Selasa, 03 Juni 2014

Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun sosialnya.
PAUD memiliki fungsi sebagai pengembangan potensi, penanaman aqidah dan keimanan, pembentukan dan pembiasaan perilaku, pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar, serta pengembangan motivasidan sikap belajar yang positif. Sesuai dengan fungsi tersebut, materi program PAUD seyogyanya mencakup berbagai aktivitas yang terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan dan perilaku anak secara menyeluruh dan proporsional sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan individualitas anak, kemajuan ilmu pengetahuan, serta nilai-nilai masyarakat yang dianut. Sebagai wujud dari tanggung jawab bersama, PAUD diselenggarakan baik secara formal dan nonformal oleh lembaga pendidikan khusus atau secara informal oleh keluarga dan masyarakat.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa makna dan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini?
2.      Apa landasan Pendidikan Anak Usia Dini?
3.      Apa pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini?
4.      Apa karakterisitik anak usia dini?
5.      Bagaimana cara berkembang dan belajar anak usia dini?
6.      Apa prinsip Pendidikan Anak Usia Dini?
7.      Bagaimana Karakteristik program Pendidikan Anak Usia Dini ?
8.      Apa saja materi program Pendidikan Anaka Usia Dini?
9.      Apa saja Tripusat penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

C.    Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengetahui makna dan fungsi Pendidikan Anak Usia Dini.
2.      Dapat mengetahui landasan Pendidikan Anak Usia Dini.
3.      Dapat mengetahui pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini.
4.      Dapat mengetahui karakterisitik anak usia dini.
5.      Dapat mengetahui cara anak berkembang dan belajar anak usia dini.
6.      Dapat mengetahui prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.
7.      Dapat mengetahui karakteristik program Pendidikan Anak Usia Dini.
8.      Dapat mengetahui materi program Pendidikan Anaka Usia Dini.
9.      Apa saja Tripusat penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses pemberdayaan dan pembudayaan individu agar ia mampu memenuhi kebutuhan perkembanganya sekaligus memenuhi tuntutan sosial, kultural, dan religius dalam lingkungan kehidupanya. Pengertian pendidikan ini mengimplikasikan bahwa upaya apapun yang dilakukan dalam konteks pendidkan seyogyanya terfokus pada fasilitasi proses perkembangan individu sesuai dengan nilai agama dan kehidupan yang dianut.
Pendidkan Anak Usia Dini diartikan sebagai segenap upaya pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lainya) dalam memfasilitasi perkembangan dan belajar anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun melalui penyediaan berbagai pengalaman dan rangsangan yang bersifat mengembangkan, terpadu, dan menyeluruh sehingga anak dapat bertumbuh-kembang secara sehat dan opimal sesuai nilai dan norma yang dianut.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini Sebagai berikut :

