Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan tidak hanya bertatap muka saja tapi bisa dengan cara apapun yang di dapat.

My Life is Adventure

Petualang merupakan cara menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Petualang tak harus tempat yang mewah hutan, pantai, air terjun merupakan keindahan yang tak tertandingi.

Disiplin Berani dan Setia

Disiplin waktu, peraturan, Berani mengambil resiko tapi harus terukur, dan Setia.

Anak adalah Generasi Emas

Anak adalah generasi emas yang harus di didik dengan keteladan supaya terbentuk moral dan mental yang baik.

................

Semangat.

Minggu, 25 Februari 2024

Demonstrasi Kontekstual 3.2. Analisis Video Praktik Baik Pengelolaan Sumber Daya

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan oleh Calon Guru Penggerak (CGP) dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Tugas ini bertujuan untuk mengukur kemampuan CGP dalam menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya di lingkungan kerjanya.

Tugas ini terdiri dari dua bagian, yaitu:

1. Analisis video tentang visi dan prakarsa perubahan dalam pengelolaan sumber daya.

2. Identifikasi kegiatan berdasarkan alur BAGJA, peran pemimpin pembelajaran, dan modal utama yang dapat dimanfaatkan.

Analisis Video

CGP diminta untuk menganalisis video tentang visi dan prakarsa perubahan dalam pengelolaan sumber daya. Video yang dianalisis dapat berasal dari berbagai sumber, seperti:

  • Video praktik baik yang dibagikan oleh Kemendikbudristek
  • Video yang direkam oleh CGP sendiri
  • Video yang dibagikan oleh rekan atau kolega

Dalam analisis video, CGP perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  • Visi dan prakarsa perubahan yang diusung oleh pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.
  • Tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pelaksanaan visi dan prakarsa perubahan tersebut.
  • Strategi yang digunakan pemimpin untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut.

Identifikasi Kegiatan

CGP diminta untuk mengidentifikasi kegiatan berdasarkan alur BAGJA dalam pengelolaan sumber daya. Alur BAGJA adalah singkatan dari:

  • Bersama: membangun kebersamaan dan komitmen
  • Analisis: menganalisis masalah dan peluang
  • Gerak: mengambil tindakan untuk mengatasi masalah dan memanfaatkan peluang
  • Jabar: mendokumentasikan dan menindaklanjuti hasil
  • Apresiasi: mengapresiasi keberhasilan
1. (B-uat Pertanyaan)

Dalam kegiatan ini guru merumuskan pertanyaan utama untuk menentukan arah penyelidikan kekuatan/potensi sekolah. Pada tahap ini guru berkoordinasi dengan Kepala Sekolah dan rekan sejawat untuk merumuskan prakarsa. Selanjutnya, guru mencoba menggali informasi dengan meminta pendapat murid terkait kelas yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat menjadi penyemangat dalam belajar. Dan yang dilakukan guru dalam video tersebut diantaranya :

Guru menuliskan kata "Penyemangat Belajar" yang mengundang rasa ingin tahu murid. Guru mengajukan pertanyaan terkait kata yang dituliskan di papan tulis yaitu "Apa Yang Muncul Dalam Pikiran Kalian Saat Membaca Tulisan Di Papan Tulis?" Guru menggali informasi pendapat dan pengalaman murid terkait kelas yang menyenangkan untuk belajar Guru menanyakan pada murid apa yang disukai dari kelas kita.

2. (A-mbil Pelajaran)

Dalam mengambil pelajaran guru menyusun pertanyaan lanjutan untuk menemukenali potensi dan inti positif serta mengumpulkan data. Pada tahap ini, guru mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dan pendapat serta pengalaman murid. Guru juga memberikan kesempatan murid untuk melakukan observasi/wawancara di kelas lain untuk mencari inspirasi seluas-luasnya. Kemudian guru memfasilitasi murid dalam kelompok untuk mendiskusikan hal yang disukai dari kelas sendiri atau kelas lain dan memandu murid melihat hal positif dari kelas sendiri dan kelas lain. Dan yang dilakukan guru dalam video tersebut adalah :

Guru meminta seluruh murid untuk berkunjung saat jam istirahat ke kelas 2 dan kelas 6 untuk menambah inspirasi tentang kelas yang membuat semangat belajar. Murid mengidentifikasi ruang kelas lain untuk mencatat tentang apa yang disukainya di kelas tersebut sebagai penyemangat belajar Murid bertanya kepada murid kelas lain tentang apa yang mereka sukai untuk mewujudkan kelas yang menyenangkan untuk belajar Setiap kelompok mendiskusikan tentang apa yang mereka sukai sebagai penyemangat belajar

3. (G-ali mimpi)

