BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia dini merupakan
periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses
pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk
mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap
perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
PAUD memiliki fungsi
sebagai pengembangan potensi, penanaman aqidah dan keimanan, pembentukan dan
pembiasaan perilaku, pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar, serta
pengembangan motivasidan sikap belajar yang positif. Sesuai dengan fungsi
tersebut, materi program PAUD seyogyanya mencakup berbagai aktivitas yang
terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan dan perilaku anak secara
menyeluruh dan proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan
individualitas anak, kemajuan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai masyarakat
yang dianut. Sebagai wujud dari tanggung jawab bersama, PAUD diselenggarakan
baik secara formal dan nonformal oleh lembaga pendidikan khusus atau secara
informal oleh keluarga dan masyarakat.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa makna dan fungsi
Pendidikan Anak Usia Dini?
2.
Apa landasan Pendidikan
Anak Usia Dini?
3.
Apa pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini?
4.
Apa karakterisitik
anak usia dini?
5.
Bagaimana cara
berkembang dan belajar anak usia dini?
6.
Apa prinsip Pendidikan
Anak Usia Dini?
7.
Bagaimana
Karakteristik program Pendidikan Anak Usia Dini ?
8.
Apa saja materi
program Pendidikan Anaka Usia Dini?
9.
Apa saja Tripusat
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Dapat mengetahui makna
dan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini.
2.
Dapat mengetahui
landasan Pendidikan Anak Usia Dini.
3.
Dapat mengetahui
pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.
4.
Dapat mengetahui
karakterisitik anak usia dini.
5.
Dapat mengetahui cara
anak berkembang dan belajar anak usia dini.
6.
Dapat mengetahui
prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.
7.
Dapat mengetahui karakteristik
program Pendidikan Anak Usia Dini.
8.
Dapat mengetahui
materi program Pendidikan Anaka Usia Dini.
9.
Apa saja Tripusat
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Makna
dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia
mampu memenuhi kebutuhan perkembanganya sekaligus memenuhi tuntutan sosial,
kultural, dan religius dalam lingkungan kehidupanya. Pengertian pendidikan ini
mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks pendidkan
seyogyanya terfokus pada fasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan
nilai agama dan kehidupan yang dianut.
Pendidkan Anak Usia
Dini diartikan sebagai segenap upaya pendidik (orang tua, guru, dan orang
dewasa lainya) dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan
rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak
dapat bertumbuh-kembang secara sehat dan opimal sesuai nilai dan norma yang
dianut.
Menurut Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14,
pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
Rentangan anak usia
dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun.
Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di
beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. Ruang Lingkup
Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai berikut :
1.
Infant (0-1 tahun)
2.
Toddler (2-3 tahun)
3.
Preschool/
Kindergarten children (3-6 tahun)
4.
Early Primary School
(SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
(Solehudin : 2000)
menyatakan bahwa dalam konteks perkembangan anak, PAUD memiliki fungsi dasar,
yakni :
1.
Pengembangan potensi
2.
Penanaman dasar-dasar aqidah keimanan
3.
Pembentukan dan pembiasaan perilaku yang
diharapkan
4.
Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar
yang diperlukan
5.
Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang
positif.
Pada dasarnya setiap bayi yang lahir ke
dunia dilengkapi sejumlah potensi yang dipelukan untuk kehidupanya. Ia memiliki
potensi untuk beragama, berpikir, berkreasi, mrasa berkomunikasi dengan
oranglain, dan potensi-potensi lainya. Upaya pengembangan potensi anak perlu
dilakukan sejak dini sebab pada masa itulah terjadinya masa-masa emas dari
perkembangan berbagai potensi tersebut. Dijelaskan oleh ahli (Bloom, 1984)
bahwa pada masa usia dini terdapat periode-periode optimal dalam perkembangan
anak. Misalnya masa tiga tahun pertama kehidupan merupakan perode optimal bagi
perkembangan bahasa, usia TK merupakan masa yang sensitif bagi perkembangan
gerak-gerak motorik yang fundamental, dan bahkan menutut Bloom (1984), separuh
dari perkembangan potensi intelektual terjadi pada usia 4 tahun pertama.
(Sitti Hartinah 2008;38) mengemukakan bahwa perkembangan aspek
sosial diawali pada masa kanak-kanak pada usia 3-5 tahun, agak pesat pada masa
anak sekolah usia 11-12 tahun, dan sangat pesat pada masa remaja usia 16-18
tahun. Aspek kognitif atau intelektual perkembanganya diawali dengan
perkembangan kemampuan mengamati, melihathubungan, dan memecahkan masalah
sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang
pelik.