1.      Infant (0-1 tahun)
2.      Toddler (2-3 tahun)
3.      Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
4.      Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
(Solehudin : 2000) menyatakan bahwa dalam konteks perkembangan anak, PAUD memiliki fungsi dasar, yakni :
1.      Pengembangan potensi
2.      Penanaman dasar-dasar aqidah keimanan
3.      Pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan
4.      Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan
5.      Pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.
Pada dasarnya setiap bayi yang lahir ke dunia dilengkapi sejumlah potensi yang dipelukan untuk kehidupanya. Ia memiliki potensi untuk beragama, berpikir, berkreasi, mrasa berkomunikasi dengan oranglain, dan potensi-potensi lainya. Upaya pengembangan potensi anak perlu dilakukan sejak dini sebab pada masa itulah terjadinya masa-masa emas dari perkembangan berbagai potensi tersebut. Dijelaskan oleh ahli (Bloom, 1984) bahwa pada masa usia dini terdapat periode-periode optimal dalam perkembangan anak. Misalnya masa tiga tahun pertama kehidupan merupakan perode optimal bagi perkembangan bahasa, usia TK merupakan masa yang sensitif bagi perkembangan gerak-gerak motorik yang fundamental, dan bahkan menutut Bloom (1984), separuh dari perkembangan potensi intelektual terjadi pada usia 4 tahun pertama.
(Sitti Hartinah 2008;38) mengemukakan bahwa perkembangan aspek sosial diawali pada masa kanak-kanak pada usia 3-5 tahun, agak pesat pada masa anak sekolah usia 11-12 tahun, dan sangat pesat pada masa remaja usia 16-18 tahun. Aspek kognitif atau intelektual perkembanganya diawali dengan perkembangan kemampuan mengamati, melihathubungan, dan memecahkan masalah sederhana, kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah yang pelik.
Berkenaan dengan itu Jean Piaget seorang ahli psikologi menyimpulkan kemampuan berpikir pada anak dlam lima tahap dalam (Sitti Hartinah 2008;41). Yaitu sebagai berikut :
1.      Tahap sensori motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak.Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
2.      Tahap praoperasional (usia 2-7 tahun)
Dibagi lagi yaitu menjadi :
-          Prakonseptual (usia 2-4 tahun)
Pada masa awal perkembangan bahasa dengan pemikiran yang sederhana.
-          Intuitive throught (usia 4-7 tahun)
Tahap pemikiran yang intuitif, masa berpikir khayal. Anak belum mampu berpikir abstrakjangkauan waktu dan tempatnya masih pendek.
3.      Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun)
Kemampuan berpikir anak lebih tinggi, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang konkret.
4.      Tahap operasi formal (usia 11 tahuan keatas)
Kemampuan berpikir anak telah berpikir sempurna, dapat berpikir abstrak, berpikir deduktif dan induktif, berpikir analisis, dan sintesis.
(Sitti Hartinah 2008;38) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang muncul dan harus dikuasai anak pada masa kanak-kanak adalah sebagai berikut :
1.      Belajar berjalan
2.      Belajar mengambil makan
3.      Belajar berbicara
4.      Belajar mengontrol cara-cara buang air
5.      Belajar mengetahui jenis kelamin
6.      Menguasai stabilitas jasmaniah
7.      Memiliki konsep sosial dan fisik
8.      Belajar hubungan sosial
9.      Belajar membedakan
Agar anak dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, mereka perlu menguasai sejumlah pengetahuan dan ketrampiln dasar yang relevan. Pendidikan seyogyanya memfasilitasi anak untuk menguasai perangkat pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan ini. Melalui pendidikan anak berlatih untuk mengapresiasikan emosi secara wajar, mengenal benda-benda yang bisa membahayakan, menguasai ketrampilan komunikasi, dan menguasi ketrampilan motorik kasar dan halus. Penguasaan pengetahuan dasar ini berguna untuk anak saat ini, tetapi juga sebagai landasan anak dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan berikutnya.
PAUD berfungsi sangat komprehensif, tidak saja berfungsi memberikan pengalaman belajar pada anak dalam arti sempit, yakni terbatas pada kegiatan-kegiatan pembelajaran akademis, tetapi berfungsi luas dan menyeluruh yang mencakup stimulasi seluruh aspek perkembangan anak-intelektual, psikososial, fisik motorik, serta keyakinan dan perilaku keagamaan. PAUD memiliki kontribusi yang dangat besar dan fundamental terhadap pengembangan kualitas sumber daya manuasia, karena periode usia dini anak mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat (sebagai golden age) dan bersifat melandasi bagi perkembangan anak berikutnya.

B.     Landasan Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD)
1.      Landasan Yuridis
Adapun landasan yuridis tentang Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut :


a.       Pembukaan UUD 1945
Salah satu tujuan kemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
b.      Amandemen UUD 1945 pasal 28 C
Setiap anak berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”
c.       UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1)
Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat.
d.      UU No 20/2003 pasal 28
1)      Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
2)      Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal.
3)      Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
4)       Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
5)      Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2.      Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan. Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasila menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia Indonesia seutuhnya.
Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan.
Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat. Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

3.      Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya.
Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko – matematik, kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik. paud-pendidikan-anak-usia-dini Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan

