BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era
yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya
penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.
Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti
mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Hari Sudrajat
(2003) mengemukakan bahwa : “Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu
pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia
kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”.
Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di
segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset
bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya
manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui
pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non
formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan formal yang menyiapkan
lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur
pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia
diantaranya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan
peserta didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu
mengembangkan sikap profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan
kejuruan, diharapkan menjadi individu yang produktif yang mampu bekerja menjadi
tenaga kerja menengah dan memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan kerja.
Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat khususnya masyarakat
yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan, bahwa lulusan
pendidikan kejuruan memang mempunyai kualifikasi sebagai (calon) tenaga kerja
yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang
keahliannya.
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan yang
disarikan dari Finch dan Crunkilton (1979), bahwa : “Kualitas pendidikan
kejuruan menerapkan ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success standards dan kualitas
menurut ukuran masyarakat atau out-of
school success standards”. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan
peserta didik dalam memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada
tuntutan dunia kerja, sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta
didik yang tertampilkan pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar
kompetensi nasional ataupun internasional setelah mereka berada di lapangan
kerja yang sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan pendidikan kejuruan
yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan
kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan
kebutuhan stakeholders. Kurikulum
pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada
pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK yang
meliputi kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok Produktif.
Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang dimulai
dari berpikir mengenai ide kurikulum sampai bagaimana pelaksanaannya di
sekolah. Hasan (1988) mengungkapkan bahwa, aspek-aspek dalam prosedur
pengembangan kurikulum merupakan aspek-aspek kegiatan kurikulum yang terdiri
atas empat dimensi yang saling berhubungan satu terhadap yang lain, yaitu : (1) Kurikulum sebagai suatu ide atau
konsepsi, (2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, (3) Kurikulum sebagai
suatu kegiatan (proses) dan (4) Kurikulum sebagai suatu hasil belajar.
Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini, khusus
untuk kelompok produktif masih menggunakan kurikulum tahun 2004, sedangkan
untuk kelompok normatif dan adaptif sudah menggunakan model pengelolaan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran implementasi
kurikulum ini menuntut kreativitas guru di dalam memberikan pengalaman belajar
yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya
kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat
tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak
implementasi suatu kurikulum.
Pendidikan dan pelatihan di SMK; khususnya pada program
produktif yang sesuai dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik di dalam penguasaan kompetensi atau kemampuan kerja sesuai
dengan tuntutan dunia usaha dan industri. Pendekatan pembelajaran tersebut
terdiri dari : Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training), Pelatihan Berbasis Produksi (Production Based Training) dan Pelatihan
Berbasis Industri. Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran ini diharapkan
mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik di dalam penguasaan
seluruh kompetensi yang harus dikuasai sesuai Standar Kompetensi Nasional,
sehingga mereka mampu mengikuti uji level pada setiap akhir semester untuk
Kelas X dan XI serta uji kompetensi untuk kelas XII yang dilaksanakan oleh
pihak industri sebagai inatitusi pasangan.
B.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Pendidikan Kejuruan?
2. Bagaimana
landasan Pendidikan Kejuruan?
3. Apakah Model
Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan?
4. Bagaimana Karakteristik Pendidikan Kejuruan?
5. Bagaiamana Prinsip Pendidikan Kejuruan?
6. Apakah jenis
Pendidikan Kejuruan?
7. Apa Kelebihan
dan Kekurangan Sekolah Kejuruan?
8. Bagaimana
Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia?
9. Apa Tuntutan perkembangan Pendidikan
Kejuruan?
10. Adakah Hambatan
Pendidikan Kejuruan?
11. Bagaimana
Penampilan Sekolah Pendidikan Kejuruan Masa Depan?
C.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian Pendidikan Kejuruan
2. Mengetahui
landasan Pendidikan Kejuruan
3. Mengetahui
Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan
4. Mengetahui Karakteristik Pendidikan Kejuruan
5. Mengetahui Prinsip Pendidikan Kejuruan
6. Mengetahui
jenis Pendidikan Kejuruan
7. Mengetahui
Kelebihan dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
8. Mengetahui
bagaimana Contoh Sekolah Kejuruan di Indonesia
9. Mengetahui Tuntutan perkembangan Pendidikan
Kejuruan
10. Mengetahui
Hambatan Pendidikan Kejuruan
11. Mengetahui bagaimana
Penampilan Sekolah Pendidikan Kejuruan Masa Depan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Kejuruan
Beberapa pendapat tentang pengertian pendidikan kejuruan dari
beberapa ahli antara lain, pendidikan kejuruan didefinisikan sebagai “vocational educational is simply training
for skills, training the hands” (Vocational
Instructional Service, 1989). Pendidikan kejuruan merupakan latihan
sederhana untuk menguasai suatu keterampilan, yaitu keterampilan tangan. Pada
abad kesembilan belas dimunculkan konsep baru tentang pendidikan kejuruan,
yaitu dengan dimasukkannya pendidikan kejuruan ke dalam pemberdayaan profesional,
seperti halnya hukum, profesi, kedokteran, keperawatan dan profesional lainnya.
Schippers (1994), mengemukakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan non
akademis yang berorientasi pada prakik-praktik dalam bidang pertukangan, bisnis, industri,
pertanian, transportasi, pelayanan jasa, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
No. 20 tahun 2003 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja
untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya.
Memahami pendapat di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan
berhubungan dengan mempersiapkan seseorang untuk bekerja dan dengan memperbaiki
pelatihan potensi tenaga kerja. Hal ini meliputi berbagai bentuk pendidikan,
pelatihan, atau pelatihan lebih lanjut yang dibentuk untuk mempersiapkan
seseorang untuk memasuki atau melanjutkan pekerjaan dalam suatu jabatan yang
sah. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pendidikan kejuruan
adalah bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mempersiapkan
tenaga yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan
persyaratan lapangan kerja dan mampu mengembangkan potensi dirinya dalam
mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Dalam proses
pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya penguasaan
pengetahuan dan teknologi, keterampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan
efisien dan pentingnya keinginan sukses dalam karirnya sepanjang hayat. Dengan
kesungguhan dalam mengikuti pendidikan kejuruan maka para lulusan kelak dapat
menjadi manusia yang bermartabat dan mandiri.
B. Landasan
Pendidikan Kejuruan
1. Landasan
Yuridis
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah seperangkat
konsep peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak sistem
pendidikan Indonesia, yang menurut Undang-Undang Dasar 1945.
a. UUD
1945 mengamanatkan kepada pemerintah melalui usaha penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
yang diatur dengan Undang-Undang.
b. UU
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 15, menjelaskan bahwa SMK
merupakan “pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama dalam
bidang pekerjaan tertentu”. Dan Pasal 38 yang menyatakan bahwa kerangka dasar
dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah ditetapkan pemerintah
melalui BSNP.
c. Kepmendikbud
No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda di SMK.
d. PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
e. Permendiknas
No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
f. Permendiknas
No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Kelulusan.
g. Permendiknas
No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
h. Permendiknas
No. 22 dan No. 23 tentang Standar Isi dan Standar Kelulusan
i.
Ketentuan-ketentuan
lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan di SMK.
2. Landasan
Filosofis
Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filsafat yang sesuai dengan
keberadaanya, yaitu eksistensialisme dan esensialisme. Eksistensialisme
berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan eksistensi manusia
untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme berpandangan
bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem yang
lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.
Filosofi memandang pendidikan kejuruan sebagai pihak yang harus
bertanggungjawab atas penyiapan orang untuk bekerja atau mandiri, maka menuntut
adanya jenis pendidikan yang dapat menyediakan berbagai alternatif pilihan itu,
dan untuk hal tersebut yang paling tepat adalah pendidikan kejuruan itu
sendiri.
