BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen
Berbasis Sekolah atau sering disebut sebagai MBS merupakan suatu paradigma baru
dalam pendidikan di Indonesia. Manajemen Berbasis Sekolah memungkinkan adanya
pengembangan pendidikan yang mampu mencetak generasi-generasi unggulan yang mampu
bersaing dalam dunia global. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) mendasarkan pada
adanya otonomi yaitu adanya kebebasan tiap daerah untuk mengembangkan dan
meningkatkan apa-apa yang dipunyai termasuk dalam hal pendidikan.
Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi, yang
ditunjukkan dengan pernyataan politik dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam pengembangan pendidikan
di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan, baik secara makro, meso, dan
mikro.
Manajemen
Berbasis Sekolah mensaratkan adanya keikutsertaan dan partisispasi dari
berbagai pihak yaitu mulai dari warga sekolah itu sendiri, orang tua atau wali
siswa, hingga pada lingkungan sekitar agar pendidikan dapat berjalan dengan
baik dan dapat tercipta pembelajaran yang efektif di dalamnya. Pembelajaran
yang efektif inilah yang akan mengorientasikan pada dihasilkannya output yang
berkualitas baik. Karena output yang dihasilkan tidak dapat lepas dari pengaruh
proses pembelajaran yang berlangsung maka prosesnya pun perlu dukungan dari
berbagai pihak.
Isi
dari Manajemen Berbasis Sekolah adalah bentuk dari alternatif sekolah dalam
program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh adanya otonomi
yang luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka
pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah dapat leluasa mengelola
sumber daya dengan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan serta tangap
terhadap kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat dituntut agar
lebih memahami pendidikan, membantu, serta mengontrol pengelolaan pendidikan. Oleh
karena itu, dalam hal ini sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar baik
kepada orang tua, masyarakat, maupun pemerintah. Partisipasi orang tua juga
tidak hanya sekedar dari segi finansial, tapi juga dari segi motivasi dan
dorongan agar pendidikan di sekolah tersebut lebih maju.
Uraian
di atas memberikan gambaran bahwa sekolah yang menggunakan Manajemen Berbasis
Sekolah mensaratkan adanya pembelajaran yang efektif dengan adanya partisipasi
dari banyak pihak yang terkait dengan pendidikan itu. Oleh karena itu, ada
beberapa karakteristik Manajemen Berbais Sekolah yang perlu diperhatikan dan
dipenuhi dalam rangka penggunaan Manajemen Berbasis Sekolah tersebut dengan
baik dan sukses. karakteristik tersebut juga dapat menjadi pegangan dan arahan
dalam rangka tercapainya Manajemen Berbasis Sekolah dengan memusatkan pada
perkembangan anak bukan hanya tau, tapi juga paham akan nilai dan sadar akan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Manajemen
Berbasis Sekolah juga memungkinkan penggunaan teknik pembelajaran dengan
mengikuti paradigma baru terkait dengan pengembangan kemampuan peserta didik
yang mempunyai karakter serta nilai yang baik yang kemudian dilaksanakan dan
diterapkan dalamkehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Namun tidak sedikit
yang tidak tahu atau kurang paham dengan beberapa karakteristik yang melekat
pada sistem Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang didapat dari uraian latar belakang masalah adalah sebagai berikut:
Apa
saja karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah adalah untuk mengetahui apa saja karakteristik yang
melekat pada sekolah yang melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Karakteristik Manajemen Berbasis
Sekolah
Manajemen Berbasis
Sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan
MBS, sejumlah karakteristik MBS perlu dimiliki. Karakteristik MBS tidak dapat
dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif. Jika MBS merupakan
wadah/kerangka, sekolah efektif merupakan isinya. Oleh karena itu,
karakteristik MBS memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif yang
dikategorikan menjadi input, proses,
dan output.