C.    Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini merupakan hal yang esensial bagi perkembangan anak. Didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :
1.      Usia dini merupakan fase fundamental bagi perkembangan dan belajar anak.
2.      Belajar dan perkembangan merupakan suatu proses yang berkesinambungan.
3.      Tuntutan masa depan akan generasi unggul semakin kompetitif.
4.       Tuntutan non-edukatif lainya seperti perubahan pola dan sikap hidup serta struktur keluarga.
Studi hasil belahan otak dilaporkan oleh Ornstein (Bateman, 1990) menjelaskan bahwa anak usia dini mendapat rangsangan yang cukup dalam mengembagkan kedua belah otaknya akan memperoleh kesiapan yang menyeluruh untuk belajar secara sukses ketika memasuki Sekolah Dasar.
Ditinjau dari kognitif pada anak, Bloom (1964) melukiskan perkembangan prosentase taraf kematangan dan kesempurnmaan kognitif berdasarkan hasil tes IQ sebagai berikut :
1.      Usia 1 tahun ( berkembangnya sekitar 20%)
2.      Usia 4 tahun ( berkembangnya sekitar 50%)
3.      Usia 8 tahun (berkembangnya sekitar 80%)
4.      Usia 13 tahun (berkembangnya  sekitar 92%)
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007;100) adalh sebagai berikut :
1.      Secara medis-neurologis
PAUD sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang menetap terhadap perkembangan perilaku dan kepribadian anak selanjutnya.
2.      Secara psiko-edukatif
Masa usia didni dipandang sebagai masa kritis bagi perkembangan intelektual, kepribadian, dan perilaku sosial yang dapat berdampak lama dari rangsangan tersebut.
3.      Serta secara lebih luas dari aspek sosiokltural dan ekonomik
PAUD merupakan suatu  hak anak untuk berkembang sesuai potensi yang dimiliki, pewarisan nilai masyarakat sebagai generasi penerus, serta anak yang terdidik serta berkembang baik secara ekonomis akan menguntungkan bagi masa yang akan datang.

D.    Karakteristik Anak Usia Dini
Menurut (Solehudin, 2003) ada beberapa karakteristik anak usia dini yang menonjol dalam kaitanya aktivitas belajar, srebagai berikut :
1.      Anak bersifat unik
Anak berbeda satu sama lain, meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi namun tetap memiliki perbedaan satu sama lain.
2.      Anak bersifat egosentris
Anak cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentinganya sendiri.
3.      Anak bersifat aktif dan energik
Anak senang melakukan berbgai kativitas, apalagi kalau dihadapkan pada sesuatu yang baru dan menantang.
4.      Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias
Anak usia cenderung memperhatikan, membicarakan, dan mempertanyakan hal baru yang belum pernah diketahui.
5.      Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
Terdorong rasa ingin tahu yang ku, anak lazimnya senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal baru.
6.      Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan
Perilaku yang ditampilkan anak umunya relatif asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga mereflesikan
7.      Anak senang dan kaya dengan fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang imajinatif dengan senang bercerita dengan orang lain.
8.      Anak masih mudah frustasi
Anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan.
9.      Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu
Anak usia dini pada umumnya belum memiliki pertimbangan yang matang termasuk dalam hal-hal yang membahayakan.
10.  Anak memiliki daya perhaian yang pendek
Anak lazimnya memiliki daya perhatian yang pendek, ia sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatudalam jangka waktu yang lama.
11.  Anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman
Anak senang melakukan aktivitas yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya.
12.  Anak semakin menunjukan minat terhadap teman
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman sosial, anak usia dini semakin berminat terhadap orang lain. Dengan menunjukan kemampuan kerja sama dan berhubungan dengan teman-temanya.
Gambaran umum karakteristik anak usia dini dengan perbedaan yang lebih spesifik, diantaranya :
1.      Usia 0-2 tahun
Anak mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar baik berupa ketrampilan lokomotor (duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), ketrampilan memegang benda, penginderaan, maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional maupun sosial.


2.      Usia 2-3 tahun
Anak memiliki kesenangan untuk melakukan banyak aktivitas, eksplorasi benda-benda di sekitarnya, serta menyerap pembendaharaan bahasa baru. Menurut Piaget, pada usia ini anak senang melakukan percakapan sederhana, bersifat egosentris, kemampuan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu pendek, cenderung pindah-pidah perhatian, serta belum memiliki pertimbangan suatu yang berbahaya.
3.      Usia 3-4 tahun
Anak mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan baik fisik, motorik, serta dapat berfikir fantasi. Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang lebih aya sehingga dapat memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan cerita secara lebih lama.
4.      Usia 4-5 tahun
Anak mengalami perubahan dan memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat. Ketrampilan-ketrampilan motorik dapat membuat yang bersangkutan bangga akan dirinya. Begitu juga gerakan fisik membantu anak dalam memahami konsep yang abstrak.
5.      Usia 5-6 tahun
Anak mulai mengalami perubahan dalam berbagai kemampuan dan perkembangan sosial. Ditandai dengan tingginya minat anak terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok dengan bergaul di luar lingkungan rumahnya.