Oemar Hamalik (1990) dalam
http://ismailmajid.wordpress.com/ 2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-kejuruan/ secara tegas
memberikan gambaran tentang falsafah pendidikan kejuruan dapat dirangkum ke
dalam enam hal yaitu:
a. Pekerjaan
yang dipilih individu harus berdasarkan pada orientasi individu itu sendiri,
misalnya bakat, minat, kemampuan,
dan sebagainya.
b. Beberapa
pekerjaan yang ditawarkan meliputi semua aspek kehidupan.
c. Setiap
individu harus mendapatkan kesepatan untuk memilih jenis pekerjaan yang cocok
dengan orientasi dan kesempatan kerja yang sama.
d. Individu
perlu mendapat dorongan membangun masyarakartnya, berdasarkan pengetahuan, skill,
dan kesempatan kerja yang ada.
e. Sumber-sumber
pendidikan harus dapat mengembangkan sumber daya manusia, menjadi individu yang
mampu membantu inidividu lainnya, sebagai pemimpin dan pembangun.
f. Alokasi
sumber-sumber harus merefleksi kebutuhan manusia.
Charles Prosser dalam Vocational Education in Democracy (1949) yang
dikutip oleh William G. Camp dan John H. Hillison (1984, 15-16) dalam http://ismailmajid.wordpress.com/2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-kejuruan/ memberikan 16
butir dalil sebagai falsafah pendidikan kejuruan yaitu:
a. Pendidikan
kejuruan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi
nyata dimana lulusan akan bekerja.
b. Latihan
kejuruan akan efektif apabila diberikan tugas atau program seusai dengan apa
yang dikerjakan kelak. Demikian pula fasilitas atau peralatan beserta proses
kerja dan operasionalnya dibuat sama dengan kondisi nyata nantinya.
c. Pendidikan
kejuruan akan efektif bilmana latihan dan tugas yang diberikan secara langsung
dan spesifik (dalam arti mengerjakan benda kerja sesungguhnya, bukan sekedar
tiruan).
d. Pendidikan
kejuruan akan efektif bilamana dalam latihan kerja atau dalam pengerjaan tugas
sudah dibiasakan pada kondisi nyata nantinya.
e. Pendidikan
kejuran akan efektif bilamana program-program yang disediakan adalah banyak dan
bervariasi meliputi semua profesi serta mampu dimanfaatkan atau ditempuh oleh
peserta didik.
f. Latihan
kejuruan akan efektif apabila diberikan secara berulang kali hingga diperoleh
penguasaan yang memadai bagi peserta didik.
g. Pendidikan
kejuruan akan efektif bila para guru dan instrukturnya berpengalaman dan mampu
mentransfer kepada peserta didik.
h. Pendidikan
kejuruan akan efektif bilamana mampu memberikan bekal kemampuan minimal yang
dibutuhkan dunia kerja (sebagai standar minimal profesi), sehingga mudah
adaptif dan mudah pengembangannya.
i.
Pendidikan kejuruan
akan efektif apabila memperhatikan kondisi pasar kerja.
j.
Proses pemantapan
belajar dan latihan peserta didik dalam pendidikan kejuruan akan efektif
apabila diberikan secara proporsional.
k. Sumber
data yang dipergunakan untuk menentukan program pendidikan didasarkan atas
pengalaman nyata pekerjaan di lapangan.
l.
Pendidikan kejuruan
memberikan program tertentu
yang mendasar sebagai dasar kejuruannya serta program lain sebagai pengayaan
atau pengembangannnya.
m. Pendidikan
kejuruan akan efisien apabila sebagai lembaga pendidikan yang menyiapkan SDM
untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja tertentu dan dalam waktu tertentu.
n. Pendidikan
kejuruan dapat dirasakan manfaatnya secara sosial kemasyarakatan termasuk
memperhatikan hubungan kemanusiaan dan hubungan dengan masyarakat luar dunia
pendidikan.
o. Administrasi
pendidikan kejuruan akan efisien apabila bersifat fleksibel dan tidak bersifat
kaku.
p. Walaupun
pendidikan kejuruan telah diusahakan dengan biaya investasi semaksimal mungkin,
namun apabila sampai dalam
batas minimal tersebut tidak efektif, maka lebih baik penyelenggaraan
pendidikan kejuruan dibatalkan.
Berdasarkan falsafah pendidikan kejuruan yang diuraikan di atas,
khususnya dari Charles Prosser dapat diasumsikan bahwa 16 butir falsafah
tersebut juga sekaligus kriteria dasar yang sagat esensial dalam
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Maksudnya dalah pendidikan kejuruan akan
dikatakan dengan klasifikasi baik apabila mampu memenuhi 16 kriteria falsafah
pendidikan kejuruan tersebut.
C. Model Penyelenggaraan Pendidikan Kejuruan Berdasarkan Sistem Perundang-undangan Republik Indonesia
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan
kejuruan tidak terlepas dari tujuan pendidikan kejuruan yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Tujuan
pendidikan kejuruan sceara umum adalah untuk mempersiapkan peserta didik memasuki dunia
kerja dengan dibekali kompetensi yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut, diterjemahkan dalam kurikulum yang
dikembangkan sesuai karakteristik pendidikan kejuruan.
Berdasarkan beberapa
pendapat, terdapat beberapa Model Sistim Pendidikan Kejuruan :
1.
Model Pasar
Merupakan sistim
pendidikan yang merupakan tanggung jawab industri dan di jalankan sepenuhnya
oleh industri. Pada model pasar pemerintah tidak terlibat dalam proses kualifikasi
kejuruan. Model ini sering juga disebut Model Liberal dan langsung di arahkan pada
produksi dan pasaran kerja.
2.
Model Sekolah
Model sekolah adalah model
pendidikan dimana pemerintah berperan merencanakan, mengorganisasikan, dan
memantau pelaksanaan pendidikan kejuruan. Model ini sering juga disebut Model
Birokratik.
3.
Model Sistim Ganda
Merupakan perpaduan antara
model pasar dan model sekolah dalam hal ini pemerintah berperan sebagai
pengawas model pasar, model ini disebut juga dual system. Dalam model ini, Siswa/Siswi SMK melakukan belajar tidak
hanya di dalam sekolah melainkan juga di luar sekolah melalui Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN) di Dunia Usaha / Dunia Industri.
4.
Model Pendidikan Koperatif
Pendidikan kejuruan yang
diselenggarakan bersama antara sekolah dan perusahaan. Terbagi dalam dua macam
:
a. School and Enterprise, pendidikan kejuruan yang
merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan industri.
b.
Training Center and
Enterprise.
5. Informal Vocantional Education
Sistim pendidikan yang
lahir dengan sendirinya, atas inisiatif pribadi atau kelompok untuk memenuhi
ketrampilan yang tidak dapat dipenuhi di pendidikan formal.
Semua model pendidikan di atas sebetulnya bertujuan sama, yaitu menciptakan
tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan pengetahuan sesuai tuntutan kerja
selain itu mampu mengembangkan potensi diri dan beradaptasi dengan perkembangan
teknologi.
D. Karakteristik Pendidikan
Kejuruan
Pendidikan
kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya.
Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan, substansi pelajaran.
1.
