BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah
anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya,
yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Keadaan inilah yang
menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus. Keragaman anak
berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu kenali jenis
dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka
akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan
keadaan anak berkebutuhan khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan
istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan terjemahan dari child with
special needs yang telah digunakan secara luas di dunia internasional, ada
beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak tuna,
anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa. Ada satu istilah lain
yang beberapa tahun terakhir berkembang secara luas yaitu difabel.
Istilah difabel merupakan kependekan dari diference ability.
Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi
manusia termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan
khusus. Penggunaan istilah anak berkebutuhan
khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan istilah anak luar
biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada istilah
luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial)
anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai
prestasi sesuai dengan potensinya. Contoh, seorang anak tunanetra, jelas dia
memiliki keterbatasan pada bidang penglihatannya, tetapi dia juga memiliki
potensi kemampuan intelektual yang tidak berbeda dengan anak normal, maka untuk
dapat berprestasi sesuai kapasitas intelektualnya diperlukan alat bantu
kompensatif indera penglihatan seperti talking computer, talking books, buku
tulisan Braille dsb. Dengan dipenuhinya kebutuhan itu maka tunanetra akan dapat
berprestasi sesuai dengan kapasitas intelektualnya dan mampu berkompetisi
dengan anak normal.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
itu Anak Berkebutuhan Khusus?
2. Bagaimana
hakikat Anak Berkebutuhan Khusus?
3. Bagaimana
Penempatan Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi?
4. Apa
saja Kebaikan Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus?
5. Apakah
Alasan Pendidikan Inklusi diterapkan?
6. Bagaimana
Manfaat Pendidikan Inklusi?
7. Bagaimana
model media pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Sekolah Inklusi?
C.
Tujuan
Makalah
1.
Mememahami pengertian
dan hakikat anak berkebutuhan khusus
2.
Menjelaskan
pengelompokkan anak berkebutuhan khusus
3.
Menyajikann bagaimana
penempatan anak brkebutuhan khusus
4.
Menjelaskana kelebihan
pendidik/n inklusi
5.
Menyajikan alasan pendidikan inklusi diterapkan
6.
Menyebutkan manfaat pendidikan inklusi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus
Apabila
kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut
“Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau
Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak
cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu
kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam penggunaan istilah tersebut
anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah yang
paling tepat tergantung dari mana kita memandang. Seperti dalam bahasa Inggris
dikenal istilah Impairment, disability, handicap.
Impairment berhubungan dengan penyakit dan
kelainan pada jaringan.
Disability berhubungan dengan
kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu.
Handicap berhubungan dengan kelainan dan
ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi dengan lingkungan.
Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak
yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau
indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara
maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan
dengan PLB. Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan
berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus
yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program
dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK.
Pada akhir perkembangan sekarang
ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti
yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan yang wajar
seperti pada anak yang lain yaitu dididik dan disekolahkan.
Perbedaannya hanya terletak pada
adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya,
mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan
sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa. Dengan
sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya. Dengan
sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi:
1. Hak untuk mendidik dirinya. (The
Right to Educated Oneself)
2. Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The
Right to Occupation or Profession)
3. Hak untuk memelihara kesehatan dan
fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being)
4. Hak untuk hidup mandiri (the Right
to Independent Living)
5. Hak untuk kasih sayang (Right to
Love)
Kegiatan pembelajaran dalam seting
inklusi akan berbeda baik dalam strategi, kegiatan, media, dan metode. Dalam
seting inklusi, guru hendaknya dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa di
kelas yang bersangkutan termasuk membantu mereka memperoleh pemahaman yang
sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing. Hambatan belajar dapat berasal
dari kesulitan menentukan strategi belajar dan metode belajar lainnya sebagai
akibat dari faktor-faktor biologis, psikologis, lingkungan, atau gabungan dari
beberapa faktor tersebut. Sebagai contoh gangguan sensoris seperti hilangnya
penglihatan atau pendengaran, merupakan hambatan dalam memperoleh masukan
informasi dari luar. Disfungsi minimal otak mungkin akan berakibat yang cukup
serius terhadap konsentrasi. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model kelas
tertentu mungkin berbeda dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada model
kelas yang lain. Pada model Kelas Reguler (Inklusi Penuh), bahan belajar antara
anak luar biasa dengan anak normal mungkin tidak berbeda secara signifikan;
namun pada model Kelas Reguler dengan Cluster, bahan belajar antara siswa luar
biasa dengan siswa normal biasanya tidak sama, bahkan antara sesama siswa luar
biasa pun dapat berbeda.
B.