E.     Cara anak berkembang dan belajar
Cara anak berkembang dan belajar secara umum dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007;104) dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip berikut :
1.      Perkembangan berlangsung sebagai keseluruhan ranah fisik, sosial, emosional, dan kognitif yang saling terjalin.
2.      Perkembangan terjadi dalam suatu urutan yang relatif diprediksi; abilitas, ketrampilan, dan pengethuan selanjutnya dibangun berdasarkanapa yang sudah diperoleh terdahulu.
3.      Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga  antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.
4.      Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak. Periode-periode optimal terjadi untuk tipe perkembangan dan belajar tertentu.
5.      Perkembangan berlangsung dalam arah yang dapat diprediksi ke arah kompleksitas, kekhususan, organisasi dan internalisasi yang lebih meningkat.
6.      Perkembangan dan belajar terjadi dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial dankultural yang majemuk.
7.      Anak adalah pembelajar atif, mengambil pengalaman fisik dan sosial.
8.      Perkembangan belajar anak merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan fisik dan sosial tempat anak tinggal.
9.      Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional kognitif anak dan juga merefleksikan perkembangan anak.
            Disamping pentingnya memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan secara umum. Para ahli juga menekankan pentingnya kebermaknaan belajar bagi anak. Secara singkat (Breadkamp dan Rosegrant, 1991/92; 14-17) anak akan belajar dengan bermakna bila :
1.      Anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi
2.      Anak mengkonstruksi pengetahuan
3.      Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain.
4.      Kegiatan belajar anak merefleksikan suatu lingkaran yang tak pernah putus mulai dengan kesadaran kemudian beralih ke eksplorasi, pencarian, dan akhirnya ke penggunaan.
5.      Anak belajar melalui bermain
6.      Minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi
7.      Unsur variasi individual anak diperhatikan.
Rasa aman secara psikologis membuat anak mampu mengekspresikan dirinya secara optimal, sehingga mendorong anak berani mengekspresikan dirinya. Kesempatan anak berkreasi membuat pengalamn belajar menjadi bermakna, dengan memberi kesempatan anak mencari akan menumbuhkan kemampuan berpikir kretif secara optimal. Pentingnya interaksi sosial dengan orang lain akan mengembangkan aspek perkembangan kognisi, emosi, dan moralnya. Melalui interaksi sosial anak akan mengekspresikan emosi dan perilaku yang tentunya akan memperkaya pengalaman kognisinya.
Melalui berbagai pengetahuan yang sudah diperoleh, anak akan tumbuh keinginan untuk diterapkan dalam kehidupanya. Dengan memberikan anak kesempatan bermain berarti telah memberikan kesempatan anak untuk belajar.  Dengan memberi anak kesempatan belajar dengan bermain membuat pengalaman belajar yang dirasakan dan dipersepsi secara alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya.
Meskipun pola-pola perkembangan yang lazim dilalui oleh anak, akan tetapi variasi anatar anak yang satu dengan anak yang lainya tetap ada. Anak akan belajar secara bermakna apabila ia diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan gaya belajar, minat, dan keunikanya masing-masing.

F.     Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Terdapat sejumlah prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan PAUD. Berikut secara umum dalam (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007;107) prinsip-prinsip yang dimaksud sebagai berikut :
1.      Holistik dan terpadu
Penyelenggaraan PAUD seyogyanya terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan jasmani dan rohani yang utuh dan proporsional. Secar lebih luas terintegrasi dengan sistem sosial yang ada dalam masyarakat.
2.      Berbasis keilmuan yang bersifat multi-disipliner
Karena sifatnya yang holistik, PAUD hendaknya didasarkan pada temuan-temuan mutakhir dalam berbagai bidang keilmuan yang relevan.
3.      Berorientasi  pada kebutuhan dan perkembangan dan keunikan anak.
Program PAUD harus mulai dari kondisi semula anak dan terarah ke pemenuhan kebutuhan perkembangan dan belajar anak. Program PAUD harus mulai dari kondisi semula anak dan terarah ke pemenuhan kebutuhan perkembangan dan belajar anak.
4.      Berorientasi masyarakat
PAUD hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai sosio kultural yang berkembang pada masyarakat. Prinsip ini mempersyaratkan perlunya PAUD memanfaatkan potensi lokal dan keragaman budaya maupun sumber-sumber daya potensial yang ada di masyarakat setempat.
5.      Menjamin kemanan anak
Dalam hal ini para pendidik PAUD harus mampu menyediakan lingkungan belajar dan perkembangan yang aman bagi anak baik yang bisa membahayakan fisik maupun kesehatan.
6.      Keselarasan anatara rumah, sekolah, dan masyarakat
Untuk menyediakan layanan paud yang bermutu dan efektif diperlukan adanya keselarasan program pendidikan antara apa yang berlangsung dirumah, sekolah, dan bahkan di masyarakat. Tiga unsur lembaga pendidikan ini perlu mensinergikan program-program pendidiknya sehingga menjadi suatu program pendidikan yang selaras dan berpengaruh positif signifikan terhadap perkembangan anak secara keseluruhan.