Tujuan pendidikan kejuruan
Pendidikan
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Dari
tujuan pendidikan kejuruan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan kejuruan
di samping menyiapkan tenaga kerja yang profesional juga mempersiapkan peserta
didik untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai
dengan program kejuruan atau bidang keahlian. Berdasarkan pada tujuan
pendidikan kejuruan di atas, maka untuk memahami filosofi pendidikan kejuruan
perlu dikaji dari landasan penyelenggaraan pendidikan kejuruan sebagai berikut
:
a. Asumsi tentang anak didik
Pendidikan
kejuruan harus memandang anak didik sebagai individu yang selalu dalam proses
untuk mengembangkan pribadi dan segenap potensi yang dimilikinya. Pengembangan
ini menyangkut proses yang terjadi pada diri anak didik, seperti proses menjadi
lebih dewasa, menjadi lebih pandai, menjadi lebih matang, yang menyangkut
proses perubahan akibat pengaruh eksternal, antara lain berubahnya karir atau
pekerjaan akibat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Pendidikan
kejuruan merupakan upaya menyediakan stimulus berupa pengalaman belajar untuk
membantu mereka dalam mengembangkan diri dan potensinya. Oleh karena itu,
keunikan tiap individu dalam berinteraksi dengan dunia luar melalui pengalaman
belajar merupakan upaya terintegrasi guna menunjang proses perkembangan diri
anak didik secara optimal. Kondisi ini tertampilkan dalam prinsip pendidikan
kejuruan “learning by doing”, dengan
kurikulum yang berorientasi pada dunia kerja.
b. Konteks sosial pendidikan kejuruan
Tujuan
dan isi pendidikan kejuruan senantiasa dibentuk oleh kebutuhan masyarakat yang
berubah begitu pesat, sekaligus juga harus berperan aktif dalam ikut serta
menentukan tingkat dan arah perubahan masyarakat dalam bidang kejuruannya
tersebut. Pendidikan kejuruan berkembang sesuai dengan perkembangan tuntutan
masyarakat, melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi sosial yang berupa
struktur pekerjaan dengan organisasi, pembagian peran atau tugas, dan perilaku
yang berkaitan dengan pemilihan, perolehan dan pemantapan karir. Institusi
sosial yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi gandanya sebagai media
pelestarian budaya sekaligus sebagai media terjadinya perubahan sosial.
c. Dimensi ekonomi pendidikan kejuruan
Hubungan
dimensi ekonomi dengan pendidikan kejuruan secara konseptual dapat dijelaskan
dari kerangka investasi dan nilai balikan (value
of return) dari hasil pendidikan kejuruan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan kejuruan memiliki
konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan umum. Di samping itu,
hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan
dengan pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan masyarakat, baik
menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan karir peserta didik.
Pendidikan
kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta didik menjadi manusia produktif,
untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-peran yang berkaitan dengan peningkatan
nilai tambah ekonomi masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa
lulusan pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat
dibandingkan pendidikan umum.
d. Konteks Ketenagakerjaan Pendidikan
Kejuruan
Pendidikan
kejuruan harus lebih memfokuskan usahanya pada komponen pendidikan dan
pelatihan yang mampu mengembangkan potensi manusia secara optimal. Meskipun
pada dasarnya hubungan antara pendidikan kejuruan dan kebijakan ketenagakerjaan
adalah hubungan yang didasari oleh kepentingan ekonomis, tetapi harus selalu
diingat bahwa hubungan penyelenggaraan pendidikan kejuruan tidak
semata-mata ditentukan oleh kepentingan ekonomi.
Dalam
konteks ini diartikan bahwa pendidikan kejuruan, dengan dalih kepentingan
ekonomi, tidak seharusnya hanya mendidik anak didik dengan seperangkat skill atau kemampuan spesifik untuk
pekerjaan tertentu saja, karena keadaan ini tidak memperhatikan anak didik
sebagai suatu totalitas. Mengembangkan kemampuan spesifik secara terpisah dari
totalitas pribadi anak didik, berarti memberikan bekal yang sangat terbatas
bagi masa depannya sebagai tenaga kerja.
2.
Peserta didik
Peserta
didik pada Pendidikan
Kejuruan lebih dikhususkan bagi anak yang berkeinginan memiliki kemampuan
vokatif. Harapan mereka setelah lulus dapat langsung bekerja atau melanjutkan
ke perguruan tinggi dengan mengambil bidang profesional atau bidang akademik.
Usia peserta didik secara umum pada rentang 15/16 – 18/19 tahun, atau peserta
didik berada pada masa remaja.
Masa
remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dengan dewasa. Pada masa ini
biasanya terjadi gejolak atau kemelut yang berkenaan dengan segi afektif,
sosial, intelektual dan moral. Kondisi ini terjadi karena adanya
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis yang sangat cepat yang mengganggu
kestabilan kepribadian anak. Oleh karena itu, di dalam merancang pembelajaran
bagi anak yang berusia remaja ini seyogianya memperhatikan tugas-tugas
perkembangan yang harus diselesaikan para remaja. Beberapa tugas perkembangan
remaja yang disarikan dari Sukmadinata (2001), yaitu :
a. Mampu menjalin hubungan yang lebih
matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain. Belajar bekerja dengan orang lain
untuk mencapai tujuan tertentu, bisa melepaskan perasaan pribadi dan mampu
memimpin tanpa mendominasi.
b. Mampu melakukan peran-peran sosial
sebagai laki-laki dan wanita. Mampu menghargai, menerima dan melakukan
peran-peran sosial sebagai laki-laki dan wanita dewasa.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan
dapat menggunakannya secara efektif. Remaja dituntut untuk menyenangi dan
menerima dengan wajar kondisi badannya, dapat menghargai atau menghormati
kondisi badan orang lain, dapat memelihara dan menjaga kondisi badannya.
d. Memiliki kemandirian emosional dari orang tua dan orang
dewasa lainnya. Remaja diharapkan telah lepas dari ketergantungan sebagai
kanak-kanak dari orang tuanya, dapat menyayangi orang tua, menghargai orang tua
atau orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.
e. Memiliki perasaan mampu berdiri
sendiri dalam bidang ekonomi. Terutama pada anak laki-laki, kemudian
berangsur-angsur pula tumbuh pada anak wanita, perasaan mampu untuk mencari
nafkah sendiri.
f. Mampu memilih dan mempersiapkan diri
untuk suatu pekerjaan. Anak telah mampu membuat perencanaan karir, memilih
pekerjaan yang cocok dan mampu ia kerjakan, membuat persiapan-persiapan yang
sesuai.
g. Mengembangkan konsep-konsep dan
keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat. Mengembangkan konsep-konsep
tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, institusi sosial yang cocok bagi
kehidupan modern, mengembangkan keterampilan berpikir dan berbahasa untuk dapat
memecahkan problema-problema masyarakat modern.
h. Memiliki perilaku sosial seperti
yang diharapkan masyarakat. Dapat berpartisipasi dengan rasa tanggung jawab
bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
i.
Memiliki seperangkat nilai yang menjadi pedoman bagi
perbuatannya. Telah memiliki seperangkat nilai yang bisa diterapkan dalam
kehidupan, ada kemauan dan usaha untuk merealisasikannya.
3.
Substansi pendidikan kejuruan
Substansi
dari pendidikan kejuruan harus menampilkan karakteristik pendidikan kejuruan
yang tercermin dalam aspek-aspek yang erat dengan perencanaan kurikulum, yaitu
:
a. Orientasi
(Orientation)
Kurikulum
pendidikan kejuruan telah berorientasi pada proses dan hasil atau lulusan.
Keberhasilan utama kurikulum pendidikan kejuruan tidak hanya diukur dengan
keberhasilan pendidikan peserta didik di sekolah saja, tetapi juga dengan hasil
prestasi kerja dalam dunia kerja. Finch dan Crunkilton (1984 : 12) mengemukakan
bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan berorientasi terhadap proses (pengalaman
dan aktivitas dalam lingkungan sekolah) dan hasil (pengaruh pengalaman dan
aktivitas tersebut pada peserta didik).
b. Dasar kebenaran/Justifikasi (Justification)
Pengembangan
program pendidikan kejuruan perlu adanya alasan atau justifikasi yang jelas.
Justifikasi untuk program pendidikan kejuruan adalah adanya kebutuhan nyata
tenaga kerja di lapangan kerja atau di dunia usaha dan industri. Dasar
kebenaran/justifikasi pendidikan kejuruan menurut Finch dan Crunkilton (1984:
12), meluas hingga lingkungan sekolah dan masyarakat. Ketika kurikulum
berorientasi pada peserta didik, maka dukungan bagi kurikulum tersebut berasal
dari peluang kerja yang tersedia bagi para lulusan.
c. Fokus
(Focus)
Fokus
kurikulum dalam pendidikan kejuruan tidak terlepas pada pengembangan
pengetahuan mengenai suatu bidang tertentu, tetapi harus secara simultan
mempersiapkan peserta didik yang produktif. Finch dan Crunkilton (1984: 13)
mengemukakan bahwa: Kurikulum pendidikan kejuruan berhubungan langsung dengan
membantu siswa untuk mengembangkan suatu tingkat pengetahuan, keahlian, sikap
dan nilai yang luas. Setiap aspek tersebut akhirnya bertambah dalam beberapa
kemampuan kerja lulusan. Lingkungan belajar pendidikan kejuruan mengupayakan di
dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik, keahlian meniru, sikap dan nilai
serta penggabungan aspek-aspek tersebut dan aplikasinya bagi lingkkungan kerja
yang sebenarnya.