Pengelompokkan
Anak
Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan
Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1.
Masalah (problem) dalam Sensorimotor
Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap
kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut
Sensorimotor Problem. Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah
diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan
kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat
masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah
dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah dengan baik seperti anak yang
tidak mengalami kelainan.
Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor
yaitu:
a. Hearing disorders (Kelainan
pendengaran atau tunarungu.
b. Visual Impairment.(kelainan
Penglihatan atau tunanetra)
c. Physical Disability (kelainan Fisik
atau tunadaksa)
Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai
keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus
sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli
sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK.
2.
Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku.
Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam
belajar adalah:
a. Intellectual Disability (keterbelakangan
mental atau tunagrahita.
b. Learning disability (ketidakmampuan
belajar atau Kesulitan belajar khusus)
c. Behavior disorders (anak nakal atau
tunalaras.
d. Giftet dan talented (anak berbakat)
e. Multy handicap (cacat lebih dari
satu atau tunaganda)
C.
Penempatan
Anak Berkebutuhan Khusus ( ABK)
Ada beberapa model penempatan anak
berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi menurut Vaughn, Bos dan
Scunmn(2000), antara lain:
1. Kelas
Reguler
Model kelas regular anak berkelainan
khusus belajar dengan anak lain (normal) sehari penuh dikelas regular dengan
menggunakan kurikulum yang sama.
2. Model
kelas regular dengan cluster
Model kelas regular dengan cluster
adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
regular dengan kelompok khusus.
3. Model
Kelas Reguler dengan Pull Out
Model Kelas Reguler dengan Pull Out
adalah anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain namun dalam waktu-
waktu tertentu ditarik dari kelas regular ke ruang sumber belajar untuk belajar
dengan guru pembimbing khusus. Model kelas ini menekankan saling kerjasama,
saling membantu, saling menghargai dan memberikan kesempatan yang sama bagi
semua anggota dalam kelas untuk mencapai suatu keberhasilan. Namun apabila siswa
berkebutuhan khusus tidak dapat mencapai kemampuan yang telah ditetapkan, maka
akan ditarik dari kelas regular ke ruang sumber untuk mendapatkan layanan
pendidikan khusus.
Menurut Vaughn, Bos dan Schuman (Pedoman
Penyelanggaraan pendidikan Inklusi, 2004: 19), ada empat unsusr yang harus
dipenuhi sehingga bisa dikatakan pembelajaran model kelas regular dengan pull
out yaitu: 1) komunitas kelas yang hangat (saling kerjasama antar anggota); 2)
menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan kemampaun individu;
3)komunikasi antar anggota; 4) kesempatan yang sama untuk berhasil.
4. Model
kelas regular dengan cluster dan pull out
Model kelas regular dengan cluster dan
pull out adalah anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak lain (normal) di
kelas regular dengan kelompok khusus, dan dalam waktu- waktu tertentu di tarik
dari kelas regular ke ruang sumber belajar untuk belajar dengan guru pembimbing
khusus
5. Model
kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Model kelas khusus dengan berbagai
pengintegrasian adalah anak berkebutuhan khusus
belajar di dalam kelas khusus pada sekolah regular, namun dalam bidang-
bidang tertentu dapat belajar bersama anak- anak lain (normal) di kelas
regular.
6. Model
kelas khusus penuh
Model kelas khusus penuh adalah anak berkebutuhan khusus
belajar di dalam kelas pada sekolah regular.
Dengan demikian, pendidikan inklusi
tidak mengharuskan semua anak berkelainan berada di kelas reguler setiap saat
dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh), karena sebagian anak
berkelainan dapat berada di kelas khusus atau ruang terapi berhubung gradasi
kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak berkelainan yang gradasi
kelainannya berat, mungkin akan lebih banyak waktunya berada di kelas khusus
pada sekolah reguler (inklusi lokasi). Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya
sangat berat, dan tidak memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat
disalurkan ke sekolah khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).
D.
Kebaikan
Pendidikan Inklusi
1. Membangun kesadaran dan
konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif sekaligus menghilangkan sikap
dan nilai yang diskriminatif.
2. Melibatkan dan memberdayakan
masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan
informasi.
3. Semua anak pada setiap distrik dan
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
4. Mengidentifikasi hambatan berkaitan
dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan
pembelajaran.
5. Melibatkan masyarakat dalam
melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.
E.
Alasan Pendidikan Inklusif Diterapkan
1. Semua anak mempunyai hak yang sama
untuk tidak didiskriminasikan dan memperoleh pendidikan yang bermutu.