7.      Terbatas dari perlakuan diskriminatif
Pendidikan tidak hanya dimaksudkan bagi anak yang cerdas dan pintar, tetapi untuk semua anak tanpa membedakan ras, jenis kelamin, taraf kecerdasan, dan faktor-faktor lainya. Namun hal ini tidak menuntut anak mendapat perlakuan sama, tetapi justru mereka perlu mendapat perlakuan yang proporsional yang tepat sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak yang bersangkutan.

G.    Karakteristik Pendidikan Anak Usia Dini
Sesuai dengan karakteristik dan cara belajar anak, secara umum program PAUD memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Relatif tidak tersruktur.
Program PAUD perlu dirancang dan disajikan secara tidak kaku, tetapi sifatnya lebih informal sebagai kegiatan keseharian. Cara demikian dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak yang umumya masih bersifat spontan, memiliki masa pemusatan perhatian yang pendek, serta untuk menciptakan suasana pendidikan yang lebih alami dan menyenangkan.
2.      Terintegrasi.
Program PAUD disajikan sebagai suatu aktivitas pembelajaran yang terpadu, tidak dipilah-pilah dalam bentuk mata pelajaran. Cara ini dilakukan untuk memenuhi prinsip holistik dan terintegrasi yang menghendaki agar PAUN benar-benar memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak secara utuh.
3.      Kontekstual.
Dengan karakteristik ini berarti PAUD diselenggarakan dengan memperhatikan apa yang secara kontekstual terjadi dalam interaksi pendidikan dengan anak. Cara seperti ini sangat penting untuk menciptakan proses pendidikan atau pelajaran menjadi suatu yang aktual dan bermakna bagi anak. Pembelajaran tidak dirasakan sebagai suatu tugas yang dipaksakan diimpor dari luar melainkan sebagai bagian integral dari aktivitas kehidupan anak.
4.      Melalui pengalaman langsung.
Sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir dan cara belajar anak yang lazimnya masih terbatas pada cara berfikir konkrit, penyelenggaraan pendidikan atau pembelajaran bagi anak usia dini seyogyanya dilakukan terutama melalui aktivitas konkrit dan pengalaman langsung. Dalam hal ini, anak diberi kesempatan yang banyak untuk berinteraksi langsung dengan orang lain dan berbuat langsung atas obyek-obyek benda yang ada di sekitarnya.
5.      Melalui suasana bermain dan menyenangkan.
Interaksi pendidikan diupayakan terjadi dalam suasana bermain dan menyenangkan. Cara ini dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan dunia anak, yaknni dunia bermain, dan sekaligus untuk mengkondisikan perbuatan belajar sebagai perbuatan yang menyenangkan, dan bukunya sebagai suatu yang menyiksa.
6.      Responsif.
Disamping ada gambaran umum tentang perilaku anak sesuai dengan usia kronologisnya, secara individual anak juga merupakan makhluk unik ynag berbeda satu sama lain. Program PAUD seyogyanya memperhatikan perbedaan individual anak baik dalam hal kecakapan, minat, dan aspek-aspek lainnya sehingga program pendidkan yang diselenggarakan betul-betul sesuai dengan dan memenuhi perbedaan-perbedaan individual tersebut.

H.      Materi Program Pendidikan Anak Usia Dini
Materi program PAUD dapat dideskripsikan sebagai berikut::
1.      Program pendidikan untuk anak usisa 0-2 tahun.
Menurut Bredekamp dan Copple 1997, bahwa bayi mengembangkan diri dan belajar melalui kegiatan seagai berikut::