Seluruh
kemampuan tersebut di atas, dapat dikuasai oleh peserta didik melalui
pengalaman belajar yang diberikan, yaitu berupa rangsangan yang diaplikasikan
baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses belajar mengajar di
sekolah maupun situasi kerja yang sebenarnya pada dunia usaha atau industri
(pembelajaran di dunia kerja). Dari hasil belajar atau kemampuan yang telah
dikuasai diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan diri peserta
didik, sehingga mereka mampu bekerja sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan
industri.
d.
Standar keberhasilan
di sekolah (In-school success standards)
Kriteria
untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan diukur dari
keberhasilan peserta didik di sekolah, mengenai beberapa aspek yang akan dia
masuki. Penilaian keberhasilan pada peserta didik di sekolah harus pada
penilaian sebenarnya atau kemampuan melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain
bahwa dalam standar keberhasilan sekolah harus berhubungan erat dengan
keberhasilan yang diharapkan dalam pekerjaan, dengan kriteria yang digunakan
oleh guru dengan mengacu pada standar atau prosedur kerja yang telah ditentukan
oleh dunia kerja (dunia usaha dan dunia industri).
e. Standar keberhasilan di luar sekolah (Out-of school success standards)
Penentu
keberhasilan tidak terbatas pada apa yang terjadi di lingkungan sekolah.
Standar keberhasilan di luar sekolah berkaitan dengan pekerjaan atau kemampuan
kerja yang biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau dunia industri. Menurut
Starr (1975), bahwa : Walaupun standar keberhasilan beragam antar sekolah dan
antar Negara, tetapi keberhasilan tersebut seringkali mengambil bentuk kepuasan
pegawai dengan keahlian lulusan, suatu persentase tinggi lulusan yang
mendapatkan pekerjaan di bidang persiapan atau dalam bidang yang berhubungan,
kepuasan kerja lulusan, kemajuan yang dialami lulusan.
Sebagai
contoh, untuk menentukan keberhasilan di luar sekolah yang sudah dilakukan pada
SMK adalah dengan dilaksanakannya uji level untuk kelas X dan XI, serta uji
kompetensi untuk kelas XII yang dilakukan oleh dunia usaha atau industri
berdasarkan standar kompetensi nasional sesuai bidang keahlian.Standar
kelulusan di luar sekolah (out-of school
success standards) dilakukan oleh dunia usaha dan industri yang mengacu
pada standar kompetensi sesuai bidang keahlian atau produk yang dihasilkan oleh
masing-masing industri.
f. Hubungan kerja sama dengan
masyarakat (School-community
relationships)
Suatu
usaha pendidikan harus berhubungan dengan masyarakat, demikian pula dengan
pendidikan kejuruan memiliki tanggung jawab di dalam mempertahankan hubungan
yang kuat dengan berbagai bidang keahlian yang berkembang di masyarakat.
Pengertian
masyarakat yang dimaksud adalah dunia usaha dan dunia industri. Penyelenggaraan
pendidikan kejuruan harus relevan dengan tuntutan kerja pada dunia usaha atau
industri, maka masalah hubungan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha
atau industri merupakan suatu ciri karakteristik yang penting bagi pendidikan
kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik berupa kesediaan dunia usaha atau
industri, menampung peserta didik untuk mendapat kesempatan pengalaman belajar
di lapangan kerja atau industri, merupakan bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan.
g. Keterlibatan pemerintah pusat (Federal involvement)
Keterlibatan
pemerintah pusat ini berkaitan dengan dana pendidikan yang akan dialokasikan,
karena hal ini akan mempengaruhi kurikulum. Misalnya: Ketentuan jam pengajaran
kejuruan tertentu dan jenis perlengkapan tertentu yang digunakan di bengkel
atau laboratorium dapat membantu perkembangan suatu tingkat kualitas yang lebih
tinggi.
h. Kepekaan (Responsivenenss)
Komitmen
yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan harus
mempunyai ciri berupa kepekaan atau daya sesuai terhadap perkembangan
masyarakat pada umumnya, dan dunia kerja pada khususnya. Perkembangan ilmu dan
teknologi, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi dan jasa,
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pendidikan kejuruan. Untuk itulah
pendidikan kejuruan harus bersifat responsif proaktif terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi, dengan upaya lebih menekankan kepada sifat adaptabilitas
dan fleksibilitas untuk menghadapi prospek karir peserta didik dalam jangka
panjang.
i. Logistik
Kurikulum
pendidikan kejuruan dalam implementasi kegiatan pembelajaran perlu didukung
oleh fasilitas belajar yang memadai, karena untuk mewujudkan situasi belajar
yang dapat mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif,
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik. Bengkel kerja
dan laboratorium adalah kelengkapan utama dalam sekolah kejuruan yang harus ada
sebagai fasilitas bagi peserta didik di dalam mengembangkan kemampuan kerja
sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Kebutuhan
untuk koordinasi program kejuruan yang bekerja sama dengan industri di
masyarakat, berhubungan erat untuk menjalin dan mempertahankan pusat kerja bagi
peserta didik menunjukkan suatu susunan unit permasalahan logistik.
j. Pengeluaran (Expense)
Pengeluaran
rutin sebagai biaya pendidikan pada pendidikan kejuruan yang menunjang kegiatan
pembelajaran, mencakup biaya listrik, air, pemeliharaan dan penggantian
peralatan, biaya transportasi ke lokasi/industri (tempat praktek kerja/magang)
yang jauh dari sekolah. Di samping itu, peralatan harus diperbaharui secara
periodik juga guru berharap untuk memberikan pengalaman belajar yang sebenarnya
bagi peserta didik sebagaimana layaknya di industri, maka ini bisa menjadi
mahal. Yang terakhir yang juga harus menjadi perhatian adalah pembelian bahan
habis sebagai bahan praktikum yang digunakan secara rutin sesuai dengan program
keahlian yang dikembangkan pada sekolah masing-masing.
Dari
uraian mengenai karakteristik pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch dan
Crunkilton (1984) di atas, dapat dijadikan acuan di dalam pengembangan
kurikulum pendidikan kejuruan di Indonesia. Kurikulum pendidikan kejuruan yang
dikembangkan di Indonesia sebaiknya mengacu pada karakteristik sebagai berikut
:
1) Pendidikan kejuruan diarahkan untuk
mempersiapkan peserta didik memasuki
lapangan kerja.
2) Pendidikan kejuruan didasarkan atas
kebutuhan dunia kerja.
3) Fokus isi pendidikan kejuruan
ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
4) Penilaian yang sesungguhnya terhadap
kesuksesan peserta didik harus pada “hands-on”
atau performance dalam dunia kerja.
5) Hubungan yang erat dengan dunia
kerja merupakan kunci keberhasilan pendidikan kejuruan.
6) Pendidikan kejuruan yang baik adalah
responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi.
7) Pendidikan kejuruan lebih ditekankan
pada “learning by doing”.
8) Pendidikan kejuruan memerlukan
fasilitas yang mutakhir untuk praktek sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industry.
