Minggu, 03 Maret 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 : Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Dalam alur belajar merdeka materi Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya. Membuat kesimpulan dan mengoneksikan materi yang ada di dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Sekolah Sebagai Ekosistem

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Satuan Pendidikan Sebagai Komunitas

Satuan pendidikan sebagai sebuah komunitas, mempunyai hak mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan pendidikan agar efisiensi dan efektivitas penyelenggara pendidikan dapat tercapai seperti yang diisyaratkan dalam standar pengelolaan pendidikan. Untuk dapat menyelenggarakan pendidikan secara efektif dan efisien, tentu membutuhkan peran seluruh warga sekolah melalui pendekatan komunitas berbasis aset.

Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya / aset utama daerah / di ekosistem sekolahnya dan mampu mendukung komunitas agar dapat memanfaatkan dan memberdayakan seluruh sumber daya aset- aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid secara berkesinambungan.

Sumber daya yang terdapat di sekolah merupakan sebuah ekosistem dimana terjadinya interaksi atau hubungan timbal balik atau saling ketergantungan antara komponen dalam ekosistem, yaitu dalam hal ini adalah komponen biotik yaitu unsur yang hidup dan komponen abiotik, yaitu unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup) ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya, seperti hubungan antara Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua dan Masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan dan Sarana dan prasarana.

Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki sekolah, serta dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sudah seharusnya sebagai pemimpin pembelajaran diharuskan bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah.

7 Modal Utama atau sumber daya sekolah tersebut Adalah :

  1. Modal Manusia
  2. Modal Fisik 
  3. Modal Sosial
  4. Modal Finansial
  5. Modal Politik
  6. Modal Lingkungan/ Alam
  7. Modal Agama dan budaya

Setelah memahami 7 Modal utama Seorang pemimpin pembelajaran harus menerapkan pemikiran yang berbasis asset atau asset based thinking.

keterkaitan dengan modul lainnya/sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara melalui filosiofinya bahwa pendidikan “ kegiatan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.” Pemanfaatan asset kekuatan guru dan murid sehingga guru sebagai pemimpin pembelajaran harus dapat melakukan proses pembelajaran yang menyenangkan, dan berpihak pada murid, karena murid bukanlah kertas kosong, namun setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda, dan tugas kita sebagai guru hanya menuntun dan menebalkan potensi yang sudah mereka miliki.

Nilai dan Peran Guru Penggerak

Guru sebagai pendidik merupakan salah satu dari 7 modal utama, yaitu modal manusia. Guru sebagai pemimpin pembelajaran nilai dan peran yang sangat penting dalam pembelajarn di kelas sehingga nilai-nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid harus dijadikan landasan dalam terciptanya pebelajar yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dan guru juga dapat berperan dalam membangun sinergi di lingkungan sekolah sebagai pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid, dengan nilai dan peran guru secara aktif, maka akan menciptakan generasi unggu dengan memanfaatan modal utama untuk menggali potensi murid-muridnya.

Visi Guru Penggerak

Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus memilki visi guru penggerak yang berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) melalui alur BAGJA. Pada konsep terebut dapat juga digunakan sebagai pengelolaan sumber daya yang ada disekolah. Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, landasan berpikir, yang berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan dunia sekitarnya, baik dari masa lalu, masa kini, maupun masa depan.

Budaya Positif

Salah satu aset/kekuatan berupa modal agama dan budaya. Budaya positif di lingkungan sekolah merupakan budaya yang mendukung segala bentuk perkembangan murid dengan tujuan memanusikan manusia dengan menerapkan disiplin positif, motivasi perilaku manusia (hukuman dan penghargaan), posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, sehingga akan menghasilkan produk murid yang memiliki karakter kuat di masa depan. Misalnya dengan melakukan langkah-langkah resitusi dalam menyelesaikan masalah pada murid sehingga menciptakan murid yang memiliki karakter positif di masa depannya.

Pembelajaran untuk Memenuhi Kebutuhan Murid (Berdiferensiasi)

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah cara dalam pembelajaran yang sangat berpihak kepada murid berupa pemetaan murid berupa kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid yang berbeda sesuai dengan keunikannya. Sebelum melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru harus sudah melaksakanan pemetaan terhadap minat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran berdiferensiasi akan terwujud, jika pemanfaatan sumber daya yang ada disekolah seperti guru dan murid, seta modal lingkungan, modal fisik dan yang lainnya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan strategi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, yang menekankan pada keterampilan dan pengelolaan mengenai aspek-aspek sosial emosional. Teknik kesadaran diri (mindfulness) juga dapat dijadikan strategi bagaimana cara mengelola sumber daya manusia, yaitu murid melalui tahapan tersebut maka potensi kecerdasan sosial emosional anak bisa berkembang secara optimal.

Coaching untuk Supervisi Akademik

Coaching merupakan sebuah strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk melakukan pengembangan kekuatan diri pada diri anak dengan menuntun, mendampingi anak, untuk menggali potensi anak dan memaksimalkannya. Pada proses Coachee memberikan kesempatan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir pada diri anak, yang didalamnya terdapat Caach sebagai pengembangan kekuatan dan potensi pada coachee sebagai lawan bicara.

Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-nilai Kebajikan Seorang Pemimpin

Sebagai pemimpin pembelajaran dalam prosesnya akan selalu berhadapan dengan dua situasi yakni, dilema etika dan bujukan moral yang dituntut pada pengembilan keptusan. Sebagai pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yang baik, diharapkan pada pengambilan keputusan tersebut dengan mengedepankan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya,yaitu dengan langkah-langkah pengambilan keputusan berdasarakn 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Prinsip tersebut sanat penting karena hal ini sangat terkait dengan pengelolaan sumber daya yang ada disekolah.

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini

Sebelum mempelajari dan memahami modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam langkah-langkah pengelolaan kelas atau pengambilan keputusan lebih banyak berpikir pada kekurangan.masalah, hal ini menyebabkan perasaan yang pesimis, keraguan, negatif sehingga berakhir dengan kegagalan. Dengan mempelajari modul 3.2 ini, wawasan dan pola pikir mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya ini menjadi berubah. Ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset yang dimiliki sehingga hal ini membuat kita akan berpikir positif dan optimis dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya atau aset yang ada di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

0 komentar:

Posting Komentar