a.       Pengindraan
Melalui kegiatan pengindraan, bayi dapat mengembangkan potensi-potensi dan kemampuan–kemampuan dasar yang diperlukan untuk menyesuaikan dan mengembangkan diri selanjutnya, seperti kemampuan berfikir simbolis dan pengembangan konsep. Kegiatan-kegiatan pengindraan tersebut diantaranya yaitu: melihat, mendengar, mencicipi, mencium, dan menyentuh. Jadi pada tahap ini, bayi belajar untuk mengenal dan membedakan benda-benda dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
b.      Gerak Fisik
Gerakan-gerakan fisik bayi merupakan sarana untuk melatih dan mengembangkan fungsi-fungsi organ tubuh. Berilah bayi kesempatan yang luas untuk melatih dan mengembangkan kemampuan gerakan-gerakan fisiknya, sediakanlah sejumlah mainan yang relevan bagi bayi yang dapat merangsang mereka untuk melakukan berbagai aktivitas, seperti meraih, mengambil, dan memegang benda-benda atau bergulir, merangkak, dan berjalan. Karena penguasaan gerakan-gerakan tersebut adalah landasan bagi penguasaan keterampilan-keterampilan motorik selanjutnya.
c.       Interaksi Sosial
Membangun kelekatan dan kehangatan hubungan dengan bayi perlu dilakukan oleh orang tua dan para pegasuh lainnya agar perkembangan aspek-aspek kepribadian mereka yang positif dapat terfasilitasi dengan baik. Interaksi semacam itu, dapat dilakukan dengan cara mengajak bayi berkomunikasi karena dapat menstimulasi terjadinya proses pengindraan dan gerakan-gerakan fisik pada bayi serta dapat menyampaikan nuansa-nuansa sosio-emosi dan moral kepada mereka. Berkomunikasi dengan bayi dapat dilakukan dengan cara mengajak berbicara, mengajak bermain, dan mendendangkan nyanyian-nyanyian.
2.      Program pendidikan untuk anak usia 2-3 tahun
Pada anak seusia ini, umumnya sudah bisa menguasai keterampilan dasar seperti berjalan dan berlari, serta menyampaikan sedikit keinginannya walaupun masih menggunakan kata-kata sederhana dan bahkan kata-kata tersebut tidak dikenali oleh orang tuanya.
Materi yang sesuai dengan usia ini yaitu:
a.       Melakukan aktifitas fisik yaitu dengan menggunakan otot besar seperti berjalan, berlari, berloncat, dan memanjat sesuatu.
b.      Mengembangkan kemampuan berfikir, yaitu aktivitas-aktivitas permainan yang melibatkan proses mencari seperti bermain kucing-kucingan, menamai sesuatu, dan mengenal konsep jumlah.
c.       Pengembangan minat eksplorasi, yaitu melalui penyediaan kesempatan yang luas bagi anak untuk mengamati obyek-obyek yang disukainya misalnya binatang.
d.      Pengembangan kemampuan berbahasa yaitu dilakukan dengan cara memberi kesempatan yang luas untuk bercakap, mendengarkan cerita-cerita pendek, melihat buku-uku bergambar, mendengarkan dan menyanyikan lagu.
e.       Pengembangan perilaku sosial yaitu dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan anak lain dan terlibat dalam aktivitas kelompok, seperti bermain dengan teman sebayanya.
f.       Pengembangan kemandirian yaitu dilakukan dengan latihan bertahap merawat diri sendiri seperti mulai dari buang air, makan, hingga berlatih cara berpakaian.
g.      Pengembangan perilaku moral dan aqidah yaitu dengan cara membiasakan dan mempertontonkan perilaku yang diharapkan kepada mereka seperti cara makan, cara berbicara, dan beribadah.
3.      Program pendidikan untuk anak usia 3-4 tahun
Pada anak seusia ini sudah mengalami peningkatan keterampilan motorik kasar dan halus seperti kegiatan memanjat, bermain roda-rodaan, mengambil benda-benda kecil, menggunting dan menggambar. Sesuai dengan peningkatan dan perluasan kemampuannya, maka aktivitas/ materi yang diprogramkan antara lain sebagai berikut:
