Rabu, 18 Juni 2014

PENEMPATAN ABK DI SEKOLAH INKLUSI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Ada satu istilah lain yang beberapa tahun terakhir berkembang secara luas yaitu difabel. Istilah difabel merupakan kependekan dari diference ability.
Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya. Contoh, seorang anak tunanetra, jelas dia memiliki keterbatasan pada bidang penglihatannya, tetapi dia juga memiliki potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu kompensatif indera penglihatan seperti talking computer, talking books, buku tulisan Braille dsb. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka tunanetra akan dapat berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetisi dengan anak normal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah itu Anak Berkebutuhan Khusus?
2.      Bagaimana hakikat Anak Berkebutuhan Khusus?
3.      Bagaimana Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi?
4.      Apa saja Kebaikan Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus?
5.      Apakah Alasan Pendidikan Inklusi diterapkan?
6.      Bagaimana Manfaat Pendidikan Inklusi?
7.      Bagaimana model media pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi?
C.    Tujuan Makalah
1.        Mememahami pengertian dan hakikat anak berkebutuhan khusus
2.        Menjelaskan pengelompokkan anak berkebutuhan khusus
3.        Menyajikann bagaimana penempatan anak brkebutuhan khusus
4.        Menjelaskana kelebihan pendidik/n inklusi
5.        Menyajikan alasan  pendidikan inklusi diterapkan
6.        Menyebutkan  manfaat pendidikan inklusi


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut “Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB. Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK.
Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan disekolahkan.
Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi:
1.      Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself)
2.      Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession)
3.      Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being)
4.      Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living)
5.      Hak untuk kasih sayang (Right to Love)
Kegiatan pembelajaran dalam seting inklusi akan berbeda baik dalam strategi, kegiatan, media, dan metode. Dalam seting inklusi, guru hendaknya dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa di kelas yang bersangkutan termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Hambatan belajar dapat berasal dari kesulitan menentukan strategi belajar dan metode belajar lainnya sebagai akibat dari faktor-faktor biologis, psikologis, lingkungan, atau gabungan dari beberapa faktor tersebut. Sebagai contoh gangguan sensoris seperti hilangnya penglihatan atau pendengaran, merupakan hambatan dalam memperoleh masukan informasi dari luar. Disfungsi minimal otak mungkin akan berakibat yang cukup serius terhadap konsentrasi. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas tertentu mungkin berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas yang lain. Pada model Kelas Reguler (Inklusi Penuh), bahan belajar antara anak luar biasa dengan anak normal mungkin tidak berbeda secara signifikan; namun pada model Kelas Reguler dengan Cluster, bahan belajar antara siswa luar biasa dengan siswa normal biasanya tidak sama, bahkan antara sesama siswa luar biasa pun dapat berbeda.
B.     Pengelompokkan Anak
Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1.        Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem. Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu:
a.    Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu.
b.    Visual Impairment.(kelainan Penglihatan atau tunanetra)
c.    Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.
2.        Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah:
a.    Intellectual Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita.
b.    Learning disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c.    Behavior disorders (anak nakal atau tunalaras.
d.   Giftet dan talented (anak berbakat)
e.    Multy handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda)
                                                                                     
