Senin, 04 Maret 2024

Refleksi: Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

 Tujuan Pembelajaran Khusus: Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: 

- kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila.

- suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid.

- lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid.

- pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.


Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?

Jawaban : 

  1. Situasi 1 : Kokurikuler

  2. Situasi 2 : Kokurikuler 

  3. Situasi 3 : Kokurikuler 

  4. Situasi 4 : Ekstrakurikuler   

  5. Situasi 5 : Kokurikuler 

  6. Situasi 6 : Ekstrakurikuler 

  7. Situasi 7 : Kokurikuler 

  8. Situasi 8 : Kokurikuler

  9. Situasi 9 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

  10. Situasi 10 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler


  1. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.  Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.

Jawaban :

  1. Situasi 1 : Suara. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah

  2. Situasi 2 : Kepemilikan. Bu Ara meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dan sebagainya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. 

  3. Situasi 3 : Suara dan Pilihan. SMP Matahari yang akan melakukan kegiatan tahunan yaitu studi wisata. Pak Atap, salah satu guru SMP Matahari yang mengajak beberapa perwakilan guru dan murid untuk membentuk dewan komite studi wisata. Mereka diberikan kesempatan untuk memilih destinasi seperti apa yang menarik yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria.

  4. Situasi 4 : Pilihan. Pak Bahri seorang kepala sekolah, menanyakan kepada murid-murid terutama yang tergabung dalam OSIS untuk kegiatan ekstrakurikuler. Murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. 

  5. Situasi 5 : Pilihan. Sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Prosesnya diawali dengan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. 

  6. Situasi 6 : Suara dan Pilihan. Siswa SMK Jurusan TKJ yang mengusulkan ide adanya ekstrakurikuler yang bernama ITS (Information Technology Student).

  7. Situasi 7 : Pilihan. Bank SALAM yang membuka pasar tradisional senin legi. Pasar ini sebagai bentuk ruang ekspresi kebebasan bagi setiap warga belajar SALAM untuk bermain peran. 

  8. Situasi 8 : Suara. Pilihan dan Kepemilikan. Dari tayangan video yang menceritakan pengalaman pembelajaran yang didapatkan Alfonsina selama belajar di sekolah berbasis riset yaitu Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. Selama bersekolah disana, Alfonsia diberikan dorongan serta fasilitas untuk melakukan dan memilih sendiri sebuah riset perkembangan anak usia dini. Selama kegiatan ini, Alfonsia diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pendapat, ataupun berdiskusi bersama mentor dalam berbagai kesempatan. Alfonsina juga diajak untuk memetakan target dirinya di masa kedepannya. Memproyeksikan mau jadi seperti apakah kedepannya kelak, pembelajaran apa yang sudah didapatkan dan targetnya sudah sampai dimana, tetap diajak untuk menghargai setiap proses target yang dicapai. Alfonsina tetap belajar untuk bertanggungjawab terhadap pencapaian targetnya. 

  9. Situasi 9 dan situasi 10 : Suara, Pilihan dan Kepemilikan. Pada tayangan video terakhir, menceritakan beberapa situasi sekolah yang merancang program atau kegiatan yang dapat membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan suara dan pilihan mereka. Sekolah ini juga membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Murid menjadi sebuah agen perubahan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakatnya. Dan akhirnya, sekolah membantu mewujudkan kepemimpinan murid dan mendorong aspek suara, pilihan dan rasa memiliki.


  1. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban :

Dalam setiap situasi yang digambarkan diatas, adalah upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan adalah: 

  1. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaan-Nya.

  2. Berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih muridmurid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada. 

  3. Bergotong-royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama.

  4. Mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk meregulasi diri sendiri.

  5. Bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas.

  6.  Kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka

0 komentar:

Posting Komentar