a.       Pengembangan kemampuan bahasa dan berfikir yaitu dengan bercerita atau mndengarkan cerita, mengenal tanda-tanda gambar, dan mulai menbaca buku-buku anak.
b.      Pengembangan kreativitas, berfikir, perilaku sosial dan perilaku moral yaitu dengan cara bermain konstruktif dan dramatik.
c.       Pengembangan kemampuan pra-akademik yaitu dengan kegiatan-kegiatan seperti membubuhkan nama pada setiap pekerjaan, menamai gambar, menandai tanggal pada kalender dan sejenisnya.
d.      Pengembangan berinteraksi secara kooperatif yaitu dengan berbagai kegiatan atau pengalaman-pengalaman anak berinterksi dalam kegiatan bermain bersama.
e.       Pengembangan rasa tanggungjawab dan pembentukan perilaku yang diharapkan yaitu dapat dilakukan dengan cara menggunakan instruksi-instruksi sederhana yang diberikan oleh orang tua/ pengasuh/ pendidik serta latihan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci tangan, makan, dan berpakaian.
f.       Pengembangan kemandirian yaitu dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih dan melakukan kegiatan sendiri.
g.      Pemusatan perhatian yaitu dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain dengan benda-benda atau alat-alat yang bisa mengundang perhatian mereka.
h.      Pengembangan prilaku moral dan keagamaan yaitu dilakukan dengan memberikan contoh dan pembiasaan perilaku.
4.      Program pendidikan anak usia dini umur 4-5 tahun
Di usia ini, anak sudah mulai menonjolkan rasa ingin tahu tentang sesuatu. Jadi para pendidik harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk bertanya, membicarakan, dan mengeksplorasikan berbagai hal yang menarik bagi mereka. Materi yang cocok untuk diprogramkan pada usia 4-5 tahun sebagai berikut:
a.       Melatih daya konsentrasi anak yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan projek atau kegiatan-kegiatan bermain manipulatif, konstruksi,, dan dramatik.
b.      Mengembangkan keterampilan akademik dasar yaitu dengan ektivitas-aktivitas motorik halus seperti menggambar atau membuat bentuk-bentuk tertentu dengan tanah lit sehingga anak akan terbiasa dan lebih siap untuk mempelajari keterampilan-keterampila akademik yang akan dialami di SD.
c.       Merangsang kapasitas anak dalam pengenalan konsep matematis dasar dan keterampilan memecahkan masalah, anak perlu diberi kesempatan yang luas untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas atau permainan-permainan yang melibatkan pemahaman terhadap angka, permainan-permainan problematik, cerita-cerita yang lebih panjang, dan kegiatan-kegiatan sejenis lainnya.
d.      Mengembangkan kemampuan motorik anak dan aspek-aspek kognisi serta pribadi lainnya yaitu dengan berbagai aktivitas motorik halus dan kasar yang lebih kompleks seperti berlatih mengendarai sepeda roda dua.
5.      Program pendidikan untuk anak usia 5-6 tahun
Pada dasarnya, lingkup dan ragam aktivitas untuk anak seusia ini masih serupa dengan yang diprogramkan untuk anak usia 4-5 tahun, namun dengan taraf kompleksitas dan tantangan yang lebih meningkat. Beberapa penekanan juga dilakukan dalam perancangan program untuk anak usia 5-6 tahun ini, seperti peningkatan pelibatan anak dalam aktivitas-aktivitas permainan yang melibatkan aturan-aturan (rule game). sesuai dengan minat sosialnya yag semakin dominan, aktivitas-aktivitas kelompok juga menjadi semakin diintensifkan untuk anak usia ini.