C.    Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK)
Ada beberapa model penempatan anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi menurut Vaughn, Bos dan Scunmn(2000), antara lain:
1.      Kelas Reguler
Model kelas regular anak berkelainan khusus belajar dengan anak lain (normal) sehari penuh dikelas regular dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2.      Model kelas regular dengan cluster
Model kelas regular dengan cluster adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas regular dengan kelompok khusus.
3.      Model Kelas Reguler dengan Pull Out
Model Kelas Reguler dengan Pull Out adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain namun dalam waktu- waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber belajar untuk belajar dengan guru pembimbing khusus. Model kelas ini menekankan saling kerjasama, saling membantu, saling menghargai dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua anggota dalam kelas untuk mencapai suatu keberhasilan. Namun apabila siswa berkebutuhan khusus tidak dapat mencapai kemampuan yang telah ditetapkan, maka akan ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk mendapatkan layanan pendidikan khusus.
Menurut Vaughn, Bos dan Schuman (Pedoman Penyelanggaraan pendidikan Inklusi, 2004: 19), ada empat unsusr yang harus dipenuhi sehingga bisa dikatakan pembelajaran model kelas regular dengan pull out yaitu: 1) komunitas kelas yang hangat (saling kerjasama antar anggota); 2) menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan kemampaun individu; 3)komunikasi antar anggota; 4) kesempatan yang sama untuk berhasil.
4.      Model kelas regular dengan cluster dan pull out
Model kelas regular dengan cluster dan pull out adalah anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak lain (normal) di kelas regular dengan kelompok khusus, dan dalam waktu- waktu tertentu di tarik dari kelas regular ke ruang sumber belajar untuk belajar dengan guru pembimbing khusus
5.      Model kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Model kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian adalah anak berkebutuhan khusus  belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam bidang- bidang tertentu dapat belajar bersama anak- anak lain (normal) di kelas regular.
6.      Model kelas khusus penuh
Model kelas khusus penuh adalah anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas pada sekolah regular.
Dengan demikian, pendidikan inklusi tidak mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak berkelainan dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).
D.    Kebaikan Pendidikan Inklusi
1.      Membangun kesadaran dan konsensus  pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
2.      Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi.
3.      Semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
4.      Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
5.      Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
E.     Alasan Pendidikan Inklusif Diterapkan
1.      Semua anak mempunyai hak yang sama untuk tidak didiskriminasikan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
2.      Semua anak mempunyai kemampuan untuk mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
3.      Perbedaan merupakan penguat dalam meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
4.      Sekolah dan guru mempunyai kemampuan untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
F.       Manfaat Pendidikan Inklusi
1.        Manfaat Untuk Peserta Didik
Manfaat untuk anak antara lain :
a.       Menanamkan dan mengembangkan kepercayaan diri
b.      Bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya
c.       Belajar secara mandiri
d.      Mencoba memahami dan mengaplikasikan pelajaran di sekolah dalam kehidupan sehari-hari
e.       Berinteraksi secara aktif bersama teman dan guru
f.       Belajar menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap perbedaan itu
g.      Anak lebih kreatif dalam pembelajaran
2.        Manfaat Untuk Guru
Manfaat bagi guru antara lain :
a.       Mendapat kesempatan belajar cara mengajar yang baru dalam melakukan pembelajaran bagi peserta didik yang memiliki latar belakang dan kondisi yang beragam;
b.      Mampu mengatasi tantangan;
c.       Mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap anggota masyarakat, anak dan situasi yang beragam;
d.      Memiliki peluang untuk menggali gagasan-gagasan baru melalui komunikasi dengan orang lain di dalam dan di luar sekolah;
e.       Mampu mengaplikasikan gagasan baru dan mendorong peserta didik lebih proaktif, kreatif dan kritis;
f.       Memiliki keterbukaan terhadap masukan dari orang tua dan anak untuk memperoleh hasil yang positif;
g.      Mendapat peluang yang lebih besar dari masyarakat dalam hal bantuan dan dukungan berdasarkan hasil kerja mereka;
h.      Memperoleh kepuasan kerja dan pencapaian prestasi yang lebih tinggi ketika semua peserta didik berhasil.  Perlu digarisbawahi bahwa keberhasilan semua peserta didik lulus ujian tertulis.
i.        Di sekolah yang inklusif, ramah terhadap pembelajaran, terbuka kesempatan bagi relawan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran melalui kerjasama dengan guru.
3.        Manfaat Untuk Orang Tua
Manfaat bagi orang tua antara Lain:
a.       Orangtua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana anaknya dididik.
b.      Mereka secara pribadi terlibat dan merasa lebih penting untuk membantu anak belajar. Ketika guru bertanya pendapat mereka tentang anak,
c.       orangtua merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai mitra setara dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk anak.
d.      Orangtua juga dapat belajar bagaimana cara membimbing anaknya lebih baik di rumah dengan menggunakan teknik yang digunakan guru di sekolah.
e.       Mereka juga belajar berinteraksi dengan orang lain, serta memahami dan membantu memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat.
f.       Terpenting mereka mengetahui bahwa anaknya dan semua anak menerima pendidikan yang berkualitas.
4.        Manfaat Untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat antara lain:
a.       Masyarakat lebih merasa bangga ketika lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti pembelajaran.
b.      Mereka menemukan lebih banyak “calon pemimpin masa depan” yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif di masyarakat.
c.       Masyarakat melihat bahwa potensi masalah sosial seperti kenakalan dan masalah remaja bisa dikurangi.
d.      Anggota masyarakat menjadi lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan hubungan lebih baik antara sekolah dan masyarakat.

