarga



A.      Pengertian Keluarga
Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga"; "ras" dan "warga" yang berarti "anggota") adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

PARTISIPASI ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA




TUGAS INDIVIDU
PARTISIPASI ORANGTUA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA

Mata Kuliah                : Pendidikan Pengembangan Masyarakat
Dosen Pengampu        : Drs. Suripto, M.Pd



 



Disusun Oleh :
Syukron Zahidi Arrahmi
K7110567 / 28
Kelas B / Semester V


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

SARANA DAN PRASARANA ABK



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.

DAMPAK GLOBALISASI



1.      Globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan
Dampak positif globalisasi bidang hukum, pertahanan, dan keamanan :
Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan terhadap dilaksanakannya hak-hak asasi manusia. Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak. Semakin menguatnya tuntutan terhadap tugas-tugas penegak hukum yang lebih profesional, transparan, dan akuntabel. Menguatnya supremasi sipil dengan mendudukkan tentara dan polisi sebatas penjaga keamanan, kedaulatan, dan ketertiban negara yang profesional.

KONSEP PERSPEKTIF GLOBAL



BAB I
SEJARAH  DAN PENGERTIAN  PERSPEKTIF GLOBAL

Standar kompetensi: Menguasai secara luas dan mendalam tentang hakekat, manfaat, tujuan Perspektif Global dilihat dari fisi ilmu sosial, pendidikan multikultural,  kesadaran dan wawasan global, isu-isu masalah global serta model-model dan evaluasi yang mendukung pembelajaran IPS SD/MI.
Kompetensi Dasar 1: Mahasiswa mampu menjelaskan, pengertian,  sejarah, dan tujuan perspektif global.
Indikator:
1.    Mahasiswa mampu menjelaskan pengertain, sejarah perspektif global
2.    Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan perpektif global.
3.    Mahasiswa mampu  menjelaskan pengaruh globalisasi bagi bangsa Indonsia.
4.    Mahasiswa mampu menjelaskan pentingnya perspektif global bagi siswa di sekolah dasar

MODIFIKASI ATAU PENGEMBANGAN KURIKULUM PENGEMBANGAN INKLUSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Melalui pendidikan, seluruh potensi anak didik dapat digali dan dikembangkan secara optimal. Baik anak didik yang normal maupun berkebutuhan khusus. Hal ini bertemali dengan amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 tentang hak dan kewajiban setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan dan UU nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 tentang hak setiap warga negara memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian tidak ada alasan untuk meniadakan pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK), apalagi menelantarkan ABK dalam memperoleh pendidikan.

PENEMPATAN ABK DI SEKOLAH INKLUSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.

KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



MAKALAH
KLASIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Mata Kuliah: Pendidikan Inklusif
Dosen Pengampu: Drs. Wahyudi, M.Pd





Disusun oleh:
Kelompok 5
Kelas IV B

1.     Mahmudatul Amani K7110541
2.     Nani Wahyuni         K7110546
3.     Rokhimi                   K7110560
4.     Titis Prihatiningtyas K7110571

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memiliki arti yang lebih luas dibandingkan pengertian Anak Luar Biasa. ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan. Oleh karena itu memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan belajar masing-masing anak.
Secara umum rentangan anak berkebutuhan khusus meliputi dua kategori yaitu anak berkebutuhan khusus permanen, yaitu akibat dari kelainan tertentu, dan anak berkebutuhan khusus temporer, yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam perkembangan dan belajar karena kondisi dan situasi lingkungan. Anak berkebutuhan khusus temporer apabila tidak mendapatkan intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan belajarnya bisa menjadi permanen. Secara umum faktor yang menyebabkan hambatan belajar ada tiga, yaitu (1) faktor lingkungan (2) faktor internal/ diri sendiri (3) kombinasi diantara keduanya.
Berikut ini akan dibahas mengenai anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus permanen.

PERBEDAAN PENDIDIKAN INKLUSI, SEGREGASI DAN REGULER



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang– Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu. Ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (reguler) dalam pendidikan. Selama ini, layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia disediakan melalui tiga macam lembaga pendidikan yaitu, Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB, sebagai lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak dengan jenis kelainan yang sama sehingga ada SLB untuk anak dengan hambatan penglihatan (Tunanetra), SLB untuk anak dengan hambatan pendengaran (Tunarungu), SLB untuk anak dengan hambatan berpikir/kecerdasan (Tunagrahita), SLB untuk anak hambatan (fisik dan motorik (Tunadaksa), SLB untuk anak dengan hambatan emosi dan perilaku (Tunalaras), dan SLB untuk anak dengan hambatan majemuk (Tunaganda). Sedangkan SLB menampung berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. 