Pada setiap periode usia, kesimpulannya adalah anak perlu diberi kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas dan pengalamn yang mendukung segenap aspek perkembangannya secara menyeluruh dan proporsional. Bentuk dan intensitas dari aktivitas yang diprogramkan harus disesuaikan dengan minat dan taraf kemampuan anak yang bersangkutan.

I.     Tripusat Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Keberadaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terus menunjukan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sedemikian itu perlu diermati dan dibina agar jelas arahnya. Masyarakat perlu diknalkan dengan program-program PAUD yang ada serta penyelenggaraan PAUD baik oleh pemerintah maupun badan swasta. Kondisi ini sekaligus membuka peluang untuk membenahi peyelenggaraan program PAUD.
Menurut UU No 20 tahun 2003 bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA). Di jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, dan jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan tanggungjawab bersama antara rumah, sekolah atau lembaga pendidikan formal atau nonformal, dan masyarakat. Penyelenggraan PAUD melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat hendaknya diwujudkan secra serasi sehingga terjadi sinergi yang harmonis dalam mengembangkan potensi anak secra maksimal, yaitu dapat diuraikan sebagai berikut:
a.         Keluarga
Keluarga merupakan pusa pendidikan pertama yang dikenal oleh anak. Menurut Ki Hajar Dewantara: “ alam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan terpenting, oleh karena itu sejak timbulnya adat kebiasaan hingga kini, kehidupan keluarga itu selalu mempengaruhi pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia”. Keluarga mempunyai peran mensosialisasikan adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau cara kehidupan.
Melalui proses internalisasi nilai, seorang anak menjadikan hal tersebut sebagai nilai-nilai moral yang diartikan sebagai seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban, memelihara kebersihan, dan memelihara hak orang lain. Pola bimbingan yang tepat dilakukan oleh keluarga adalah pembolehan (permissiveness), penerimaan (acceptance), dan penyerahan (submission).
b.    Sekolah
Menurut Hurlock perkembangan dan pertumbuhan meliputi perkembangan emosi, jasmani, bahasa , dan sosial. Arthur mengidentifikasinya ada empat dimensi perkembangan anak, yaitu perkembangan sosial, perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa. Dan Gardner mengidentifikasikan ada delapan dimensi kecerdasan, yaitu linguistik, logik matematik, spasial visual, kinestetik jamani, musikal, intra personal, interpersonal, dan natural.
Berdasarkan perkembangan anak tersebut, maka seorang pendidik di sekolah harus benar-benar tenaga pendidik PAUD yang memiliki kualifikasi minimum dan serrtifikasi yang relevan dengan tuntutan dan kebutuhan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Lembaga pendidikan ini, dapat mewujudkan prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran anak usia dini dengan cara menjalin hubungan dengan orang tua murid sehingga tidak saja membenahi program-program pendidikannya sendiri, melainkan juga turut membina dan meningkatkan kemampuan para orang tua dalam mendidik anak-anak mereka di rumah.
Selain itu, guru/ pendidik dalam menyelenggarakan program PAUD bisa melalui kelompok bermain. Dengan begitu pembelajaran akan menyenangkan dan akan berdampak positif terhadap perkembangan anak dalam berbagai aspek seperti kognisi, afeksi, fisik motorik, sosial emosi, moral dan agama, kemandirian, dan bahasa.

c.    Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat mendukung keluarga, diantaranya dengan menyelenggarakan program-progam pendidikan informal bagi anak usia dini yang ada di sekitarnya. Dengan mengacu pada rumusan Semiloka Nasional PAUD di Bandung (Ditjen Diklusepa Depdiknas dan UPI, 2003), peran masyarakat dalam menyukseskan program PAUD dapat diwujudkan dalam aktivias-aktivitas seperti:
*      Secara bersama-sama mengidentifikasi dan menggali sumber-sumber yang dapat mendukung program PAUD.
*      Menentukan prioritas pengggunaan sumber-sumber yang dapat memberikan dukungan kuat terhadap penyelenggaraan dan keberadaan program PAUD
*      Menjaga konsistensi program PAUD yang dikembangkan.
*      Membantu dalam mengawasi dan  memelihara keberlangsunga program PAUD yang ada di lingkungannya.









BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD berfungsi sangat komprehensif, tidak saja berfungsi memberikan pengalaman belajar pada anak dalam arti sempit, yakni terbatas pada kegiatan-kegiatan pembelajaran akademis, tetapi berfungsi luas dan menyeluruh yang mencakup stimulasi seluruh aspek perkembangan anak-intelektual, psikososial, fisik motorik, serta keyakinan dan perilaku keagamaan.
Landasan PAUD terdiri dari landasan yuridis, landasan filosofis, dan landasa keilmuan. Karakteristik anak usia dini yaitu anak bersifat unik, anak bersifat egosentris, anak bersifat aktif dan energik, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias, anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, anak senang dan kaya dengan fantasi, anak masih mudah frustasi, anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, anak memiliki daya perhaian yang pendek, anak bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman dan anak semakin menunjukan minat terhadap teman.
Anak akan belajar secara bermakna apabila ia diberi kesempatan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan gaya belajar, minat, dan keunikanya masing-masing. Prinsip-prinsip PAUD yaitu holistik dan terpadu, berbasis keilmuan yang bersifat multi-disipliner, berorientasi  pada kebutuhan dan perkembangan dan keunikan anak, berorientasi masyarakat, menjamin kemanan anak, keselarasan anatara rumah, sekolah, dan masyarakat, dan terbatas dari perlakuan diskriminatif. Karakterstik program PAUD yaitu relatif tdak terstruktur, terintegrasi, kontekstual, melalui pengalaman langsung, melalui suasana bermain dan menyenangkan, dan responsif. Materi program PAUD yaitu melalui kegiatan pengindraan, gerakan fisik, interaksi soaial, dengan permaianan yang menyenangkan, dan aktivitas-aktivitas yang sejenisnya. Tripusat penyelenggaraan PAUD melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

B.       Saran
Ditinjau dari psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia 0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain.


File Word dapat diunduh DI SINI

0 komentar:

Posting Komentar