E. Prinsip-prinsip Pendidikan
Kejuruan
Prinsip-prinsip
pendidikan kejuruan yang dikemukakan Prosser (Djojonegoro, 1998); sebagai
berikut :
a. Pendidikan kejuruan akan efisien
jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti
ia akan bekerja.
b. Pendidikan kejuruan yang efektif
hanya dapat diberikan dimana tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat
dan mesin yang sama seperti yang ditetapkan di tempat kerja.
c. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika institusi tersebut melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja
seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri.
d. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika institusi tersebut mampu membekali setiap individu memodali minatnya,
pengetahuan dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi.
e. Pendidikan kejuruan yang efektif
untuk setiap profesi, jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada
seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang dapat untung
darinya.
f. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika pengalaman latihan untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfkir
yang benar diulangkan sehingga pas seperti yang diperlukan dalam pekerjaan
nantinya.
g. Pendidikan kejuruan akan efektif
jika gurunya telah memiliki pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan
dan pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
h. Pada setiap jabatan ada kemampuan
minimum yang harus dimiliki oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada
jabatan tersebut.
i.
Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar
(memperhatikan tanda-tanda pasar kerja).
j.
Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata.
k. Sumber yang dapat dipercaya untuk
mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tersebut.
l.
Setiap okupasi mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
m. Pendidikan kejuruan akan merupakan
layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang
memerlukan dan memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
n. Pendidikan kejuruan akan efisien
jika metode pengajaran yang digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut.
o. Administrasi pendidikan kejuruan
akan efisien jika dia luwes dan mengalir daripada kaku dan terstandar.
p. Pendidikan kejuruan memerlukan biaya
tertentu dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh
dipaksakan beroperasi.
F. Jenis
Pendidikan Kejuruan di Indonesia
Jenis pendidikan kejuruan di Indonesia dibagi
menjadi dua, yaitu:
1.
Sekolah menengah kejuruan
(SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK
sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Terdapat berbagai program keahlian dalam sekolah menengah kejuruan
(SMK) seperti Penerbangan, Perkapalan, Tata Boga (Memasak), Tata Rias (Kecantikan), Tata Busana (Desain
Baju), Akutansi, Administrasi, Perkantoran, Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak, Desain Grafis, Rancang Bangunan, Perhotelan, Keperawatan, Apoteker, Pendingin, Pengolah Suara, Elektronik, Pertanian, Perikanan, Seni, Bioteknologi, Perkantoran, Pengolahan Kayu, Olahraga, teknik, dan arsitektur.
2.
Madrasah aliyah kejuruan
(MAK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan
kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari
SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang
diakui sama/setara SMP/MTs.
G. Kelebihan
dan Kekurangan Sekolah Kejuruan
1.
Kelebihan Sekolah Kejuruan
a.
Bisa langsung bekerja dan bahkan bisa kerja sambil kuliah
b.
Bakat bisa
dikembangkan secara optimal esuai dengan bakat, minat,
dan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan/kesempatan kerja yang sedang dan
akan berkembang pada daerah tersebut.
c.
Lulusan SMK merupakan tenaga
terdidik, terlatih, dan terampil.
d.
Mampu mengikuti pendidikan
lanjutan dan atau menyesuaikan dengan perubahan teknologi.
e.
Berdampak sebagai pendukung
pertumbuhan industri (kecil atau besar).
f.
Mengurangi angka pengangguran
dan kriminalitas.
g.
Pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan negara melalui pajak penghasilan dan pertambahan nilai.
2.
Kekurangan Sekolah Kejuruan
a.
Pelajarannya kurang detail dan
tidak bervariatif
b.
Pelajaran yang diajarkan hanya mengarah pada jurusan tertentu
c.
Sekolah
kejuruan yang berbentuk yayasan/swasta akan mempengaruhi pendanaan dan
administrasi sekolah sehingga sarana dan prasarananya kurang memadai.
d.
Sekolah
kejuruan yang mempunyai program, akan tetapi program tersebut kurang diminati
oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat terkini.
H. Contoh
Sekolah Kejuruan di Indonesia
1. Profil
Sekolah

SMK Negeri 1 Temanggung dirintis sejak tahun 1969 dengan nama Proyek
Pelita Sekolah Teknik Menengah (STM) Pembangunan Pertanian Temanggung. Saat itu
STM Pembangunan mulai menerima siswa baru tahun 1973, dan secara resmi STM
Pembangunan berdiri pada tahun 1975 berdasarkan Surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0310/O/1975, tanggal 31
Desember 1973 dengan program keahlian awalnya hanya Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian (TPHP), sampai saat ini sudah menambah 2 program keahlian lagi yaitu
Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP) dan Kimia Analisis (KA).
2.
Sistem Pendidikan
Penyusunan konsep untuk mengaplikasikan sistem manajemen mutu ISO
9001 di SMK Negeri 1 Temanggung mulai dirintis pada tahun 2005. Pada tahun 2006
sekolah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dari SAI Global Intenasional, dan
telah melaksanakan resertifikasi yang dilaksanakan pada tanggal 16 September
2009, mengukuhkan SMK Negeri 1 Temanggung meraih sertifikat ISO 9001:2008
berbasis IWA 2:2007 (International Workshop Aggrement 2 : 2007). Pada tahun
2009 pula, SMK Negeri 1 Temanggung berubah status RSBI menjadi RSBI Invest,
yang diberi kepercayaan untuk membantu sistem pengelolaan sekolah SMK lain yang
tergabung dalam SMK Aliansi Invest. Hingga saat ini RSBI invest masih terus
berlangsung, dan turut mendampingi SMK lain untuk mendapatkan sertifikat ISO
9001:2008.
3. Kurikulum Pokok
Kurikulum di SMK Negeri 1 Temanggung menggunakan KTSP dengan proses
penyelarasan kompetensi dari Dunia Industri. Pengembangan Kurikulum mengacu
pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.
Kurikulum dikembangkan dengan menggunakan KTSP, yang selalu
melibatkan proses singkronisasi kurikulum dengan Dunia Usaha Dunia Industri
(DuDi) untuk menyelaraskan kompetensi keahlian yang dibutuhkan siswa. Partner
Industri yang dilibatkan dalam singkronisasi kurikulum diantaranya
adalah: PT. Coca Cola Bottling Semarang, PT. Chandra Buana Surya Semesta
- Semarang, PT. Tirta Mas Megah-Temanggung, PT. Sukasari Mitra Mandiri, PT.
Indofood CBP Sukses Makmur, T.bk - Semarang, PT. Pepsi Cola Indo Beverages
Semarang, PT. Indofood Fritolay Makmur - Semarang, PT. Yuasa Food Berkah
Makmur, LIPI Yogyakarta, BPSMB Surakarta, dll. Dengan proses singkronisasi
kurikulum tersebut, mendukung keterserapan alumni dunia kerja, dimana
keterserapan fresh graduate dalam kurun waktu 3 bulan mencapai 95% terserap
didunia kerja.
4. Sistem Pembelajaran
Pola penyelenggaraan pembelajaran dilaksanakan secara terpadu
melalui pola pendidikan sistem ganda dengan pengaturan sebagai berikut ;
a.
Pembelajaran di sekolah
Melakukan
pembelajaran prograan normatif, adaptif dan produktif, untuk pembelajaran
produktif ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian serta penguasaan alat
dan teknik bekerja yang tepat, bila memungkinkan dapat melibatkan unsur
industri dalam proses pembelajarannya. Disamping itu dikembangkan kelas
wirausaha dan pengelolaan Unit Produksi.
b.
Pembelajaran di Industri /
dunia kerja Kegiatan pelatihan di industri / dunia usaha dilaksanakan sesuai program
bersama yang telah disepakati dan dilengkapi dengan jurnal kegiatan, daftar
kemajuan pelatihan, perangkat monitoring dan asuransi kecelakaan kerja. Untuk
pelaksanaannya dilakukan langkah-langkah berikut;
1)
Pengkondisian Prakerin;
Sebelum
peserta didik melaksanakan praktik industri, peserta didik melaksanakan praktik
di sekolah dan atau sekolah mendatangkan guru tamu dari industri atau dunia
usaha.\
2)
Pemprograman Bersama;
Program
Prakerin dibuat bersama antara sekolah (Hubungan Industri) dengan DU/DI agar
apa yang akan dikerjakan peserta didik selama praktik industri bisa diketahui
bersama.
5.
Program Keahlian
a.
