Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan tidak hanya bertatap muka saja tapi bisa dengan cara apapun yang di dapat.

My Life is Adventure

Petualang merupakan cara menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Petualang tak harus tempat yang mewah hutan, pantai, air terjun merupakan keindahan yang tak tertandingi.

Disiplin Berani dan Setia

Disiplin waktu, peraturan, Berani mengambil resiko tapi harus terukur, dan Setia.

Anak adalah Generasi Emas

Anak adalah generasi emas yang harus di didik dengan keteladan supaya terbentuk moral dan mental yang baik.

................

Semangat.

Selasa, 12 Maret 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berpihak Pada Murid

Filosofi pendidikan menurut KHD (Ki Hadjar Dewantara) adalah  menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Untuk mewujudkan hal itu dalam mendidik siswa, guru berorientasi pada terwujudnya profil pelajar pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Demi terwujudnya profil pelajar pancasila, guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berpihak pada murid, salah satunya dengan memberi kesempatan murid untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya. Inilah perwujudan dari merdeka belajar.

Modul 3.3 Pengelolaan Program Sekolah yang Berdampak pada Murid

Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3, diantaranya adalah perubahan paradigma pengambilan keputusan dari pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Suatu komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebaga suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid.

~ Hubungan pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid

Pemetaan aset atau sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber data fisik maupun non fisik sangat penting untuk mengoptimalkan keterlaksanaan sebuah program yang berdampak pada murid. Setelah pemetaan dilakukan, langkah berikutnya adalah mendayagunakan potensi sekolah sesuai tujuan untuk mewujudkan merdeka belajar dan terciptanya profil pelajar pancasila dan budaya positif di sekolah.

~ Kaitan antar materi

Pengelolaan program sekolah jelas harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu mendesaian perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat.

Modul 3.3 adalah modul penghujung dari serangkaian modul dalam Diklat calon guru penggerak. Modul 3.3 mengajak saya untuk kembali mereview kegiatan dan rutinitas yang saya lakukan dalam menjalani pengabdian dan peran menjadi seorang guru.

Modul 1.1 mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.

Modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4, tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2.1, pada modul ini seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. 

Modul 2.2, Pada modul ini, seorang guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3, tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten , terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 yaitu yaitu tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : Modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

Semua modal aset yang dimiliki sekolah difokuskan untuk menyusun program yang berdampak pada murid, misalnya program LIERASI SEKOLAH. Program disusun menggunakan alur BAGJA. Setelah program tersusun maka dilaksnakan, dan dievaluasi. Dari pelaksanaan sampai dengan evaluasi hendaknya melibatkan murid. Jadi, baik secara langsung ataupun tidak, program yang disusun ini memberikan dampak bagi murid. 

Senin, 11 Maret 2024

Jurnal Refleksi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Siswa

Pada penulisan refleksi dwi mingguan kali ini tentang Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Bagi Murid,  saya menuliskan jurnal dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Ada empat bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

1. Fact (Peristiwa)

Modul 3.3 merupakan modul terakhir dari kegiatan pendidikan dan pelatihan calon guru penggerak Angkatan 9 ini. Sama seperti modul sebelumnya, kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 29 Feruari 2024. Modul 3.3 berisikan materi tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Setelah mempelajari modul ini saya berusaha untuk mempelajari, memahami dan melaksanakan materi modul 3.3 ini dengan maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik. Meskipun demikian dalam 3.3 ini masih terdapat beberapa materi masih belum saya mengerti dan pahami, terutama tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya murid di sekolah saya. 

Pada saat ruang kolaborasi, saya berusaha mendengarkan dengan focus dan berusaha untuk menggali informasi dengan fasilitator yaitu bapak Ngadimin serta dengan teman-teman CGP lainnya dari Purworejo melalui tanya jawab.  Saat sesi ruang kolaborasi kedua, kami dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Saya satu kelompok dengan Muchalim dan Dwi. Saat masuk alur demonstrasi kontekstual tanggal 7-8 Maret 2024, kami diminta untuk membuat sebuah program secara individu. Program ini nantinya yang akan dipraktikkan dalam aksi nyata di akhir modul 3.3.

Hambatan yang saya alami dalam mempelajari modul 3.3 ini antara lain, saya masih belum  memahami materi karena menggunakan bahasa yang baru. Namun setelah mendapatkan penguatan dari fasilitator dan instruktur, saya dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan rekan-rekan CGP Angkatan 9 yang ada di sekolah saya untuk memperkuat pengetahuan saya mengenai materi di modul 3.3 ini.