Berkenaan
dengan itu Jean Piaget seorang ahli psikologi menyimpulkan kemampuan berpikir pada
anak dlam lima tahap dalam (Sitti Hartinah 2008;41). Yaitu sebagai berikut :
1.
Tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap
ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
2.
Tahap
praoperasional (usia 2-7 tahun)
Dibagi lagi yaitu menjadi :
-
Prakonseptual (usia 2-4 tahun)
Pada masa awal perkembangan bahasa dengan pemikiran yang
sederhana.
-
Intuitive throught (usia 4-7 tahun)
Tahap
pemikiran yang intuitif, masa berpikir khayal. Anak belum mampu berpikir
abstrakjangkauan waktu dan tempatnya masih pendek.
3.
Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun)
Kemampuan
berpikir anak lebih tinggi, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang konkret.
4.
Tahap operasi formal (usia 11 tahuan keatas)
Kemampuan
berpikir anak telah berpikir sempurna, dapat berpikir abstrak, berpikir
deduktif dan induktif, berpikir analisis, dan sintesis.
(Sitti Hartinah 2008;38) mengemukakan beberapa tugas
perkembangan yang muncul dan harus dikuasai anak pada masa kanak-kanak adalah
sebagai berikut :
1.
Belajar
berjalan
2.
Belajar
mengambil makan
3.
Belajar
berbicara
4.
Belajar mengontrol cara-cara buang air
5.
Belajar mengetahui jenis kelamin
6.
Menguasai stabilitas jasmaniah
7.
Memiliki konsep sosial dan fisik
8.
Belajar hubungan sosial
9.
Belajar membedakan
Agar anak dapat memenuhi kebutuhan
perkembangan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mereka perlu
menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampiln dasar yang relevan. Pendidikan
seyogyanya memfasilitasi anak untuk menguasai perangkat pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang diperlukan ini. Melalui pendidikan anak berlatih untuk
mengapresiasikan emosi secara wajar, mengenal benda-benda yang bisa membahayakan,
menguasai ketrampilan komunikasi, dan menguasi ketrampilan motorik kasar dan
halus. Penguasaan pengetahuan dasar ini berguna untuk anak saat ini, tetapi
juga sebagai landasan anak dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan
berikutnya.
PAUD berfungsi sangat komprehensif, tidak saja
berfungsi memberikan pengalaman belajar pada anak dalam arti sempit, yakni
terbatas pada kegiatan-kegiatan pembelajaran akademis, tetapi berfungsi luas
dan menyeluruh yang mencakup stimulasi seluruh aspek perkembangan anak-intelektual,
psikososial, fisik motorik, serta keyakinan dan perilaku keagamaan. PAUD
memiliki kontribusi yang dangat besar dan fundamental terhadap pengembangan
kualitas sumber daya manuasia, karena periode usia dini anak mengalami
perubahan dan perkembangan yang sangat pesat (sebagai golden age) dan bersifat melandasi bagi perkembangan anak
berikutnya.
B.
Landasan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1.
Landasan Yuridis
Adapun landasan yuridis tentang
Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut :
a. Pembukaan UUD 1945
“Salah
satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.”
b. Amandemen UUD 1945 pasal 28 C
“Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
c. UU No. 23/2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1)
“Setiap
anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat.”
d. UU No 20/2003 pasal 28
1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar.
2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal.
3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal
berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang
sederajat.
4) Pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB),
Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
5) Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
2.
Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan
suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan
diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik”
berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan
filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu
bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan. Bangsa
Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan
manusia Pancasila menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia
Indonesia seutuhnya.
Bangsa Indonesia juga
sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari
semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak
individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak
sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan
diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga
kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.
Melalui pendidikan
yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat
Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu
akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan
saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.
Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat
dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan
filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.
3. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan
yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada beberapa
penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan
anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak.
Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin
meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis,
dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting
untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler
mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar
hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf
tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari
lingkungan.
Jean Piaget (1972)
mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi
dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian
sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang
tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus
membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara
Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang
penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi
pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran
akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu
atas lingkungannya.
Howard Gardner
menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi:
kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko – matematik,
kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik. paud-pendidikan-anak-usia-dini
Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan
struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi,
kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan
yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan
C.
Pentingnya
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia
dini merupakan hal yang esensial bagi perkembangan anak. Didasarkan pada
alasan-alasan sebagai berikut :
1.
Usia dini merupakan
fase fundamental bagi perkembangan dan belajar anak.
2.
Belajar dan perkembangan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
3.
Tuntutan masa depan
akan generasi unggul semakin kompetitif.
4.
Tuntutan non-edukatif lainya seperti perubahan
pola dan sikap hidup serta struktur keluarga.