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP)
Tujuan: Membekali peserta didik
agar mampu mengindentifikasi bahan hasil pertanian dan produk olahannya,
menangani bahan hasil pertanian, memahami kaitan antara bahan dengan mutu
produk, mengolah bahan hasil pertanian menjadi berbagai produk olahan, mengemas
produk,menyimpan dan menggudangkan hasil pertanian, menjalankan kegiatan
produktif dalam bentuk usaha mandiri (bisnis mandiri) dibidang pengolahan hasil
pertanian, menerapkan konsep berproduksi yang baik (Good Manufacturing
Practice) dan mengendalikan keamanan pangan.
b. Agribisnis Tanaman Perkebunan (ATP)
Tujuan: Menerapkan konsep dasar
teknologi dalam kegiatan Agribisnis Tanaman Perkebunan, menentukan komoditas
tanaman perkebunan yang akan diusahakan, melakukan teknis produksi tanaman
perkebunan, mengelola pekerjaan kebun, menyusun proposal usaha tanaman
perkebunan.
c. Kimia Analisis (KA 4 Tahun)
Tujuan: Memahami dasar-dasar
analis, menyajikan sampel, mengidentifikasi bahan kimia, mengelola
laboratorium, dasar kimia organik, analisa pangan dan non pangan, melakukan analisa
organoleptik dan mutu mikrobiologi, menerapkan dasar kimia klinis, pengelolaan
limbah industri, dan analisa data secara statistika.
6. Fasilitas/Sarana dan Prasarana
a.
Ruang Kelas
b.
Ruang belajar
lain seperti: bengkel umum, green house, lab fisika, lab. komputer, lab. php, lab.agronomi, lab.biologi, lab.caning, lab.hpt, lab.kimia, lab.komputer, lab.kultur jaringan, lab.mesin budidaya, lab.mikrobiologi, lab.mutu atas, lab.mutu bawah, lab.pbhp, lab.php, lab.php, lab.plp, lab.tta, dan self acces.
c.
Ruang Kantor
d.
Ruang
penunjang seperti: aula, gudang,
kamar mandi guru, kamar mandi siswa, kantin,
kebun percobaan, power plan gudang, riptaloka, ruang adpend, ruang arsip, ruang bahasa, ruang gedung baru, ruang guru, ruang hi /bkk, ruang iso, ruang kesiswaan, ruang komite, ruang konseling, ruang organisasi, ruang pimpinan, ruang sarpras, ruang satpam, ruang sbi / invest, ruang tata usaha, ruang uks, ruang usaha unit produksi, tandon, teaching factory jagung, teaching factory jamur, tempat beribadat, dan tempat parkir
e.
Lapangan Olah
Raga dan Upacara
f.
Status
Kepemilikan Tanah SHM dengan luas tanah 282230 m2, luas tanah
terbangu 11033 m2, luas tanah siap bangun 270 m2, dan
luas lantai atas siap bangun 954 m2.
g.
Fasilitas Penunjang Perpustakaan yang meliputi admin virtual libraries,
gudang buku, rak buku perpustakaan, registrasi pengunjung, ruang baca, ruang
pengelolaan perpustakaan, dan self access
siswa.
I. Tuntutan Perkembangan
Pendidikan Kejuruan
Perkembangan
teknologi menuntut adanya perkembangan pula pada pendidikan kejuruan, karena
saat ini tatanan kehidupan pada umumnya dan tatanan perekonomian pada khususnya
sedang mengalami pergeseran paradigma ke arah global. Pergeseran ini akan
membuka peluang kerja sama antar Negara semakin terbuka dan di sisi lain,
persaingan antar Negara semakin ketat. Untuk meningkatkan kemampuan persaingan
dalam perdagangan bebas, diperlukan serangkaian kekuatan daya saing yang
tangguh, antara lain kemampuan manajemen, teknologi dan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia merupakan sumber daya aktif yang dapat menentukan
kelangsungan hidup dan kemenangan dalam persaingan suatu bangsa.
Pendidikan
memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
tangguh untuk menghadapi persaingan bebas. Termasuk pendidikan kejuruan yang
menyiapkan peserta didik atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kerja
sebagai tenaga kerja menengah sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia
industri. Oleh karena itu sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan
kejuruan, maka perlu adanya pembaharuan pendidikan dan pelatihan kejuruan di
SMK untuk masa depan.
1.
Tuntutan peserta didik
Pendidikan
kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik
bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
SMK sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan
menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Tuntutan
peserta didik dan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja perlu
dijadikan sumber pijakan di dalam merumuskan tujuan pendidikan kejuruan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan
sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Pasal 15 UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003,
merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu, yang dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan
khusus sebagai berikut.
Tujuan Umum :
a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
c. Mengembangkan potensi peserta didik
agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia.
d. Mengembangkan potensi peserta didik
agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut
memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya
alam dengan efektif dan efisien.
Tujuan Khusus :
a. Menyiapkan peserta didik agar
menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan
yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga tingkat kerja menengah,
sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.
b. Menyiapkan peserta didik agar mampu
memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan
kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang
diminatinya.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari
baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Membekali peserta didik dengan
kompetensi-kompetensi sesuai dengan program keahlian yang dipilih.
2.
Tuntutan menjawab kebutuhan
masyarakat
Ditinjau
dari perspektif perkembangan kebutuhan pembelajaran dan aksesibilitas dunia
usaha/industri, sekurang-kurangnya tiga dimensi pokok yang menjadi tantangan
bagi SMK, baik dalam konteks regional maupun nasional, diantaranya :
a. Implementasi program pendidikan dan
pelatihan harus berfokus pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal, sambil
mengoptimalkan kerjasama secara intensif.
b. Pelaksanaan kurikulum harus
berdasarkan pendekatan yang lebih fleksibel sesuai dengan trend perkembangan
dan kemajuan teknologi agar kompetensi yang diperoleh peserta didik selama dan
sesudah mengikuti program diklat, memiliki daya adaptasi yang tinggi.
c. Program pendidikan dan pelatihan
sepenuhnya harus berorientasi mastery
learning (belajar tuntas) dengan melibatkan peran aktif – partisipatif para
stakeholders pendidikan, termasuk
optimalisasi peran Pemerintah Daerah untuk merumuskan pemetaan kompetensi
ketenagakerjaan di daerahnya sebagai input bagi SMK dalam penyelenggaraan
diklat berkelanjutan.
Untuk
mencari solusi dari tantangan tersebut di atas, SMK sebagai salah satu lembaga
penyelenggara pendidikan dan pelatihan kejuruan harus mampu memberikan layanan
pendidikan terbaik kepada peserta didik walaupun kondisi fasilitasnya sangat
beragam. Seperti diketahui, bahwa investasi dan pembiayaan operasional terbesar
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pendidikan kejuruan adalah pada sistem
SMK.
Pembukaan
dan penutupan suatu SMK pada dasarnya sangat tergantung pada tuntutan kebutuhan
pengembangan sumber daya manusia di wilayah atau daerah setempat. Pembukaan
institusi SMK baru sangat dimungkinkan jika terdapat tuntutan kebutuhan sumber
daya manusia yang terkait dengan peran dan fungsi SMK. Sebagaimana yang
dikemukakan Djojonegoro (1998), bahwa : “Secara teoritik pendidikan kejuruan
sangat dipentingkan karena lebih dari 80 % tenaga kerja di lapangan kerja
adalah tenaga kerja tingkat menengah ke bawah dan sisanya kurang dari 20 %
bekerja pada lapisan atas. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan
jelas merupakan hal penting”.
Penutupan
suatu institusi SMK hanya dimungkinkan jika secara hukum tidak dapat
dipertahankan atau karena adanya tuntutan masyarakat yang sama sekali tidak
dapat dipertahankan atau dihindari. Namun pada dasarnya, tidak ada alasan untuk
menutup SMK selama institusi tersebut masih dapat menjalankan peran dan fungsi
serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Upaya
untuk mempertahan SMK yang dapat menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat, dalam
hal ini SMK harus mampu menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Dalam
menjalankan peran dan fungsinya tersebut, maka pendidikan dan pelatihan di SMK
perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan kejuruan.