PENGERTIAN DAN ISTILAH ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejalan dengan gencarnya gerakan Hak Asasi Manusia muncul pandangan baru bahwa semua anak luar biasa harus dididik bersama-sama dengan anak normal di tempat yang sama. Dengan maksud anak luar biasa tidak boleh ditolak untuk belajar sekolah umum yang mereka inginkan. Pendidikan Inklusif dapat diartikan sebagai model penyelenggaraan pendidikan dimana anak yang memiliki kelainan dan yang normal dapat belajar bersama-sama disekolah umum. Bagi mereka yang memiliki kesulitan sesuai kecacatannya disediakan bantuan khusus. Dalam system pendidikan ini digunakan terminology anak dengan berkebutuhan khusus atau Children with special aducation need sebagai pengganti istilah anak cacat atau anak luar biasa. Hal inimengandung makna bahwa setiap anak mempunyai kebutuhan khusus baik yang permanen atau tidak permanen. Kebutuhan khusus ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu 1) kebutuhan secara individu; 2) kebutuhan khusus yang bersifat kekecualian dan 3) kebutuhan khusus yang umum.

Konsep Dasar Pendidikan Inklusi Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi



 BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meninggalkan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan, dll. Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dalam  memenuhi keberagaman kebutuhan siswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

TUJUAN DAN LANDASAN PENDIDIKAN INKLUSI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Salah satu adanya pendidikan di negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu seluruh warga negaranya. Dengan adanya pendidikan diharapkan, semua akan mampu mengaktualisasi dirinya dalam masyarakat, mampu membangun negaranya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Pendidikan ini merupakan hak semua warga negaranya tanpa kecuali. Hak pendidikan tidak membedakan derajat, kondisi ekonomi ataupun kelainannya. Semua berhak memperoleh pendidikan yang layak. Semua berhak memperoleh pendidikan yang ada disekitarnya.

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF



PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Semester IV
Dosen Pengampu : Drs. Muh. Chamdani, M.Pd.




Disusun Oleh:
Syukron Zahidi A
K7110567
KELAS IV B




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012



BAB I
PENDAHLUAN

A.    Latar Belakang
Kebijkan pendidikan inklusif merupakan  “system penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya” (Permendiknas,Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidkan Inklusif).

Selasa, 10 Juni 2014

Pembelajaran Kooperatif



BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan nasional yang  berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar  Negara  Republik Indonesia  Tahun  1945 berfungsi  mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta  peradaban bangsa  yang  bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan  potensi peserta  didik agar menjadi manusia yang  beriman  dan bertakwa  kepada  Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,  dan menjadi warga  negara  yang  demokratis serta  bertanggung  jawab.  Untuk mengemban  fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu  system pendidikan nasional sebagaimana  tercantum  dalam Undang-Undang  Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

Senin, 09 Juni 2014

UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBERDAYAGUNAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN



UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PEMBERDAYAGUNAAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Oleh:
Syukron Zahidi Arrahmi
K7110567 / VB

PENDAHULUAN
Hal utama suatu negara dapat diakatkan sebagai negara maju salah satunya dalam bidang pendidikan. Pemerintah Indonesia telah berusaha dengan berbagai cara dari pertamanya berdiri negara ini sudah dijelaskan dalam landasan hukum yang jelas yaitu tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Pemerintah setiap saatnya juga meninjau perkembangan pendidikan dengan berbagai sistem pembelajaran. Sejak dahulu sistem sentralisasi atau terpusatkan sudah tidak berlaku kembali karena setiap daerah mempunyai ciri dan kemampuan sendiri-sendiri. Setelah dilaksanak dengan sistem sentralisasi hasilnya menunjukan adanya perbedaan yang sangat signifikan. Perubahan pemikiran dan tindakan segera memang sangat dibutuhkan setiap sekolah untuk menjawab tantangan.

MACAM-MACAM MODEL PEMBELAJARAN



MODEL PEMBELAJARAN

I.       PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode atau prosedur pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran :

MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF



BAB I
PPENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkatn aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BARU MANAJEMEN KELAS, MANAJEMEN KELAS BERBASIS IT, DAN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.