Studi hasil belahan otak dilaporkan oleh Ornstein
(Bateman, 1990) menjelaskan bahwa anak usia dini mendapat rangsangan yang cukup
dalam mengembagkan kedua belah otaknya akan memperoleh kesiapan yang menyeluruh
untuk belajar secara sukses ketika memasuki Sekolah Dasar.
Ditinjau dari kognitif pada anak, Bloom
(1964) melukiskan perkembangan prosentase taraf kematangan dan kesempurnmaan
kognitif berdasarkan hasil tes IQ sebagai berikut :
1.
Usia 1 tahun ( berkembangnya sekitar 20%)
2.
Usia 4 tahun ( berkembangnya sekitar 50%)
3.
Usia 8 tahun (berkembangnya sekitar 80%)
4.
Usia 13 tahun (berkembangnya sekitar 92%)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini,
dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007;100) adalh sebagai berikut
:
1.
Secara
medis-neurologis
PAUD
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga
dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan
kepribadian anak selanjutnya.
2.
Secara psiko-edukatif
Masa
usia didni dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual,
kepribadian, dan perilaku sosial yang dapat berdampak lama dari rangsangan
tersebut.
3.
Serta secara lebih
luas dari aspek sosiokltural dan ekonomik
PAUD
merupakan suatu hak anak untuk
berkembang sesuai potensi yang dimiliki, pewarisan nilai masyarakat sebagai
generasi penerus, serta anak yang terdidik serta berkembang baik secara
ekonomis akan menguntungkan bagi masa yang akan datang.
D.
Karakteristik
Anak Usia Dini
Menurut (Solehudin, 2003) ada beberapa
karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitanya aktivitas belajar,
srebagai berikut :
1.
Anak
bersifat unik
Anak berbeda
satu sama lain, meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang
dapat diprediksi namun tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
2.
Anak
bersifat egosentris
Anak
cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentinganya
sendiri.
3.
Anak
bersifat aktif dan energik
Anak senang
melakukan berbgai kativitas, apalagi kalau dihadapkan pada sesuatu yang baru
dan menantang.
4.
Anak
memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
Anak usia
cenderung memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan hal baru yang belum
pernah diketahui.
5.
Anak
bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
Terdorong
rasa ingin tahu yang ku, anak lazimnya senang menjelajah, mencoba, dan
mempelajari hal-hal baru.
6.
Anak
mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan
Perilaku yang
ditampilkan anak umunya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga
mereflesikan
7.
Anak
senang dan kaya dengan fantasi
Anak senang
dengan hal-hal yang imajinatif dengan senang bercerita dengan orang lain.
8.
Anak
masih mudah frustasi
Anak masih
mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan.
9.
Anak masih
kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
Anak usia
dini pada umumnya belum memiliki pertimbangan yang matang termasuk dalam
hal-hal yang membahayakan.
10.
Anak
memiliki daya perhaian yang pendek
Anak lazimnya
memiliki daya perhatian yang pendek, ia sulit untuk duduk dan memperhatikan
sesuatudalam jangka waktu yang lama.
11.
Anak
bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Anak senang
melakukan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada
dirinya.
12. Anak semakin menunjukan minat terhadap teman
Seiring
dengan bertambahnya usia dan pengalaman sosial, anak usia dini semakin berminat
terhadap orang lain. Dengan menunjukan kemampuan kerja sama dan berhubungan
dengan teman-temanya.
Gambaran umum karakteristik anak usia dini
dengan perbedaan yang lebih spesifik, diantaranya :
1.
Usia 0-2 tahun
Anak
mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar baik berupa
ketrampilan lokomotor (duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), ketrampilan
memegang benda, penginderaan, maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional
maupun sosial.
2.
Usia 2-3 tahun
Anak memiliki
kesenangan untuk melakukan banyak aktivitas, eksplorasi benda-benda di
sekitarnya, serta menyerap pembendaharaan bahasa baru. Menurut Piaget, pada
usia ini anak senang melakukan percakapan sederhana, bersifat egosentris,
kemampuan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu pendek, cenderung
pindah-pidah perhatian, serta belum memiliki pertimbangan suatu yang berbahaya.
3.
Usia 3-4 tahun
Anak
mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan baik fisik, motorik, serta dapat
berfikir fantasi. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang lebih aya
sehingga dapat memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan cerita secara lebih
lama.
4.
Usia 4-5 tahun
Anak
mengalami perubahan dan memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat.
Ketrampilan-ketrampilan motorik dapat membuat yang bersangkutan bangga akan
dirinya. Begitu juga gerakan fisik membantu anak dalam memahami konsep yang
abstrak.
5.