2. Semua anak mempunyai kemampuan untuk
mengikuti pelajaran tanpa melihat kelainan dan kecacatannya.
3. Perbedaan merupakan penguat dalam
meningkatkan mutu pembelajaran bagi semua anak.
4. Sekolah dan guru mempunyai kemampuan
untuk belajar merespon dari kebutuhan pembelajaran yang berbeda.
F.
Manfaat
Pendidikan Inklusi
1.
Manfaat Untuk Peserta Didik
Manfaat untuk anak antara lain :
a.
Menanamkan dan mengembangkan kepercayaan diri
b.
Bangga pada diri sendiri atas prestasi yang diperolehnya
c.
Belajar secara mandiri
d.
Mencoba memahami dan mengaplikasikan pelajaran di sekolah
dalam kehidupan sehari-hari
e.
Berinteraksi secara aktif bersama teman dan guru
f.
Belajar menerima perbedaan dan beradaptasi terhadap
perbedaan itu
g.
Anak lebih kreatif dalam pembelajaran
2.
Manfaat Untuk Guru
Manfaat bagi guru antara lain :
a.
Mendapat kesempatan belajar cara mengajar yang baru dalam
melakukan pembelajaran bagi peserta didik yang memiliki latar belakang dan
kondisi yang beragam;
b.
Mampu mengatasi tantangan;
c.
Mampu mengembangkan sikap yang positif terhadap anggota
masyarakat, anak dan situasi yang beragam;
d.
Memiliki peluang untuk menggali gagasan-gagasan baru melalui
komunikasi dengan orang lain di dalam dan di luar sekolah;
e.
Mampu mengaplikasikan gagasan baru dan mendorong peserta
didik lebih proaktif, kreatif dan kritis;
f.
Memiliki keterbukaan terhadap masukan dari orang tua dan
anak untuk memperoleh hasil yang positif;
g.
Mendapat peluang yang lebih besar dari masyarakat dalam hal
bantuan dan dukungan berdasarkan hasil kerja mereka;
h.
Memperoleh kepuasan kerja dan pencapaian prestasi yang lebih
tinggi ketika semua peserta didik berhasil. Perlu digarisbawahi bahwa
keberhasilan semua peserta didik lulus ujian tertulis.
i.
Di sekolah yang inklusif, ramah terhadap pembelajaran,
terbuka kesempatan bagi relawan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran melalui
kerjasama dengan guru.
3.
Manfaat Untuk Orang Tua
Manfaat bagi orang tua antara Lain:
a.
Orangtua dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana
anaknya dididik.
b.
Mereka secara pribadi terlibat dan merasa lebih penting
untuk membantu anak belajar. Ketika guru bertanya pendapat mereka tentang anak,
c.
orangtua merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai
mitra setara dalam memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk anak.
d.
Orangtua juga dapat belajar bagaimana cara membimbing
anaknya lebih baik di rumah dengan menggunakan teknik yang digunakan guru di
sekolah.
e.
Mereka juga belajar berinteraksi dengan orang lain, serta
memahami dan membantu memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat.
f.
Terpenting mereka mengetahui bahwa anaknya dan semua anak
menerima pendidikan yang berkualitas.
4.
Manfaat Untuk Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat antara lain:
a. Masyarakat lebih merasa bangga
ketika lebih banyak anak bersekolah dan mengikuti pembelajaran.
b. Mereka menemukan lebih banyak “calon
pemimpin masa depan” yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif di masyarakat.
c. Masyarakat melihat bahwa potensi
masalah sosial seperti kenakalan dan masalah remaja bisa dikurangi.
d. Anggota masyarakat menjadi lebih
terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan hubungan lebih baik antara sekolah
dan masyarakat.
G.
Media pembelajaran secara khusus berdasarkan
karakteristik siswa antara lain:
No.
|
Jenis
|
Model
|
1.
|
ABK dengan gangguan penglihatan
|
Buta
Total : Peta timbul,
radio, audio, penggaris braille, blokies, papan baca, model anatomi mata,
meteran braille, puzzel buah-buahan, talking watch, kompas braille, botol
aroma, bentuk-bentuk geometri, tape recorder, komputer dengan sistem jaws,
media tiga dimensi, media dua dimensi, lingkungan sekitar anak, Braille kit,
mesin tik braille, kamus bicara, kompas bicara, komputer dan printer braille,
collor sorting box.