3.
Tuntutan pengelolaan pendidikan kejuruan
Tuntutan
pengelolaan pada pendidikan kejuruan harus sesuai dengan kebijakan link and match, yaitu perubahan dari
pola lama yang cenderung berbentuk pendidikan demi pendidikan ke suatu yang
lebih terang, jelas dan konkrit menjadi pendidikan kejuruan sebagai program
pengembangan sumber daya manusia. Dimensi pembaharuan yang diturunkan dari
kebijakan link and match, yaitu :
a. Perubahan dari pendekatan Supply Driven ke Demand Driven
Dengan
deman driven ini mengharapkan dunia
usaha dan dunia industri atau dunia kerja lebih berperan di dalam menentukan,
mendorong dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena mereka adalah pihak yang
lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Dalam pelaksanaannya,
dunia kerja ikut berperan serta karena proses pendidikan itu sendiri lebih
dominan dalam menentukan kualitas tamatannya, serta dalam evaluasi hasil
pendidikan itupun dunia kerja ikut menentukan supaya hasil pendidikan kejuruan
itu terjamin dan terukur dengan ukuran dunia kerja.
Sebagai
salah satu bentuk penerapan prinsip demand
driven, maka dalam pengembangan kurikulum SMK harus melakukan sinkronisasi
kurikulum yng direalisasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Dengan melakukan sinkronisasi kurikulum, penyelengaraan pembelajaran di SMK
diupayakan sedekat mungkin dengan kebutuhan dan kondisi dunia kerja/industri,
serta memiliki relevansi dan fleksibilitas tinggi dengan tuntutan lapangan.
Melalui sinkronisasi kurikulum ini, diharapkan sekolah dapat membaca keahlian
dan performansi apa yang dibutuhkan dunia usaha atau industri untuk dapat
dimasuki oleh lulusan SMK.
b. Perubahan dari pendidikan berbasis
sekolah (School Based Program) ke
sistem berbasis ganda (Dual Based
Program)
Perubahan
dari pendidikan berbasis sekolah, ke pendidikan berbasis ganda sesuai dengan
kebijakan link and match,
mengharapkan supaya program pendidikan kejuruan itu dilaksanakan di dua tempat.
Sebagian program pendidikan dilaksanakan di sekolah, yaitu teori dan praktek
dasar kejuruan, dan sebagian lainnya dilaksanakan di dunia kerja, yaitu
keterampilan produktif yang diperoleh melalui prinsip learning by doing. Pendidikan yang dilakukan melalui proses bekerja
di dunia kerja akan memberikan pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dunia
kerja yang tidak mungkin atau sulit didapat di sekolah, antara lain pembentukan
wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan pasar, wawasan nilai tambah, dan
pembentukan etos kerja.
c. Perubahan dari model pengajaran yang
mengajarkan mata-mata pelajaran ke model pengajaran berbasis kompetensi.
Perubahan
ke model pengajaran ke berbasis kompetensi, bermaksud menuntun proses
pengajaran secara langsung berorientasi pada kompetensi atau satuan-satuan
kemampuan. Pengajaran berbasis kompetensi ini sekaligus memerlukan perubahan
kemasan kurikulum kejuruan ke dalam kemasan berbentuk paket-paket kompetensi.
d. Perubahan dari program dasar yang
sempit (Narrow Based) ke program
dasar yang mendasar, kuat dan luas (Broad
Based)
Kebijakan
link and match menuntut adanya pembaharuan,
mengarah kepada pembentukan dasar yang mendasar, kuat dan lebih luas. Sistem
baru yang berwawasan sumberdaya manusia, berwawasan mutu dan keunggulan
menganut prinsip, bahwa : tidak mungkin membentuk sumberdaya manusia yang
berkualitas dan yang memiliki keunggulan, kalau tidak diawali dengan
pembentukan dasar yang kuat. Dalam rangka penguatan dasar ini, maka peserta
didik perlu diberi bekal dasar yang berfungsi untuk membentuk keunggulan,
sekaligus beradaptasi terhadap perkembangan IPTEK, dengan memperkuat penguasaan
matematika, IPA, Bahasa Inggris dan Komputer. Sistem baru ini harus memberi
dasar yang lebih luas tetapi kuat dan mendasar, yang memungkinkan seseorang
tamatan SMK memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap kemungkinan perubahan
pekerjaan.
e. Perubahan dari sistem pendidikan
formal yang kaku, ke sistem yang luwes dan menganut prinsip multy entry, multy exit.
Dengan
adanya perubahan dari supply driven
ke demand driven, dari schools based program ke dual based program, dari model pengajaran
mata pelajaran ke program berbasis kompetensi; diperlukan adanya keluwesan yang
memungkinkan pelaksanaan praktek kerja industri dan pelaksanaan prinsip multy entry multy exit. Prinsip ini
memungkinkan peserta didik SMK yang telah memiliki sejumlah satuan kemampuan
tertentu (karena program pengajarannya berbasis kompetensi), mendapatkan
kesempatan kerja di dunia kerja, maka peserta didik tersebut dimungkinkan
meninggalkan sekolah. Dan kalau peserta didik tersebut ingin masuk sekolah
kembali menyelesaikan program SMK nya, maka sekolah harus membuka diri
menerimanya, dan bahkan menghargai dan mengakui keahlian yang diperoleh peserta
didik yang bersangkutan dari pengalaman kerjanya. Di samping itu, sistem
program berbasis ganda juga memerlukan pengaturan praktek kerja di industri
sesuai dengan aturan kerja yang berlaku di industri yang tidak sama dengan
aturan kalender belajar di sekolah.
f. Perubahan dari sistem yang tidak
mengakui keahlian yang telah diperoleh sebelumnya, ke sistem yang mengakui
keahlian yang diperoleh dari mana dan dengan cara apapun kompetensi itu
diperoleh (Recognition of prior learning).
Sistem
baru pendidikan kejuruan harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap kompetensi yang dimiliki oleh seseorang. Sistem ini akan memotivasi
banyak orang yang sudah memiliki kompetensi tertentu, misalnya dari pengalaman
kerja, berusaha mendapatkan pengakuan sebagai bekal untuk pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan. Untuk ini SMK perlu menyiapkan diri sehingga memiliki
instrument dan kemampuan menguji kompetensi seseorang darimana dan dengan cara
apapun kompetensi itu didapatkan.
g. Perubahan dari pemisahan antara
pendidikan dengan pelatihan kejuruan, ke sistem baru yang mengintegrasikan
pendidikan dan pelatihan kejuruan secara terpadu.
Program
baru pendidikan yang mengemas pendidikannya dalam bentuk paket-paket kompetensi
kejuruan, akan memudahkan pengakuan dan penghargaan terhadap program pelatihan
kejuruan dan program pendidikan kejuruan. Sistem baru ini memerlukan
standarisasi kompetensi, dan kompetensi yang terstandar itu bisa dicapai
melalui program pendidikan, program pelatihan atau bahkan dengan pengalaman
kerja yang ditunjang dengan inisiatif belajar sendiri.
h. Perubahan dari sistem terminal ke
sistem berkelanjutan
Sistem
baru tetap mengharapkan dan mengutamakan tamatan SMK langsung bekerja, agar
segera menjadi tenaga produktif, dapat memberi return atas investasi SMK. Sistem baru juga mengakui banyak tamatan
SMK yang potensial, dan potensi keahlian kejuruannya akan lebih berkembang lagi
setelah bekerja. Terhadap mereka ini diberi peluang untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (misalnya program
Diploma), melalui suatu proses artikulasi yang mengakui dan menghargai
kompetensi yang diperoleh dari SMK dan dari pengalaman kerja sebelumnya.
Untuk
mendapatkan sistem artikulasi yang efisien diperlukan “program antara” (bridging program) guna memantapkan
kemampuan dasar tamatan SMK yang sudah berpengalaman kerja, supaya siap
melanjutkan ke program pendidikan yang lebih tinggi.
i.