2. Feeling (Perasaan)

Selama saya mempelajari modul 3.3., saya merasakan perasaan yang semangat dan senang. Saya bersemangat karena di modul 3.3. saya belajar mengenai kepemimpinan murid, suara, pilihan, dan kepemilikan, lingkungan yang menumbuhkan suara, pilihan, dan kepemilikan, dan peran komunitas dalam mewujudkan lingkungan belajar.  Saya juga merasa tertantang dengan tugas yang ada di modul 3.3. ini karena saya harus membuat sebuah program yang berpihak kepada siswa.


3. Findings (Pembelajaran)

Di Modul 3.3. saya menjadi paham tentang program yang berdampak positif pada murid. Ternyata, program yang dirancang untuk dilaksanakan siswa adalah program yang memperhatikan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan siswa. Tujuan utamanya adalah tentu untuk mewujudkan kepemimpinan murid atau student agency. Program juga harus dirancang dengan memperhatikan profil pelajar Pancasila. Tidak hanya itu, program juga disesuaikan dan memperhatikan lingkungan yang mendukung siswa dalam


4. Future (Penerapan)

Rencana kedepannya yang akan saya lakukan adalah saya akan melakukan kolaborasi dengan rekan dan murid-murid saya di sekolah, berbagi ilmu dan secara bersama-sama untuk merancang program atau kegiatan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dengan mendengarkan suara (voice) dan pilihan (choice) mereka. Sehingga program tersebut dapat berdampak bagi murid dan menumbuhkan rasa memiliki pada diri murid terhadap apa yang sudah dirancang secara bersama-sama.


Minggu, 10 Maret 2024

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid "Kamis Berprestasi"

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 merupakan salah satu materi yang terdapat dalam program Pendidikan Guru Penggerak. Peserta pendidikan guru penggerak bisa menyimak artikel ini untuk membantu dalam memahami materi. 

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA.

Dasar Filosofi Ki Hajar Dewantara: Dasar filosofi KHD adalah pendidikan dibutuhkan bagi kehidupan bermasyarakat dan tujuan pendidikan untuk memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat)

Poin atau Komponen Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:

1. Mandiri

Program Kamis Berprestasi, menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yang mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab atas kegiatan yang dia pilih

2. Bernalar Kritis

Program Kamis Berprestasi menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, guru akan mendorong murid mengembangkan cara berpikir yang sistematik terbuka dan kritis

3. Kritis

Kalau mau kembangkan kreativitas sehingga murid mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal bermakna dan berdampak

Karakteristik Lingkungan Pendidikan Tumbuhnya Kepemimpinan Murid yang Akan Dikembangkan :

1. Lingkungan yang membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akademik dan non akademik

2. Lingkungan yang memungkinkan murid berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mandiri

Prakarsa Perubahan

Menumbuhkan keterampilan murid untuk mencapai tujuan akademik dan non akademik sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri melalui Kamis Berprestasi

Perumusan Strategi Pelaksanaan Program

Perumusan Strategi Pelaksanaan Program

Menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif atau IA melalui BAGJA

Tahapan BAGJA

BAGJA, singkatan dari lima tahapan kunci dalam metode inkuiri apresiatif pada program guru penggerak, mencakup langkah-langkah (1) Buat pertanyaan, (2) Ambil pelajaran, (3) Gali mimpi, (4) Jabarkan rencana, dan (5) Atur eksekusi. 







Rencana Pelibatan Murid (Voice, Choice, Ownership)

Melakukan sesi diskusi atau curah pendapat bersama murid untuk mengetahui program literasi yang sudah berjalan selama ini

Melakukan curah pendapat mengenai hal apa saja yang dapat menarik minat mereka tentang literasi selama ini

Mengajak rekan guru dan murid membuat daftar harapan dan evaluasi mengenai perubahan yang akan terjadi dari merasakan sebelum dan sesudah Kamis Berprestasi dilakukan.

- Memajangnya di depan kelas masing-masing

Melakukan sesi berbagi bersama murid untuk saling melengkapi daftar harapan dan evaluasi dari pelaksanaan Kamis berprestasi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi murid

Mendiskusikan jadwal dan teknis pelaksanaan program Kamis Berprestasi diantaranya menghias pojok baca, jadwal membaca buku, refleksi literasi dengan cara menyampaikan kembali isi buku yang telah dibaca

Membentuk komite kelas, terkait kepengurusan program ini yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan penanggung jawab karya untuk kelas 3 sampai kelas 6 sedangkan kelas 1 dan 2 perlu bimbingan guru kelas. 

Mengkoordinasikan pembagian tugas dalam kepengurusan komite kelas, ketua sebagai controlling target pembaca murid di kelasnya, sekretaris sebagai pencatat buku yang sedang dibaca dalam satu minggu, dan penanggung jawab karya sebagai pengatur mading dan portofolio hasil resume buku di kelas

Asset/Kekuatan Sumber Daya

- Modal manusia terdiri dari murid-murid, rekan guru, dan kepala sekolah

Modal fisik yaitu ruang kelas, buku bacaan, dan sosial media sekolah

Modal politik yaitu kebijakan sekolah


Senin, 04 Maret 2024

Refleksi: Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

 Tujuan Pembelajaran Khusus: Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: 

- kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila.

- suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid.

- lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid.

- pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.


Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?

Jawaban : 

  1. Situasi 1 : Kokurikuler

  2. Situasi 2 : Kokurikuler 

  3. Situasi 3 : Kokurikuler 

  4. Situasi 4 : Ekstrakurikuler   

  5. Situasi 5 : Kokurikuler 

  6. Situasi 6 : Ekstrakurikuler 

  7. Situasi 7 : Kokurikuler 

  8. Situasi 8 : Kokurikuler

  9. Situasi 9 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

  10. Situasi 10 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler


  1. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.  Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.

Jawaban :

  1. Situasi 1 : Suara. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah

  2. Situasi 2 : Kepemilikan. Bu Ara meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dan sebagainya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. 

  3. Situasi 3 : Suara dan Pilihan. SMP Matahari yang akan melakukan kegiatan tahunan yaitu studi wisata. Pak Atap, salah satu guru SMP Matahari yang mengajak beberapa perwakilan guru dan murid untuk membentuk dewan komite studi wisata. Mereka diberikan kesempatan untuk memilih destinasi seperti apa yang menarik yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria.

  4. Situasi 4 : Pilihan. Pak Bahri seorang kepala sekolah, menanyakan kepada murid-murid terutama yang tergabung dalam OSIS untuk kegiatan ekstrakurikuler. Murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. 

  5. Situasi 5 : Pilihan. Sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Prosesnya diawali dengan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. 

  6. Situasi 6 : Suara dan Pilihan. Siswa SMK Jurusan TKJ yang mengusulkan ide adanya ekstrakurikuler yang bernama ITS (Information Technology Student).

  7. Situasi 7 : Pilihan. Bank SALAM yang membuka pasar tradisional senin legi. Pasar ini sebagai bentuk ruang ekspresi kebebasan bagi setiap warga belajar SALAM untuk bermain peran. 

  8. Situasi 8 : Suara. Pilihan dan Kepemilikan. Dari tayangan video yang menceritakan pengalaman pembelajaran yang didapatkan Alfonsina selama belajar di sekolah berbasis riset yaitu Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. Selama bersekolah disana, Alfonsia diberikan dorongan serta fasilitas untuk melakukan dan memilih sendiri sebuah riset perkembangan anak usia dini. Selama kegiatan ini, Alfonsia diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pendapat, ataupun berdiskusi bersama mentor dalam berbagai kesempatan. Alfonsina juga diajak untuk memetakan target dirinya di masa kedepannya. Memproyeksikan mau jadi seperti apakah kedepannya kelak, pembelajaran apa yang sudah didapatkan dan targetnya sudah sampai dimana, tetap diajak untuk menghargai setiap proses target yang dicapai. Alfonsina tetap belajar untuk bertanggungjawab terhadap pencapaian targetnya. 

  9. Situasi 9 dan situasi 10 : Suara, Pilihan dan Kepemilikan. Pada tayangan video terakhir, menceritakan beberapa situasi sekolah yang merancang program atau kegiatan yang dapat membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan suara dan pilihan mereka. Sekolah ini juga membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Murid menjadi sebuah agen perubahan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakatnya. Dan akhirnya, sekolah membantu mewujudkan kepemimpinan murid dan mendorong aspek suara, pilihan dan rasa memiliki.


  1. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban :

Dalam setiap situasi yang digambarkan diatas, adalah upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan adalah: 

  1. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaan-Nya.

  2. Berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih muridmurid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada. 

  3. Bergotong-royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama.

  4. Mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk meregulasi diri sendiri.

  5. Bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas.

  6.  Kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka

Minggu, 03 Maret 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Jurnal refleksi ini saya tulis setelah saya mengikuti dan mempelajari modul 3.2. dengan topik Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam menulis jurnal, saya menggunakan model 4F, yakni Fact (peristiwa), Feeling (perasaan), Findings (pembelajaran), Future (penerapan). 


Berikut jurnal refleksi dwimingguan modul 3.2. dengan topik Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.