Low Vision
: CCTV, Magnifier Lens Set, View Scan, Televisi, Microscope
|
2
|
ABK dengan gangguan pendengaran
|
Foto-foto, video, kartu huruf, kartu kalimat, anatomi
telinga, miniatur benda, finger alphabet, model telinga, torso setengah
badan, puzzle buah-buahan, puzzle binatang, puzzle konstruksi, silinder,
model geometri, menara segi tiga, menara gelang, menara segi empat, atlas,
globe, peta dinding, miniatur rumah adat.
|
3.
|
Tunagrahita/ anak lamban belajar
|
Gradasi kubus, gradasi balok, silinder, manara gelang,
kotak silinder, multi indra, puzzle binatang, puzzle konstruksi, puzzle bola,
boks sortor warna, geometri tiga dimensi, papan geometri, konsentrasi
mekanik, puzzle set, abacus, papan bilangan, kotak bilangan, sikat gigi,
dresing prame set, pias huruf, pias kalimat, alphabet fibre box, bak pasir,
papan keseinbangan, power raider,
|
4
|
ABK dengan gangguan motorik
|
Kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, torso seluruh
badan, geometri sharpe, menara gelang, menara segi tiga, gelas rasa, botol
aroma, abacus dan washer, papan pasak, kotak bilangan.
|
5.
|
Tunalaras
|
Animal maching games, sand pits, konsentrasi mekanik,
animal puzzle, fruits puzzle, rebana, flute, torso, constructive puzzle,
organ
|
6.
|
Anak berbakat
|
Buku paket, buku referensi, buku pelengkap, buku
bacaan, majalah, koran, internet, modul, lembar kerja, komputer, VCD, museum,
perpustakaan, TV, OHP, chart, dsb
|
7
|
Kesulitan belajar
|
Disleksia : kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat
Disgrafia : kartu
abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan
Diskalkulia:
balok bilangan, pias angka, kotak bilangan,
papan bilangan
|
8.
|
Autis
|
Kartu huruf, kartu kata, katu angka, kartu kalimat,
konsentrasi mekanik, komputer, mnara segi tiga, menara gelang, fruit puzzel,
construktiv puzzle
|
9.
|
Tunaganda
|
Disesuaikan dengan karakteristik kelainannya
|
10.
|
HIV AIDS
|
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan penyakit,
dan setting pelayanan pendidikan
|
11.
|
Korban Penyalahgunn Narkoba
|
Disesuaikan dengan kondisi anak, berat ringan penyakit,
dan setting pelayanan pendidikan
|
13.
|
Indigo
|
Digunakan media seperti anak pada umumnya.
|
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak
Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental,
tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian
sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity)
membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB. Sesuai dengan hak
asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan
keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus
dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan
lingkungan ABK.
Untuk keperluan Pendidikan Luar
Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu
menurut masalah (problem) dalam sensorimotor dan masalah (problem) dalam
belajar dan tingkah laku
Penempatan
anak luar biasa di sekolah inklusi dapat dilakukan dengan berbagai model
sebagai berikut:1) kelas regular (inklusi penuh); 2)kelas regular dengan
cluster; 3)kelas regular dengan pull out; 4)kelas regular cluster dan pull out;
5)kelas khusus dengan pengintegrasian; 6)kelas khusus penuh
Kebaikan pendidikan inklusi, antara
lain membangun kesadaran dan konsensus pentingnya Pendidikan Inklusif
sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif, melibatkan dan
memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal,
mengumpulkan informasi, semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi
alasan mengapa mereka tidak sekolah, mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan
kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran, melibatkan
masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi
semua anak.
Alasan
diterapkannnya pendidikan inklusi antara lain karena anak mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional : setiap warga negara
memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Pendidikan inklusi mempunyai manfaat
yang baik bagi peserta didik, guru, orang tua maupun masyarakat.
B.
Saran
Kita sebagai seorang
calon pendidik diharapkan mampu menempatkan mereka yang mempunyai kebutuhan
khusus di dalam kelas regular atau kelas umum. Maka dari itu kita harus mengerti
dan memahami penempatan anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ana Suryaningsih. 2009. Strategi Pembelajaran bagi
Anak Berkebutuhan Khusus. Di unduh dari www.wikipedia.com
tanggal 5 Maret 2012.
Aryo. 2010. Kasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus.
Diunduh dari http://blogaryopsiko.blogspot.com
tanggal 29 Februari 2012.
Pagi pak
BalasHapusApakah bapak punya daftar persyaratan anak abk untuk masuk sekolah inklusi??
Mohon bantuannya
Tks..
Sangat mengapresiasi artikel informatif mengenai penempatan ABK di sekolah inklusi. Isu ini sangat penting untuk memastikan inklusivitas dalam pendidikan. Terus berbagi informasi yang berharga seperti ini!
BalasHapus