Dalam menguraikan
karakteristik MBS pendekatan sistem, yaitu input,
proses, dan output digunakan untuk
memandunya (Rohiyat, 2010). Hal ini didasari oleh pengertian bahwa sekolah
merupakan sebuah sistem sehingga penguraian karakteristik MBS (yang juga
karakteristik sekolah efektif didasarkan pada input, proses, dan output).
Uraian berikut dimulai dari output dan
diakhiri dengan input karena output memiliki tingkat kepentingan
tertinggi, sedangkan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih
rendah dari output, dan input memiliki tingkat kepentingan dua
tingkat lebih rendah dari output
1.
Output yang Diharapkan
Sekolah memiliki output
yang diharapkan. Output sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran dan
manajemen di sekolah. Pada umumnya, output
dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output
berupa prestasi akademik (academic
achievement) dan output yang
berupa prestasi non akademik (nonacademic
achievement). Output prestasi akademik
misalnya, NUAN/NUNAS, lomba karya ilmiah remaja, lomba (Bahasa Inggris,
Matematika, Fisika), cara berfikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional,
induktif, deduktif, dan ilmiah). Output nonakademik,
misalnya akhlak/budi pekerti, dan perilaku sosial yang baik seperti bebas
narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap
sesama, solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi
olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
2.
Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah
karakteristik proses sebagai berikut:
a. Proses
Belajar Mengajar dengan Efektivitas yang Tinggi
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi.
Hal ini ditunjukkan oleh sifat PBM yang menekankan pada pemberdayaan peserta
didik. PBM bukan sekedar memorisasi dan recall
atau penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang diajarkan (logos), tetapi lebih menekankan pada
internalisasi tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi
sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos)
serta dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos). Belajar
yang efektif juga mengacu pada pilar-pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu:
Ø Learning to know yaitu belajar untuk mengetahui
Ø Learning to do yaitu belajar untuk melakukan
Ø Learning to live
together yaitu belajar untuk
bermasyarakat
Ø Learning to be yaitu belajar tentang apa yang bisa dihubungkan
dengan kehidupan sehari-hari, serta ditambah dengan
Ø Learning to
religi yaitu belajar untuk
memahami agama.
Dengan
demikian maka kegiatan pembelajaran akan dapat memiliki efektivitas yang
tinggi.
b. Kepemimpinan
Sekolah yang Kuat
Pada sekolah
yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam
mengoordinasikan, menggerakkan, dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan
yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran
sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap.
Oleh karena itu,
kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan yang tangguh
agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif prakarsa untuk meningkatkan mutu
sekolah. Secara umum, kepala sekolah yang tangguh memiliki kemampuan
memobilisasi sumberdaya sekolah, terutama sumberdaya manusia, untuk mencapai
tujuan sekolah.
c. Lingkungan
Sekolah yang Aman dan Tertib
Sekolah
dengan MBS memiliki lingkungan sekolah yang aman dan tertib. Sekolah
memiliki lingkungan (iklim) belajar yang aman, tertib, dan nyaman sehingga
proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan nyaman (enjoyable learning).
Karena itu, sekolah yang efektif selalu menciptakan iklim sekolah yang aman,
nyaman, dan tertib melalui pengupayaan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan
iklim tersebut. Dalam hal ini, kepala sekolah memegang peranan yang sangat
penting.
d. Pengelolaan
Tenaga Kependidikan yang Efektif
Sekolah
dengan SBM memiliki pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
Tenaga kependidikan, terutama guru merupakan jiwa dari sekolah. Sekolah
hanyalah merupakan wadah dan sekolah yang menerapkan MBS menyadari tentang hal
ini. Oleh karena itu, pengelolaan tenaga kependidikan, mulai dari analisa
kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kinerja, hubungan kerja, hingga
imbal jasa merupakan garapan penting bagi seorang kepala sekolah.