Usia 5-6 tahun
Anak mulai mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan dan
perkembangan sosial. Ditandai dengan tingginya minat anak terhadap aktivitas
teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota
suatu kelompok dengan bergaul di luar lingkungan rumahnya.
E.
Cara
anak berkembang dan belajar
Cara anak berkembang
dan belajar secara umum dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI,
2007;104) dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip berikut :
1.
Perkembangan berlangsung sebagai keseluruhan
ranah fisik, sosial, emosional, dan kognitif yang saling terjalin.
2.
Perkembangan terjadi
dalam suatu urutan yang relatif diprediksi; abilitas, ketrampilan, dan
pengethuan selanjutnya dibangun berdasarkanapa yang sudah diperoleh terdahulu.
3.
Perkembangan
berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing
fungsi.
4.
Pengalaman awal
memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.
Periode-periode optimal terjadi untuk tipe perkembangan dan belajar tertentu.
5.
Perkembangan
berlangsung dalam arah yang dapat diprediksi ke arah kompleksitas, kekhususan,
organisasi dan internalisasi yang lebih meningkat.
6.
Perkembangan dan
belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dankultural yang
majemuk.
7.
Anak adalah pembelajar
atif, mengambil pengalaman fisik dan sosial.
8.
Perkembangan belajar
anak merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan fisik dan sosial
tempat anak tinggal.
9.
Bermain merupakan
sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional kognitif anak dan juga
merefleksikan perkembangan anak.
Disamping
pentingnya memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan secara umum. Para ahli
juga menekankan pentingnya kebermaknaan belajar bagi anak. Secara singkat
(Breadkamp dan Rosegrant, 1991/92; 14-17) anak akan belajar dengan bermakna bila
:
1.
Anak merasa aman
secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi
2.
Anak mengkonstruksi
pengetahuan
3.
Anak belajar melalui
interaksi sosial dengan orang lain.
4.
Kegiatan belajar anak
merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus mulai dengan kesadaran
kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke penggunaan.
5.
Anak belajar melalui
bermain
6.
Minat dan kebutuhan
anak untuk mengetahui terpenuhi
7.
Unsur variasi
individual anak diperhatikan.
Rasa aman secara
psikologis membuat anak mampu mengekspresikan dirinya secara optimal, sehingga
mendorong anak berani mengekspresikan dirinya. Kesempatan anak berkreasi
membuat pengalamn belajar menjadi bermakna, dengan memberi kesempatan anak
mencari akan menumbuhkan kemampuan berpikir kretif secara optimal. Pentingnya
interaksi sosial dengan orang lain akan mengembangkan aspek perkembangan
kognisi, emosi, dan moralnya. Melalui interaksi sosial anak akan
mengekspresikan emosi dan perilaku yang tentunya akan memperkaya pengalaman
kognisinya.
Melalui berbagai
pengetahuan yang sudah diperoleh, anak akan tumbuh keinginan untuk diterapkan
dalam kehidupanya. Dengan memberikan anak kesempatan bermain berarti telah
memberikan kesempatan anak untuk belajar.
Dengan memberi anak kesempatan belajar dengan bermain membuat pengalaman
belajar yang dirasakan dan dipersepsi secara alami oleh anak yang bersangkutan
sehingga menjadi bermakna baginya.
Meskipun pola-pola
perkembangan yang lazim dilalui oleh anak, akan tetapi variasi anatar anak yang
satu dengan anak yang lainya tetap ada. Anak akan belajar secara bermakna
apabila ia diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan gaya
belajar, minat, dan keunikanya masing-masing.
F.
Prinsip
Pendidikan Anak Usia Dini
Terdapat sejumlah
prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan PAUD. Berikut secara
umum dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007;107) prinsip-prinsip
yang dimaksud sebagai berikut :
1.
Holistik
dan terpadu
Penyelenggaraan
PAUD seyogyanya terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan jasmani dan
rohani yang utuh dan proporsional. Secar lebih luas terintegrasi dengan sistem
sosial yang ada dalam masyarakat.
2.
Berbasis
keilmuan yang bersifat multi-disipliner
Karena
sifatnya yang holistik, PAUD hendaknya didasarkan pada temuan-temuan mutakhir
dalam berbagai bidang keilmuan yang relevan.
3.
Berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan dan keunikan
anak.
Program
PAUD harus mulai dari kondisi semula anak dan terarah ke pemenuhan kebutuhan
perkembangan dan belajar anak. Program PAUD harus mulai dari kondisi semula
anak dan terarah ke pemenuhan kebutuhan perkembangan dan belajar anak.
4.