Guru menggali mimpi dengan menyusun gambaran/ bayangan kelas impian yang nyaman dan menyenangkan sehingga menjadi penyemangat belajar. Hal yang dilakukan oleh guru tersebut ialah meminta murid untuk membayangkan kelas impian mereka. Selanjutnya guru memfasilitasi setiap kelompok menganalisis alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menggambarkan kelas impian. Kemudian murid menjelaskan design kelas impian yang menjadi penyemangat belajar dan mempresentasikannya, yang dilakukan guru dalam video tersebut antara lain :

Guru menyiapkan alat dan bahan untuk dibagikan pada tiap kelompok untuk menggambar kelas impian murid Guru meminta murid untuk menutup mata danembayangkan kelas yang menyenangkan dan menjadi penyemangat dalam belajar Murid dalam kelompoknya menggambarkan kelas yang nyaman sesuai dengan yang mereka bayangkan. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya tentang kelas impiannya di kelas, sehingga apa impiannya bias diketahui dan dipahami teman di dalam kelasnya.

4. (J-abarkan Rencana)

Dalam Menjabarkan rencana ini guru bersama murid mengidentifikasi tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk terwujudnya prakarsa perubahan. Pada tahap ini, Guru membimbing murid untuk bekerjasama dan berkontribusi dalam mengumpulkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam mendesign kelas impian. Kemudian guru membagi murid menjadi empat kelompok dengan bagian masing-masing.

Murid diajak berkonstribusi untuk menentukan kebutuhan dalam mewujudkan kelas impian Murid menyebutkan kelas impian yang diinginkan sebagai penyemangat belajar. Guru menuliskan di papan tulis daftar kelas impian murid Guru akan membagi tugas setiap murid untuk mewujudkan kelas impian yang menyenangkan.

5. (A-tur Eksekusi)

Dalam mengatur eksekusi yang akan dilakukan demi mewujudkan kelas impian guru menentukan peran, waktu, pendamping, pengarah dalam menjalankan Prakarsa perubahan. Pada tahap ini, guru dan murid menyepakati waktu pelaksanaan design kelas impian dengan pembagian tugas yang jelas, antara lain kebersihan kelas, membuat hiasan dinding, menyusun bangku dan buku, memasang hiasan pada dinding. Kemudian guru juga melakukan pendampingan serta penyelesaian apabila terdapat kendala serta memotivasi dan mengapresiasi hasil prakarsa perubahan

Murid diberi kesempatan untuk berkonstribusi untuk menentukan pembagian tugas dalam kelompok Guru dan murid mendiskusikan jadwal pelaksanaan menata kelas impian Murid menyiapkan alat dan bahan sesuai tugas masing-masing Seluruh murid dibantu dan didampingi guru bergotong royong mewujudkan kelas impian yang menjadi penyemangat belajar

Dalam memprakarsai sebuah prakarsa perubahan perlu adanya kolaborasi dari berbagai pihak di bawah pelopor prakarsa. Nah disini, peran pemimpin sangatlah berpengaruh terhadap proses/ tahapan terlaksananya prakarsa perubahan. Berikut analisis Peran pemimpin dalam video praktik baik:

Guru/ pemimpin pembelajaran berusaha menggunakan pendekatan berbasis aset. Ia berusaha membuka pemahaman dan kesadaran akan kekuatan yang ada melalui kekuatan/potensi dalam berkolaborasi Guru mengarahkan murid untuk fokus pada kekuatan kelas dalam mewujudkan impiannya Guru sebagai pemimpin pembelajaran mampu memetakan sumber daya yang ada di sekolahnya sesuai dengan kompetensinya untuk mewujudkan kelas nyaman dan menyenangkan sehingga menjadi penyemangat belajar Memberdayakan kemampuan murid untuk membayangkan kelas impian dan mewujudkannya Guru mampu mewujudkan suasana kelas yang nyaman sesuai tujuan masing-masing siswa dengan bekerja secara bersama-sama (kolaborasi)

Modal Utama

CGP diminta untuk menganalisis modal utama yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sumber daya. Modal utama yang dimaksud dapat berupa:

  • Modal manusia: keterampilan, pengetahuan, dan sikap
  • Modal sosial: hubungan, kepercayaan, dan kerja sama
  • Modal finansial: dana, sumber daya, dan peralatan
  • Modal fisik: infrastruktur dan teknologi

Dalam menganalisis modal utama, CGP perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  • Modal utama apa saja yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sumber daya?
  • Bagaimana cara memanfaatkan modal utama tersebut?