Pada
pengembangan tenaga kependidikan, hal tersebut harus dilaksanakan secara terus
menerus mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian
pesat. Tenaga kependidikan yang diperlukan untuk menyukseskan MBS adalah tenaga
kependidikan yang mempunyai komitmen tinggi dan selalu mampu dan sanggup
menjalankan tugasnya dengan baik.
e. Sekolah
Memiliki Budaya Mutu
Sekolah
MBS memiliki budaya mutu yang memiliki elemn-elemen sebagai
berikut: (a) informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
mengadili/mengontrol orang; (b) kewenangan harus sebatas pada tanggungjawab;
(c) hasil harus diikuti penghargaan (rewards)
atau sanksi (punishment); (d)
kolaborasi dan sinergi, bukan kompetisi, harus menjadi basis untuk kerjasama;
(e) warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya; (f) atmosfir keadilan (fairness) harus ditanamkan; (g) imbal
jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya; dan (h) warga sekolah merasa
memiliki sekolah.
f. Sekolah
Memiliki Teamwork yang Kompak, Cerdas, dan Dinamis
Sekolah
dengan MBS memiliki Team work. Team Work merupakan karakteristik yang dituntut
oleh MBS, karena output pendidikan
merupakan hasil kolektif warga sekolah, bukan hasil individual. Uraian dari team work itu sendiri
adalah : t= together (bersama), e= empathy (peduli), a= assist (saling
membantu), m= maturity, w= willingnes (sukarela), o= organisation
(pengorganisasian), r= respect, k= kidness (ramah).
g. Sekolah
Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
Sekolah
dengan MBS memiliki ewenangan sekolah yaitu melaksanakan yang terbaik bagi
sekolahnya, sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan kesanggupan kerja
yang baik. Untuk menjadi mandiri sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup
untuk menjalankan tuganya.
h. Partisipasi
yang Tinggi dari Warga Sekolah dan Masyarakat
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki karakteristik bahwa partisipasi warga sekolah dan
masyarakat merupakan bagian kehidupannya. Hal ini dilandasi oleh keyakinan
bahwa makin tinggi tingkat partisipasi, makin besar rasa memiliki; makin besar
pula rasa tanggung jawab, makin besar pula tingkat dedikasinya.
i. Sekolah
Memiliki Keterbukaan (Transparansi) Manajemen
Keterbukaan/transparansi
dalam pengelolaan sekolah merupakan karakteristik sekolah yang menerapkan MBS.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukkan dalam pengambilan keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, penggunaan uang, dan sebagainya yang
selalu melibatkan pihak-pihak terkait sebagai alat kontrol.
j. Sekolah
Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologi dan Fisik)
Perubahan harus
merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi semua warga sekolah. Sebaliknya,
kemapanan merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang dimaksud dengan perubahan
adalah peningkatan, baik bersifat fisik maupun psikologis. Artinya, setiap
perubahan dilakukan, hasilnya diharapkan lebih baik dari sebelumnya (ada
peningkatan) terutama mutu peserta didik.
k. Sekolah
Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Sekolah
dengan MBS selalu melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditujukan untuk mengetahui tingkat
daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting adalah bagaimana
memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk memperbaiki dan
menyempurnakan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, fungsi
evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan mutu peserta didik
dan mutu sekolah secara keseluruhan dan terus menerus.
Perbaikan secara
terus-menerus harus menjadi kebiasaan warga sekolah. Tiada hari tanpa
perbaikan. Oleh karena itu, harus ada sistem mutu yang baku sebagai acuan bagi
perbaikan. Sistem mutu yang dimaksud harus mencakup struktur organisasi,
tanggung jawab, prosedur, proses, dan sumberdaya untuk menerapkan manajemen
mutu.
l. Sekolah
Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
Sekolah selalu
tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul bagi peningkatan mutu.