Berorientasi
masyarakat
PAUD
hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio
kultural yang berkembang pada masyarakat. Prinsip ini mempersyaratkan perlunya
PAUD memanfaatkan potensi lokal dan keragaman budaya maupun sumber-sumber daya
potensial yang ada di masyarakat setempat.
5.
Menjamin
kemanan anak
Dalam
hal ini para pendidik PAUD harus mampu menyediakan lingkungan belajar dan perkembangan
yang aman bagi anak baik yang bisa membahayakan fisik maupun kesehatan.
6.
Keselarasan
anatara rumah, sekolah, dan masyarakat
Untuk
menyediakan layanan paud yang bermutu dan efektif diperlukan adanya keselarasan
program pendidikan antara apa yang berlangsung dirumah, sekolah, dan bahkan di
masyarakat. Tiga unsur lembaga pendidikan ini perlu mensinergikan
program-program pendidiknya sehingga menjadi suatu program pendidikan yang
selaras dan berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan anak secara
keseluruhan.
7.
Terbatas
dari perlakuan diskriminatif
Pendidikan
tidak hanya dimaksudkan bagi anak yang cerdas dan pintar, tetapi untuk semua
anak tanpa membedakan ras, jenis kelamin, taraf kecerdasan, dan faktor-faktor
lainya. Namun hal ini tidak menuntut anak mendapat perlakuan sama, tetapi
justru mereka perlu mendapat perlakuan yang proporsional yang tepat sesuai
dengan kondisi dan kemampuan anak yang bersangkutan.
G.
Karakteristik
Pendidikan Anak Usia Dini
Sesuai dengan karakteristik dan cara
belajar anak, secara umum program PAUD memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Relatif
tidak tersruktur.
Program PAUD perlu
dirancang dan disajikan secara tidak kaku, tetapi sifatnya lebih informal
sebagai kegiatan keseharian. Cara demikian dilakukan untuk mengakomodasi
kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak yang umumya masih bersifat
spontan, memiliki masa pemusatan perhatian yang pendek, serta untuk menciptakan
suasana pendidikan yang lebih alami dan menyenangkan.
2. Terintegrasi.
Program PAUD disajikan
sebagai suatu aktivitas pembelajaran yang terpadu, tidak dipilah-pilah dalam
bentuk mata pelajaran. Cara ini dilakukan untuk memenuhi prinsip holistik dan
terintegrasi yang menghendaki agar PAUN benar-benar memfasilitasi seluruh aspek
perkembangan anak secara utuh.
3. Kontekstual.
Dengan karakteristik
ini berarti PAUD diselenggarakan dengan memperhatikan apa yang secara
kontekstual terjadi dalam interaksi pendidikan dengan anak. Cara seperti ini
sangat penting untuk menciptakan proses pendidikan atau pelajaran menjadi suatu
yang aktual dan bermakna bagi anak. Pembelajaran tidak dirasakan sebagai suatu
tugas yang dipaksakan diimpor dari luar melainkan sebagai bagian integral dari
aktivitas kehidupan anak.
4. Melalui
pengalaman langsung.
Sesuai dengan tingkat perkembangan
berfikir dan cara belajar anak yang lazimnya masih terbatas pada cara berfikir
konkrit, penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran bagi anak usia dini
seyogyanya dilakukan terutama melalui aktivitas konkrit dan pengalaman
langsung. Dalam hal ini, anak diberi kesempatan yang banyak untuk berinteraksi
langsung dengan orang lain dan berbuat langsung atas obyek-obyek benda yang ada
di sekitarnya.
5. Melalui
suasana bermain dan menyenangkan.
Interaksi pendidikan
diupayakan terjadi dalam suasana bermain dan menyenangkan. Cara ini dimaksudkan
untuk memenuhi tuntutan dunia anak, yaknni dunia bermain, dan sekaligus untuk
mengkondisikan perbuatan belajar sebagai perbuatan yang menyenangkan, dan
bukunya sebagai suatu yang menyiksa.
6. Responsif.
Disamping ada gambaran
umum tentang perilaku anak sesuai dengan usia kronologisnya, secara individual
anak juga merupakan makhluk unik ynag berbeda satu sama lain. Program PAUD
seyogyanya memperhatikan perbedaan individual anak baik dalam hal kecakapan,
minat, dan aspek-aspek lainnya sehingga program pendidkan yang diselenggarakan
betul-betul sesuai dengan dan memenuhi perbedaan-perbedaan individual tersebut.
H.
Materi
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Materi program PAUD dapat
dideskripsikan sebagai berikut::
1.
Program pendidikan
untuk anak usisa 0-2 tahun.
Menurut
Bredekamp dan Copple 1997, bahwa bayi mengembangkan diri dan belajar melalui
kegiatan seagai berikut::
a.