MANAJEMEN KELAS BAGI GURU PEMULA



MAKALAH
MANAJEMEN KELAS BAGI GURU PEMULA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Kelas
Dosen Pengampu: Dr. Rokhmaniyah, M.Pd.



 
Disusun oleh :
1.    May Winarsih         (K7110542)
2.    Meyliani Wiguna    (K7110543)
3.    Sofia Apriyati         (K7110563)
4.    Tri Susanti              (K7110572)
Kelompok 6 / V B



PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

Asas dan Prinsip Manajemen Kelas serta Faktor yang Mempengaruhi



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
Pemegang kendali dalam kelas ialah guru. Guru menjadi pengendali kemana arah tujuan pembelajaran di kelas akan tercapai. Dalam mengarahkan pembelajaran tersebut agar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dibutuhkan kompetensi yang baik dari guru dalam mengelola kelas dengan baik. Pengelolaan kelas mencakup pengelolaan dalam pembelajaran maupun pengelolaan kondisi fisik lingkungan kelas tersebut.
Keharusan mengelola kelas dengan baik menuntut kemampuan kekreativitasan dari guru untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada di kelas sehingga mampu mencipta pembelajaran yang produktif, efektif, dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan . Kekreativitasan guru dalam upaya pencapaian tujuan tersebut tetap didasarkan pada aspek-aspek dasar pengelolaan kelas yaitu asas manajemen kelas, prinsip manajemen kelas maupun faktor-faktor dalam manajemen kelas.

Pendekatan Manajemen Kelas



BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas.

INSTRUMEN KINERJA GURU



TUGAS
INSTRUMENT KINERJA GURU
Mata Kuliah     : Profesi Kependidikan
Pengampu        : Warsiti,S.Pd., M.Pd.
                        
 
Disusun Oleh:
Kelompok 5 Kelas VI B
Titis Prihatiningtyas                        K7110571                  
Muh. Fatkhu Rohman A.               K7110544
Siti Fatimah                                     K7110561                  
Syukron Zahidi Ar.                         K7110567


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

GURU JUJUR PESERTA DIDIK MUJUR



GURU JUJUR PESERTA DIDIK MUJUR

Syukron Zahidi Arrahmi
Mahasiswa FKIP UNS

ABSTRAK
Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengupas beberapa hal yang sering terlupa oleh guru diantaranya: (1) pentingnya kejujuran bagi guru untuk mewujudkan peserta didik yang mujur; (2) strategi penanaman kejujuran ke peserta didik; (3) pengaruh dari guru yang jujur terhadap peserta didik berdasarkan kajian teoritis.
Metode dalam penulisan artikel adalah dengan pendekatan kualitatif yang didasarkan pada kajian pustaka dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang dapat dipercaya.
Hasil Pembahasan pentingnya kejujuran sudah jelas tercantum dalam QS. Al-ahzab 70 dan beberapa hadis. Jujur digolongkan sesuai niat, tekad, amal, dan perbuatan. Strategi penanaman kejujuran dengan cara bercermin, budaya, dan pujian. Pengaruh guru dalam pembentukan peserta didik mujur sangat dominan karena guru aktor utama atau orang tua yang sering bertemu dengan siswa.
Kesimpulannya guru yang jujur dapat mempengaruhi kemujuran dari peserta didik. Karena jujur meliputi dari jujur dari niat, tekad, amal, dan perbuatan.

Kata kunci: Guru, Jujur, Peserta didik, Mujur

ORGANISASI PROFESI



MAKALAH
ORGANISASI PROFESI

Mata Kuliah     : Profesi Kependidikan
Pengampu        : Warsiti,S.Pd., M.Pd.

                        


Disusun Oleh:
Kelompok 5 Kelas VI B
Titis Prihatiningtyas                        K7110571                  
Muh. Fatkhu Rohman A.               K7110544
Siti Fatimah                                     K7110561                  
Syukron Zahidi Ar.                         K7110567




FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Profesionalisme merupakan tuntutan bagi para pekerja yang bekerja di pekerjaan yang telah diakui sebagai profesi. Dengan tuntutan yang semakin meluas, banyak orang mengharapkan semua pekerjaan harus bertindak atau bekerja secara profesionalisme padahal masih banyak orang kurang paham apa yang dimaksud dengan profesionalisme. Dalam bahasa awam pula, seseorang disebut profesional jika kerjanya baik, cekatan, dan hasilnya memuaskan.