1. Fact (Peristiwa)

Saya memulai mempelajari modul 3.2. dengan topik Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya di LMS dengan alur MERDEKA, yakni:

a. Mulai dari Diri 

saya mulai mempelajari modul 3.2 dengan topik Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan mengerjakan tugas yang ada di bagian Mulai dari Diri. Tujuan kegiatan Mulai dari Diri adalah mengingat kembali faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dan peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Ada 7 pertanyaan yang harus saya jawab dalam kegiatan ini. 


b. Eksplorasi Konsep

Di bagian eksplorasi konsep, saya belajar di LMS tentang penjelasan sekolah sebagai ekosistem yang di dalamnya terdapat unsur biotik dan abiotik. Unsur biotik contohnya adalah guru, tenaga administrasi sekolah, siswa, kepala sekolah, komite, dan lain-lain. Sementara itu, unsur abiotik terdiri atas bangunan sekolah, lapangan/halaman sekolah, aula, toilet, komputer, papan tulis, dan lain-lain. Saya juga mempelajari pendekatan berbasis aset dan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development). Saya juga mempelajari aset-aset yang ada dalam komunitas yang terdiri atas tujuh modal aset, yakni modal manusia, fisik, lingkungan alam, sosial, agama-budaya, politik, dan finansial. Di eksplorasi konsep ini saya juga menganalisis 2 kasus yang di dalamnya terdapat masalah yang dihadapi dengan pendekatan yang berbeda.


c. Ruang Kolaborasi

Ruang kolaborasi di modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah diskusi dengan anggota kelompok dan yang kedua adalah presentasi hasil diskusi tersebut. Semua itu dilakukan secara daring melalui Gmeet. 

d. Demonstrasi Kontekstual

Demonstrasi kontekstual dijadwalkan pada tanggal 8 dan 9 Mei 2023. Di bagian ini saya mendapatkan tugas dengan tujuan:

1)  menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada.

2) mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada.

3) mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video.

4) menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini.

e. Elaborasi Pemahaman

Tujuan elaborasi pemahaman di modul 3.2. adalah calon guru penggerak dapat mengelaborasi pemahamannya tentang strategi pengelolaan sumber daya melalui proses tanya jawab dan diskusi menggunakan moda konferensi daring dengan instruktur. Saya melakukan elaborasi pemahaman dengan instruktur melalui Gmeet. Instruktur yang memandu kegiatan elaborasi adalah Akhmad Waras.


f. Koneksi Antar-Materi

Di bagian koneksi antarmateri Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya membuat simpulan, keterkaitan dengan modul lainnya, dan refleksi. Hasil koneksi antarmateri modul 3.2. saya tuangkan dalam video berikut. 

g. Aksi Nyata

Aksi nyata berisi pemahaman saya tentang modul 3.2 yang diterapkan secara nyata. Di aksi nyata ini saya mengidentifikasi aset yang ada di sekolah berkolaborasi dengan kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, dan siswa.


2. Feeling (Perasaan)

Selama saya mempelajari Modul 3.1., saya merasakan perasaan yang semangat dan senang. Saya bersemangat karena di modul 3.1. saya belajar mengenai dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, sampai langkah dan pengujian pengambilan keputusan. Saya senang karena saya cukup banyak memahami materi dalam modul ini, 


3. Findings (Pembelajaran):

Di Modul 3.2. tentang Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, saya banyak mendapat pembelajaran tentang tata cara mengidentifikasi dan mengelola aset. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah:

a. Murid

b. Kepala Sekolah

c. Guru

d. Staf/Tenaga Kependidikan

e. Pengawas Sekolah

f. Orang Tua

g. Masyarakat sekitar sekolah

h. Dinas terkait

i. Pemerintah Daerah

Ada dua pendekatan yang dipelajari dalam modul 3.2. ini, yakni pendekatan berbasis masalah dan pendekatan berbasis aset/kekuatan. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak berfungsi dengan baik. Kita mengeluhkan banyak fasilitas sekolah yang tidak berfungsi baik, buku ajar yang tidak lengkap, atau sekolah yang tidak tidak memiliki laboratorium.  Kekurangan yang dimiliki mendorong cara berpikir negatif sehingga fokus kita adalah bagaimana mengatasi semua kekurangan atau apa yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang tidak nyaman dan curiga yang dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) adalah sebuah konsep praktis untuk menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan. Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Ada lagi pendekatan yang dipelajari di modul 3.2., yakni Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan ini menekankan kemandirian suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian,  hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.

Pendekatan PKBA berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas, dimana selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.  PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Di modul 3.2. dipelajari juga tentang aset-aset yang ada dalam komunitas yang terdiri atas tujuh modal aset, yakni modal manusia, fisik, lingkungan alam, sosial, agama-budaya, politik, dan finansial.

4. Future (Penerapan)

Setelah memahami materi modul 3.2. saya akan menerapkan ilmu yang saya pelajari di dalamnya. Saya akan menerapkan pendekatan berbasis aset jika dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus diselesaikan atau perencanaan program yang akan dilaksanakan. Saya akan lebih detail lagi dalam mengidentifikasi dan mengelola aset yang ada di sekolah untuk mendukung terwujudnya atau terlaksana kegiatan yang hasilnya berdampak positif bagi siswa.