Pengindraan
Melalui
kegiatan pengindraan, bayi dapat mengembangkan potensi-potensi dan
kemampuan–kemampuan dasar yang diperlukan untuk menyesuaikan dan mengembangkan
diri selanjutnya, seperti kemampuan berfikir simbolis dan pengembangan konsep.
Kegiatan-kegiatan pengindraan tersebut diantaranya yaitu: melihat, mendengar,
mencicipi, mencium, dan menyentuh. Jadi pada tahap ini, bayi belajar untuk
mengenal dan membedakan benda-benda dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
b.
Gerak Fisik
Gerakan-gerakan
fisik bayi merupakan sarana untuk melatih dan mengembangkan fungsi-fungsi organ
tubuh. Berilah bayi kesempatan yang luas untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan gerakan-gerakan fisiknya, sediakanlah sejumlah mainan yang relevan
bagi bayi yang dapat merangsang mereka untuk melakukan berbagai aktivitas,
seperti meraih, mengambil, dan memegang benda-benda atau bergulir, merangkak,
dan berjalan. Karena penguasaan gerakan-gerakan tersebut adalah landasan bagi
penguasaan keterampilan-keterampilan motorik selanjutnya.
c.
Interaksi Sosial
Membangun
kelekatan dan kehangatan hubungan dengan bayi perlu dilakukan oleh orang tua
dan para pegasuh lainnya agar perkembangan aspek-aspek kepribadian mereka yang
positif dapat terfasilitasi dengan baik. Interaksi semacam itu, dapat dilakukan
dengan cara mengajak bayi berkomunikasi karena dapat menstimulasi terjadinya
proses pengindraan dan gerakan-gerakan fisik pada bayi serta dapat menyampaikan
nuansa-nuansa sosio-emosi dan moral kepada mereka. Berkomunikasi dengan bayi
dapat dilakukan dengan cara mengajak berbicara, mengajak bermain, dan
mendendangkan nyanyian-nyanyian.
2.
Program pendidikan untuk
anak usia 2-3 tahun
Pada
anak seusia ini, umumnya sudah bisa menguasai keterampilan dasar seperti
berjalan dan berlari, serta menyampaikan sedikit keinginannya walaupun masih
menggunakan kata-kata sederhana dan bahkan kata-kata tersebut tidak dikenali
oleh orang tuanya.
Materi
yang sesuai dengan usia ini yaitu:
a.
Melakukan aktifitas
fisik yaitu dengan menggunakan otot besar seperti berjalan, berlari, berloncat,
dan memanjat sesuatu.
b.
Mengembangkan
kemampuan berfikir, yaitu aktivitas-aktivitas permainan yang melibatkan proses
mencari seperti bermain kucing-kucingan, menamai sesuatu, dan mengenal konsep
jumlah.
c.
Pengembangan minat
eksplorasi, yaitu melalui penyediaan kesempatan yang luas bagi anak untuk
mengamati obyek-obyek yang disukainya misalnya binatang.
d.
Pengembangan kemampuan
berbahasa yaitu dilakukan dengan cara memberi kesempatan yang luas untuk
bercakap, mendengarkan cerita-cerita pendek, melihat buku-uku bergambar,
mendengarkan dan menyanyikan lagu.
e.
Pengembangan perilaku
sosial yaitu dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk
berinteraksi dengan anak lain dan terlibat dalam aktivitas kelompok, seperti
bermain dengan teman sebayanya.
f.
Pengembangan
kemandirian yaitu dilakukan dengan latihan bertahap merawat diri sendiri
seperti mulai dari buang air, makan, hingga berlatih cara berpakaian.
g.
Pengembangan perilaku
moral dan aqidah yaitu dengan cara membiasakan dan mempertontonkan perilaku
yang diharapkan kepada mereka seperti cara makan, cara berbicara, dan
beribadah.
3.
Program pendidikan
untuk anak usia 3-4 tahun
Pada anak seusia ini sudah mengalami peningkatan
keterampilan motorik kasar dan halus seperti kegiatan memanjat, bermain
roda-rodaan, mengambil benda-benda kecil, menggunting dan menggambar. Sesuai
dengan peningkatan dan perluasan kemampuannya, maka aktivitas/ materi yang
diprogramkan antara lain sebagai berikut:
a.
Pengembangan kemampuan
bahasa dan berfikir yaitu dengan bercerita atau mndengarkan cerita, mengenal
tanda-tanda gambar, dan mulai menbaca buku-buku anak.
b.
Pengembangan kreativitas,
berfikir, perilaku sosial dan perilaku moral yaitu dengan cara bermain
konstruktif dan dramatik.
c.