Kesimpulan

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2: Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya merupakan tugas yang penting untuk mengukur kemampuan CGP dalam menerapkan konsep dan prinsip kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya. Dengan menyelesaikan tugas ini, CGP diharapkan dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu mengelola sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran

Minggu, 18 Februari 2024

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 3.1 Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

 REFLEKSI MODUL 3.1 Refleksi minggu ini saya akan menuliskan apa yang telah saya lakukan dan saya alami selama satu minggu , apa yang menarik buat saya kemudian rencana selanjutnya yang akan saya lakukan dalam minggu selanjutnya jurnal refleksi minggu ini saya menggunakan model I yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings, Future) atau 4P yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

1. Facts (Peristiwa)
Alhamdulillah minggu ini masih diberikan kesehatan sehingga masih bisa mengikuti pendidikan Guru penggerak. Hari Kamis,1 Februari 2024 adalah tahap alur mulai dari diri, eksplorasi konsep di LMS. Selasa 6 dan Rabu 7 bersama teman CGP melaksanakan diskusi ruang kolaborasi. Pendampingan Individu ke 4 dilaksanakan pada Selasa, 6 Februari 2024 dengan agenda praktik pembelajaran Diferensiasi. Sebelumnya melakukan Demontrasi kontekstual dilaksanakan pada 12 Februari dengan kegiatan mewawancarai Kepala Sekolah dan Ketua Paguyuban Wali SDN Girigondo untuk merefleksi langkah pengambilan keputusan. Sesi Elaborasi dan Koneksi antar materi dilaksanakan Hari Selasa 13 Februari 2024, bersama instruktur
2. Perasaan
Yang saya rasakan ketika saya melalui dua minggu ini adalah merasa tertantang untuk terus bersemangat mempelajari modul 3.1. Tantangan ketika mengerjakan tugas demonstrasi Kontekstual begitu tinggi ketika harus mempraktikkan wawancara dengan kepala sekolah. . Alhamdilillah karena teman teman yang sangat solid dalam berkolaborasi di ruang kolaborasi maka kegiatan terlaksana dengan lancar dan bisa mengunggah tugas sebelum due date.
3. Pembelajaran

Di minggu ini banyak sekali pembelajaran yang dapat saya ambil untuk modul 3.1 diantaranya adalah sebagai berikut: Secara umum ada POLA, MODEL, ATAU PARADIGMA yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 
Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. 
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 
Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. 
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 
Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain 
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 
Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. 

PRINSIP BERPIKIR PENYELESAIAN DILEMA ETIKA 
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Suatu pengambilan keputusan, walaupun telah berlandaskan pada suatu prinsip atau nilai-nilai tertentu, tetap akan memiliki konsekuensi yang mengikutinya. Pada akhirnya kita perlu mengingat kembali hendaknya setiap keputusan yang kita ambil didasarkan pada rasa penuh tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta berpihak pada murid. 

PENGAMBILAN PENGUJIAN KEPUTUSAN 
Terdapat 9 langkah yang harus dilakukan untuk pengambilan keputusan dan pengujian keputusan 
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan 
2. menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini 
3. mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini 
4. pengujian benar dan salah 
  • uji legal adalah apakah ada pelanggaran hukum dalam situasi tersebut 
  • uji regulasi atau standar profesional adakah pelanggaran kode etik atau peraturan etik di dalam situasi ini 
  • uji intuisi yaitu mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dalam situasi ini 
  • uji publikasi yaitu apakah yang akan kita rasakan jika keputusan ini di publikasikan 
  • uji panutan atau idola yaitu kita membayangkan apa yang dilakukan oleh seseorang yang kita idolakan 

Dari ketiga prinsip pengujian ada yang memiliki korelasi dalam prinsip pengambilan keputusan yaitu :
  •  uji intuisi berhubungan erat dengan berpikir berbasis peraturan yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam 
  • uji publikasi sebaliknya berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir yang mementingkan hasil akhir 
  • uji panutan atau idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta kita untuk meletakkan diri kita pada posisi orang lain 
5. Pengujian paradigma benar lawan salah 
  • Paradigma benar dan salah terdiri dari 
  • Individu lawan kelompok 
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan 
  • Kebenaran lawan kesetiaan 
  • Jangka pendek lawan jangka panjang 

6. Melakukan prinsip resolusi 
Yaitu menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema mana yang harus kita pakai apakah berpikir berbasis hasil ataukah, berpikir berbasis peraturan, ataukah berpikir berbasis rasa peduli. 
7. Investigasi opsi trilema dalam pengambilan keputusan seringkali ada dua pilihan yang sudah kita pilih namun terkadang kita juga memerlukan opsi lain di luar dua pilihan tersebut kita bertanya pada diri kita apakah ada cara yang berkompromi dalam situasi ini sehingga memunculkan pilihan baru itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema 
8. Buat keputusan 
9. Melihat lagi apakah keputusan itu sudah benar dan merefleksikannya
4. Penerapan ke depan ( Rencana)
Penerapan kedepan adalah saya akan memperdalam cara cara pengambilan keputusan yang bertanggung jawab berdasarkan nilai nilaikebajikan universal berdasarkan 4 pradigma 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