Perubahan dari manajemen terpusat ke pola manajemen mandiri (prinsip desentralisasi).
Pola
baru manajemen mandiri dimaksudkan memberi peluang kepada propinsi dan bahkan
sekolah untuk menentukan kebijakan operasional, asal tetap mengacu kepada
kebijakan nasional. Kebijakan nasioanl dibatasi pada hal-hal yang bersifat
strategis, supaya memberi peluang bagi para pelaksana di lapangan
berimprovisasi dan melakukan inovasi. Proses pendewasaan SMK perlu ditekankan,
untuk menumbuhkan rasa percaya diri sekolah melakukan apa yang baik menurut
sekolah, dengan prinsip akuntabilitas (accountability)
yang secara taat azas memberikan penghargaan kepada mereka yang pantas
dihargai, dan menindak mereka yang pantas ditindak.
j.
Perubahan dari ketergantungan sepenuhnya dari pembiayaan
pemerintah pusat, ke swadana dengan subsidi pemerintah pusat.
Sejalan
dengan prinsip demand driven, dual based program, pendewasaan
manajemen sekolah, dan pengembangan unit produksi sekolah, sistem baru
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan swadana pada SMK, dan posisi lokasi dana
dari pemerintah pusat bersifat membantu atau subsidi. Sistem ini juga
diharapkan mampu mendorong SMK berpikir dan berperilaku ekonomis.
J. Hambatan
Pendidikan Kejuruan
Beberapa hambatan yang dihadapi dalam
pendidikan kejuruan yaitu:
1. Tidak jarang pihak sekolah mengalami kesulitan untuk
menetapkan jenis pekerjaan dan materi yang akan diberikan kepada peserta didik
yang bisa sesuai dan diterima oleh dunia kerja.
2. Pelaksanaan penempatan siswa yang akan melakukan praktik kerja industri sering tidak sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki siswa.
3. Sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia belum memadai, fasilitas belajar dan peralatan laboratorium banyak yang
rusak/tidak layak dan tidak sesuai lagi dengan peralatan yang ada di dunia
kerja.
4. Faktor kompetensi dan profesionalisme guru yang kurang
memadai, sehingga pembelajaran
tidak bisa berjalan secara efektif.
5. Terdapat kesenjangan yang mencolok antara SMK yang ada di
kota-kota besar dengan daerah, sehingga kita tidak bisa memacu pendidikan
dengan cepat.
K. Penampilan Sekolah
Pendidikan Kejuruan Masa Depan
Sekolah Menengah Kejuruan masa depan tentang penampilan dan ciri antara
lain bangunan dan lingkungan sekolah yang dapat mengakomodasi dan mencerminkan
ciri SMK secara umum maupun ciri proses/mekanisme pendidikan dalam skala lebih
kecil sebagai berikut:
1.
SMK memiliki ciri umum dengan penampilannya yang
terbuka formal dan berskala manusia. Secara khusus, sekolah kejuruan
harus mengekspresikan ciri jenis industri atau kejuruan yang ditanganinya.
- SMK berperan sebagai agen perkembangan/ perubahan budaya selain sebagai tempat pencetakan tenaga kompeten. Untuk itu, bengkel atau studio atau ruang praktik tempat siswa belajar dan berlatih juga harus menampilkan ciri-ciri suatu industri.
- Ciri Arsitektur daerah yang ditampilkan, diharapkan dapat memberi aksen pada pembangunan dan lingkungan sekolah dan ditempatkan pada daerah yang bersifat umum, terutama yang bisa terlihat dari luar lingkungan sekolah. Penampilan ciri tersebut harus tetap mempertimbangkan aspek fungsi sebagai bangunan pendidikan serta pertimbangan tujuan penampilan ciri daerah, besarnya biaya pembangunan dan kemudahan pemeliharaan.
Aspek
lainnya berdasarkan Desain bangunan dan fasilitas SMK masa depan, yakni harus
mengacu pada teknologi yang digunakan saat ini dan mengakomodasi perkembangan
teknologi pada masa depan, yaitu penggunaan media kegiatan belajar mengajar
seperti video, film dan multi-media. Juga penggunaan one student one laptop.
Dalam kegiatan Workshop tersebut diatas, selain membahas aspek-aspek
perancangan dari hal yang bersifat Arsitektural juga dari sisi Struktural. Dari
segi Arsitektural, banyak hal yang menjadikan bahasan Kami. Yaitu ditinjau
dari:
- Perancangan SMK (USB-SMK)
- Ciri dan Penampilan SMK
- Perkembangan Masa Depan
- Dasar Arsitektur
- Tata Cahaya
- Tata Penghawaan (sirkulasi udara), tata akustik
- Tata lingkungan, tata pertamanan, perencanaan Site De Development.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari seluruh kajian yang berkaitan
dengan pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan dapat disimpulkan, bahwa
pendidikan kejuruan dikembangkan berdasar pada tuntutan dunia kerja, yaitu
dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sebagai realisasi
di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan
kurikulum pendidikan kejuruan mengacu pada karakteristik pendidikan kejuruan
yang seharusnya. Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran untuk menyiapkan
peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta)
maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebagai salah satu institusi yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu
menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan dunia kerja. Tenaga kerja yang
dibutuhkan adalah sumber daya mansia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
bidang pekerjaannya, memiliki daya adaptasi dan daya saing yang tinggi. Atas
dasar itu, pengembangan kurikulum dalam rangka penyempurnaan pendidikan
menengah kejuruan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dunia kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja terhadap sumber daya
manusia yang dibutuhkan, oleh karena itu
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan harus bisa mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan standar
kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri.
Keberhasilan pendidikan dan
pelatihan di SMK ditentukan dari kualitas lulusannya, dimana mereka harus
mencerminkan individu yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan bertanggung jawab. Lulusan SMK diharapkan mampu mengembangkan
seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga mereka memiliki kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor untuk mampu bekerja sesuai dengan yang dipelajarinya.
Lulusan SMK harus mampu bersaing secara kompetitif, sehingga dapat memasuki
dunia kerja baik pada dunia usaha maupun industri pada tingkat nasional, bahkan
tidak menutup kemungkinan pada tingkat internasional.
B.
Saran
1. Sekolah Menengah Kejuruan sebaiknya
selalu dinamis dalam mengembangkan program pendidikan, hal ini sebagai upaya
untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan mengikuti perkembangan
IPTEK.
2.
Untuk menunjang pembelajaran pada pendidikan kejuruan
menekankan pada learning by doing sehingga
Sekolah Menengah Kejuruan harus memiliki sarana dan prasana yang mendukung
tujuan tersebut dengan menyiapkan laboratorium, bengkel atau tempat praktek
sesuai program pendidikan masing-masing secara nyata sehingga siswa dapat
berlatih secara teori dan praktek hal ini merupakan pengalaman berharga sebelum
memasuki dunia kerja serta akan meningkatkan mutu output dari institusi
pendidikan kejuruan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. dan Sanjaya, W. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung : Pusat Pelayanan dan
Pengembangan Media Pendidikan IKIP Bandung.
Arsyad, A. (2004). Media
Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan
Sumber Daya Manusia : Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Ismail Majid. 2012.
Landasan Filosofi dan Yuridis Pendidikan
Teknologi Kejuruan. Diunduh dari http://ismailmajid.wordpress.com/ 2012/10/08/landasan-filosofi-dan-yuridis-pendidikan-teknologi-kejuruan/ tanggal 2 April 2013.
FILE LENGKAP DAPAT DIUNDUH DI SINI
terima kasih artikelnya sangat membantu, kebetulan kami juga bergerak di bidang pengembangan aplikasi khususnya untuk absensi sekolah berbasis sms gateway terhubung langsung dengan HP orang tua, cocok juga untuk absensi pegawai kantor, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi website kami www.schoolmantic.com
BalasHapusinformasinya sangat banyak sekali!
BalasHapusterimakasih buat bacaanya