Pengembangan kemampuan
pra-akademik yaitu dengan kegiatan-kegiatan seperti membubuhkan nama pada
setiap pekerjaan, menamai gambar, menandai tanggal pada kalender dan
sejenisnya.
d.
Pengembangan
berinteraksi secara kooperatif yaitu dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman-pengalaman anak berinterksi dalam kegiatan bermain bersama.
e.
Pengembangan rasa
tanggungjawab dan pembentukan perilaku yang diharapkan yaitu dapat dilakukan
dengan cara menggunakan instruksi-instruksi sederhana yang diberikan oleh orang
tua/ pengasuh/ pendidik serta latihan melakukan kegiatan sehari-hari seperti
mencuci tangan, makan, dan berpakaian.
f.
Pengembangan
kemandirian yaitu dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk
memilih dan melakukan kegiatan sendiri.
g.
Pemusatan perhatian
yaitu dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain
dengan benda-benda atau alat-alat yang bisa mengundang perhatian mereka.
h.
Pengembangan prilaku
moral dan keagamaan yaitu dilakukan dengan memberikan contoh dan pembiasaan
perilaku.
4.
Program pendidikan
anak usia dini umur 4-5 tahun
Di usia ini, anak sudah mulai menonjolkan rasa ingin tahu
tentang sesuatu. Jadi para pendidik harus memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada anak untuk bertanya, membicarakan, dan mengeksplorasikan berbagai hal
yang menarik bagi mereka. Materi yang cocok untuk diprogramkan pada usia 4-5
tahun sebagai berikut:
a.
Melatih daya
konsentrasi anak yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat
dalam kegiatan-kegiatan projek atau kegiatan-kegiatan bermain manipulatif,
konstruksi,, dan dramatik.
b.
Mengembangkan
keterampilan akademik dasar yaitu dengan ektivitas-aktivitas motorik halus
seperti menggambar atau membuat bentuk-bentuk tertentu dengan tanah lit
sehingga anak akan terbiasa dan lebih siap untuk mempelajari
keterampilan-keterampila akademik yang akan dialami di SD.
c.
Merangsang kapasitas
anak dalam pengenalan konsep matematis dasar dan keterampilan memecahkan
masalah, anak perlu diberi kesempatan yang luas untuk terlibat dalam
aktivitas-aktivitas atau permainan-permainan yang melibatkan pemahaman terhadap
angka, permainan-permainan problematik, cerita-cerita yang lebih panjang, dan
kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.
d.
Mengembangkan
kemampuan motorik anak dan aspek-aspek kognisi serta pribadi lainnya yaitu
dengan berbagai aktivitas motorik halus dan kasar yang lebih kompleks seperti
berlatih mengendarai sepeda roda dua.
5.
Program pendidikan
untuk anak usia 5-6 tahun
Pada dasarnya, lingkup dan ragam aktivitas untuk anak seusia
ini masih serupa dengan yang diprogramkan untuk anak usia 4-5 tahun, namun
dengan taraf kompleksitas dan tantangan yang lebih meningkat. Beberapa
penekanan juga dilakukan dalam perancangan program untuk anak usia 5-6 tahun
ini, seperti peningkatan pelibatan anak dalam aktivitas-aktivitas permainan
yang melibatkan aturan-aturan (rule game). sesuai dengan minat sosialnya yag
semakin dominan, aktivitas-aktivitas kelompok juga menjadi semakin
diintensifkan untuk anak usia ini.
Pada setiap periode usia, kesimpulannya adalah anak perlu
diberi kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas dan pengalamn yang
mendukung segenap aspek perkembangannya secara menyeluruh dan proporsional. Bentuk
dan intensitas dari aktivitas yang diprogramkan harus disesuaikan dengan minat
dan taraf kemampuan anak yang bersangkutan.
I.
Tripusat
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terus menunjukan
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sedemikian itu perlu diermati
dan dibina agar jelas arahnya. Masyarakat perlu diknalkan dengan
program-program PAUD yang ada serta penyelenggaraan PAUD baik oleh pemerintah
maupun badan swasta. Kondisi ini sekaligus membuka peluang untuk membenahi
peyelenggaraan program PAUD.
Menurut UU No 20 tahun 2003 bahwa pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal berbentuk Taman
Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA). Di jalur pendidikan nonformal
berbentuk kelompok bermain, dan jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan tanggungjawab
bersama antara rumah, sekolah atau lembaga pendidikan formal atau nonformal,
dan masyarakat. Penyelenggraan PAUD melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat
hendaknya diwujudkan secra serasi sehingga terjadi sinergi yang harmonis dalam
mengembangkan potensi anak secra maksimal, yaitu dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
Keluarga
Keluarga merupakan pusa pendidikan pertama yang dikenal oleh
anak. Menurut Ki Hajar Dewantara: “ alam keluarga adalah pendidikan yang
pertama dan terpenting, oleh karena itu sejak timbulnya adat kebiasaan hingga
kini, kehidupan keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti
tiap-tiap manusia”. Keluarga mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat,
kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau cara kehidupan.