G.    Media pembelajaran secara khusus berdasarkan karakteristik siswa antara lain:
No.
Jenis
Model
1.
ABK dengan gangguan penglihatan
Buta Total : Peta timbul, radio, audio, penggaris braille, blokies, papan baca, model anatomi mata, meteran braille, puzzel buah-buahan, talking watch, kompas braille, botol aroma, bentuk-bentuk geometri, tape recorder, komputer dengan sistem jaws, media tiga dimensi, media dua dimensi, lingkungan sekitar anak, Braille kit, mesin tik braille, kamus bicara, kompas bicara, komputer dan printer braille, collor sorting box.
Low Vision : CCTV, Magnifier Lens Set, View Scan, Televisi, Microscope
2
ABK dengan gangguan pendengaran
Foto-foto, video, kartu huruf, kartu kalimat, anatomi telinga, miniatur benda, finger alphabet, model telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan, puzzle binatang, puzzle konstruksi, silinder, model geometri, menara segi tiga, menara gelang, menara segi empat, atlas, globe, peta dinding, miniatur rumah adat.
3.
Tunagrahita/ anak lamban belajar
Gradasi kubus, gradasi balok, silinder, manara gelang, kotak silinder, multi indra, puzzle binatang, puzzle konstruksi, puzzle bola, boks sortor warna, geometri tiga dimensi, papan geometri, konsentrasi mekanik, puzzle set, abacus, papan bilangan, kotak bilangan, sikat gigi, dresing prame set, pias huruf, pias kalimat, alphabet fibre box, bak pasir, papan keseinbangan, power raider,
4
ABK dengan gangguan motorik
Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, torso seluruh badan, geometri sharpe, menara gelang, menara segi tiga, gelas rasa, botol aroma, abacus dan washer, papan pasak, kotak bilangan.
5.
Tunalaras
Animal maching games, sand pits, konsentrasi mekanik, animal puzzle, fruits puzzle, rebana, flute, torso, constructive puzzle, organ
6.
Anak berbakat
Buku paket, buku referensi, buku pelengkap, buku bacaan, majalah, koran, internet, modul, lembar kerja, komputer, VCD, museum, perpustakaan, TV, OHP, chart, dsb
7
Kesulitan belajar
Disleksia : kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat
Disgrafia : kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan
Diskalkulia: balok bilangan, pias angka, kotak bilangan,
papan bilangan
8.
Autis
Kartu huruf, kartu kata, katu angka, kartu kalimat, konsentrasi mekanik, komputer, mnara segi tiga, menara gelang, fruit puzzel, construktiv puzzle
9.
Tunaganda
Disesuaikan dengan karakteristik kelainannya
10.
HIV AIDS
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan penyakit, dan setting pelayanan pendidikan
11.
Korban Penyalahgunn Narkoba
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan penyakit, dan setting pelayanan pendidikan
13.
Indigo
Digunakan media seperti anak pada umumnya.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB. Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK.
Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu menurut masalah (problem) dalam sensorimotor dan masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku
Penempatan anak luar biasa di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model sebagai berikut:1) kelas regular (inklusi penuh); 2)kelas regular dengan cluster; 3)kelas regular dengan pull out; 4)kelas regular cluster dan pull out; 5)kelas khusus dengan pengintegrasian; 6)kelas khusus penuh
Kebaikan pendidikan inklusi, antara lain membangun kesadaran dan konsensus  pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif, melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi, semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah, mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran, melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
Alasan diterapkannnya pendidikan inklusi antara lain karena anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan inklusi mempunyai manfaat yang baik bagi peserta didik, guru, orang tua maupun masyarakat.
B.     Saran
Kita sebagai seorang calon pendidik diharapkan mampu menempatkan mereka yang mempunyai kebutuhan khusus di dalam kelas regular atau kelas umum. Maka dari itu kita harus mengerti dan memahami penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. 


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ana Suryaningsih. 2009. Strategi Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus.  Di unduh dari www.wikipedia.com tanggal 5 Maret 2012.
Aryo. 2010. Kasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Diunduh dari http://blogaryopsiko.blogspot.com  tanggal 29 Februari 2012.
Lilis Lismaya. 2008. Pendidikan Inklusi. Diunduh dari www.blogspot.com tanggal 1 Maret 2012
Bintang Bahasa. 2005. Anak Berkebutuhan Khusus. Diunduh dari www.wikipedia.com tanggal 5 Maret 2012
 

2 komentar:

  1. Pagi pak
    Apakah bapak punya daftar persyaratan anak abk untuk masuk sekolah inklusi??
    Mohon bantuannya
    Tks..

    BalasHapus
  2. Sangat mengapresiasi artikel informatif mengenai penempatan ABK di sekolah inklusi. Isu ini sangat penting untuk memastikan inklusivitas dalam pendidikan. Terus berbagi informasi yang berharga seperti ini!

    BalasHapus