Jumat, 16 Februari 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Apabila seorang pemimpin dihadapkan pada sebuah kasus dilema etika, untuk pengambilan keputusannya setidaknya harus berpedoman pada filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka Pendidikan yang disampaikan, yaitu: Ing Ngarso Sung Tuladha: menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain; Ing Madya Mangunkarsa: memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka. Tut Wuri Handayani: mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitan positif agar orang lain bertumbuh maju.

Salah satu nilai kebajikan universal yang menjadi barometer dari nilai-nilai kebajikan yang lain yaitu tanggung jawab. Sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertangungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang kita ambil akan mencerminkan bagaimana prinsip dari kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan.

Salah satu tujuan kegiatan coaching yaitu menggali lebih dalam lagi potensi yang dimiliki oleh seorang guru. Melalui proses coaching akan terjadi pengambilan keputusan yang mengarahkan pada hal-hal postif yang artinya keputusan-keputusan yang diambil berpihak pada murid. Melalui kegiatan coaching, pengambilan keputusan akan lebih efektif karena keputusan yang diambil berasal dari potensi yang dimiliki seseorang. Sehingga keputusan tersebut dapat dipertanggungjawabkan yang akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem sekolah.

 

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang baik pasti menunjukkan integritas dan kejujuran dalam pengambilan keputusan. Memiliki kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran & perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan serta aspirasi. Kemampuan untuk memahmi sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbedabeda. Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilkau untuk kesejahteraan psikologis diri sendiri, masyarakat, dan kelompok. Pada akhirnya keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

 

Pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut sebagai seorang pendidik yaitu kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai tersebut, maka sebuah keputusan yang diambil diharapkan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan prinsip berpusat pada peserta didik serta mendorong terwujudnya iklim pendidikan yang baik di sekolah.

Menjadi pemimpin pembelajaran yang memberikan perhatian, penuh pada komponen, pembelajaran seperti pada kurikulum, ektra atau intra kurikuler, proses belajar mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, dan yang lain. Guru berperan besar dalam menciptakan lingkungan yang kondusif, positif, aman dan nyaman dan menyenangkan bagi muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai seorang guru yang berorientasi pada tumbuh kembang muridnya agar mampu berkembang sesuai dengan kodratnya.

 

Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

Membuat keputusan pengajaran yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat dan profil belajar murid. Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut selanjutnya kita dapat memutuskan untuk strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap murid, melalui pembelajaran yang berdiferensiasi baik konten, proses, maupun produknya. 

Seorang pemimpin pembelajaran sudah seharusnya mengambil keputusan yang bijaksana. Pengambilan keputusan yang bijaksana memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal, tanggungjawab, dan keputusan tersebut haruslah berpihak pada murid agar kehidupan masa depan murid dapat terpenuhi dan berkembang dengan baik.

Pengambilan keputusan haruslan berpegang pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Keputusan yang diambil harus memuat unsur nilai-nilai kebajikan, universal, tanggungjawab dan berpihak pada murid. Pengambilan keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan pemikiran filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, berlandaskan nilai dan peran sebagai guru penggerak, berpedoman pada pembelajaran berdiferensiasi yang memuat sosial dan emosional serta mempunyai keterampilan coaching yang baik dalam menjalankan langkah-langkah pengambilan keputusan.

Pemahaman saya terhadap modul 3.1 yakni 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan sebagai langkah untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (apabila benar lawan salah). Hal-hal diluar dugaan yang saya hadapi adalah apabila sebuah kasus sudah dipahami sebagai pelanggaran hukum, maka langkah-langkah pengambilan keputusan tidak lah dapat dilanjutkan lagi karena sudah melewati uji legal (hukum), yang kasus tersebut menyatakan benar lawan salah (bujukan moral).

Setelah mempelajari modul ini, dalam pengambilan keputusan kita sebagai seorang guru tidak serta merta atas otoritas atau pandangan bahwa kita dapat mengontrol murid secara penuh, tetapi keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, tanggungjawab, dan berpihak pada murid, Keputusan yang diambil dapat melalui langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Sangat penting mempelajari modul ini sebagai seorang pemimpin dimana sebuah keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan dan tidak salah langkah atau bahkan menimbulkan kekacauan. Melalui modul ini diharapakan dapat mengambil keputusan dengan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah yang telah dipelajari.