Melalui proses internalisasi nilai, seorang anak menjadikan
hal tersebut sebagai nilai-nilai moral yang diartikan sebagai seruan untuk
berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban, memelihara kebersihan,
dan memelihara hak orang lain. Pola bimbingan yang tepat dilakukan oleh
keluarga adalah pembolehan (permissiveness), penerimaan (acceptance), dan
penyerahan (submission).
b. Sekolah
Menurut Hurlock perkembangan dan pertumbuhan meliputi
perkembangan emosi, jasmani, bahasa , dan sosial. Arthur mengidentifikasinya
ada empat dimensi perkembangan anak, yaitu perkembangan sosial, perkembangan
fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Dan Gardner
mengidentifikasikan ada delapan dimensi kecerdasan, yaitu linguistik, logik
matematik, spasial visual, kinestetik jamani, musikal, intra personal,
interpersonal, dan natural.
Berdasarkan perkembangan anak tersebut, maka seorang
pendidik di sekolah harus benar-benar tenaga pendidik PAUD yang memiliki
kualifikasi minimum dan serrtifikasi yang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan
lembaga pendidikan yang bersangkutan. Lembaga pendidikan ini, dapat mewujudkan
prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran anak usia dini dengan cara menjalin
hubungan dengan orang tua murid sehingga tidak saja membenahi program-program
pendidikannya sendiri, melainkan juga turut membina dan meningkatkan kemampuan
para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka di rumah.
Selain itu, guru/ pendidik dalam menyelenggarakan program
PAUD bisa melalui kelompok bermain. Dengan begitu pembelajaran akan
menyenangkan dan akan berdampak positif terhadap perkembangan anak dalam
berbagai aspek seperti kognisi, afeksi, fisik motorik, sosial emosi, moral dan
agama, kemandirian, dan bahasa.
c.
Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat mendukung keluarga, diantaranya
dengan menyelenggarakan program-progam pendidikan informal bagi anak usia dini
yang ada di sekitarnya. Dengan mengacu pada rumusan Semiloka Nasional PAUD di
Bandung (Ditjen Diklusepa Depdiknas dan UPI, 2003), peran masyarakat dalam menyukseskan
program PAUD dapat diwujudkan dalam aktivias-aktivitas seperti:




BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan anak usia
dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD berfungsi sangat komprehensif, tidak
saja berfungsi memberikan pengalaman belajar pada anak dalam arti sempit, yakni
terbatas pada kegiatan-kegiatan pembelajaran akademis, tetapi berfungsi luas
dan menyeluruh yang mencakup stimulasi seluruh aspek perkembangan
anak-intelektual, psikososial, fisik motorik, serta keyakinan dan perilaku
keagamaan.
Landasan PAUD terdiri dari landasan
yuridis, landasan filosofis, dan landasa keilmuan. Karakteristik anak usia dini
yaitu anak bersifat unik, anak bersifat egosentris,
anak bersifat aktif dan energik, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat
dan antusias, anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang,
anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan,
anak senang dan kaya dengan fantasi, anak masih
mudah frustasi, anak masih kurang pertimbangan
dalam melakukan sesuatu, anak memiliki daya perhaian
yang pendek, anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar
dari pengalaman dan anak semakin menunjukan
minat terhadap teman.
Anak akan belajar
secara bermakna apabila ia diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai
dengan gaya belajar, minat, dan keunikanya masing-masing. Prinsip-prinsip PAUD
yaitu holistik dan terpadu, berbasis keilmuan yang bersifat multi-disipliner, berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan dan keunikan
anak, berorientasi masyarakat, menjamin kemanan anak, keselarasan anatara
rumah, sekolah, dan masyarakat, dan terbatas dari perlakuan diskriminatif. Karakterstik
program PAUD yaitu relatif tdak terstruktur, terintegrasi, kontekstual, melalui
pengalaman langsung, melalui suasana bermain dan menyenangkan, dan responsif.
Materi program PAUD yaitu melalui kegiatan pengindraan, gerakan fisik,
interaksi soaial, dengan permaianan yang menyenangkan, dan aktivitas-aktivitas
yang sejenisnya. Tripusat penyelenggaraan PAUD melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal.
B.
Saran
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang
masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang
diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental
dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep
belajar melalui bermain.
File Word dapat diunduh DI SINI
0 komentar:
Posting Komentar