Oleh karena itu, sekolah harus selalu dapat membaca lingkungan dan
menanggapinya secara cepat dan tepat. Sekolah dituntut untuk tidak hanya mampu
menyesuaikan diri terhadap perubahan/tuntutan, akan tetapi juga mampu
mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan terjadi. Menjemput bola adalah padanan
kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
m. Memiliki
Komunikasi yang Baik
Sekolah
dengan MBS memiliki komunikasi yang baik, terutama antar
warga sekolah dan juga antara sekolah dan masyarakat sehingga kegiatan yang
dilakukan oleh tiap-tiap warga sekolah dapat diketahui. Dengan cara seperti
ini, keterpaduan semua kegiatan sekolah dapat diupayakan untuk mencapai tujuan
dan sasaran sekolah yang telah dipatok. Selain itu, komunikasi yang baik juga
akan membentuk teamwork yang kuat,
kompak, dan cerdas sehingga berbagai kegiatan sekolah dapat dilakukan secara
merata oleh warga sekolah.
n. Sekolah
Memiliki Akuntabilitas
Akuntabilitas
adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan sekolah terhadap
keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Akuntabilitas ini berbentuk
laporan prestasi yang dicapai dan dilaporkan kepada pemerintah, orangtua siswa,
dan masyarakat. Berdasarkan laporan hasil program tersebut, pemerintah dapat
menilai apakah program MBS telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak.
Jika berhasil,
pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah yang bersangkutan sehingga
dapat menjadi faktor pendorong untuk terus meningkatkan kinerjanya di masa yang
akan datang. Akan tetapi, jika program tidak berhasil, pemerintah perlu
memberikan teguran sebagai hukuman atas kinerjanya yang dianggap tidak memenuhi
syarat. Demikian pula, para orangtua siswa dan anggota masyarakat dapat
memberikan penilaian apakah program ini dapat meningkatkan prestasi anaknya
secara individual dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
Apabila hal ini
berhasil dilakukan, orangtua peserta didik perlu memberikan semangat dan
dorongan untuk peningkatan program yang akan datang. Akan tetapi, jika program
tersebut kurang berhasil, orangtua siswa dan masyarakat berhak meminta
pertanggungjawaban dan penjelasan sekolah atas kegagalan program MBS yang telah
dilakukan. Dengan cara seperti ini, sekolah tidak akan main-main dalam
melaksanakan program pada tahun-tahun yang akan datang.
o. Manajemen
Lingkungan Hidup Sekolah Baik
Sekolah efektif
melaksanakan manajemen lingkungan hidup sekolah secara efektif. Sekolah memiliki
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, dan pengevaluasian
pendidikan kecakapan hidup (program adiwiyata) yang dikembangkan secara terus
menerus dari waktu ke waktu. Sekolah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, dan kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai
lingkungan hidup dan mampu mengubah perilaku dan sikap warga sekolah untuk
menuju lingkungan hidup yang sehat.
p. Sekolah
Memiliki Kemampuan Menjaga Sustainabilitas
Sekolah yang
efektif juga memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan hidupnya
(sustainabilitas), baik dalam program maupun pendanaannya. Sustainabilitas
program dapat dilihat dari berkelanjutan program-program yang telah dirintis
sebelumnya dan bahkan berkembang menjadi program-program baru yang belum pernah
ada sebelumnya.
Sustainabilitas
pendanaan dapat ditunjukkan oleh kemampuan sekolah dalam mempertahankan
besarnya dana yang dimiliki dan bahkan makin besar jumlahnya. Sekolah memiliki
kemampuan menggali sumberdana dari masyarakat, dan tidak sepenuhnya
menggantungkan subsidi dari pemerintah bagi sekolah-sekolah negeri.
3.
Input
Pendidikan
a. Memiliki
Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas
Secara formal,
sekolah menyatakan dengan jelas tentang keseluruhan kebijakan, tujuan, dan
sasaran sekolah yang berkaitan dengan mutu. Kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu
tersebut dinyatakan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua warga
sekolah sehingga tertanam pemikiran, tindakan, kebiasaan, hingga sampai pada
kepemilikan karakter mutu oleh warga sekolah.
b. Sumberdaya
Tersedia dan Siap
Sumberdaya
merupakan input penting yang
diperlukan untuk kelangsungan proses pendidikan di sekolah. Tanpa sumberdaya
yang memadai, proses pendidikan di sekolah tidak akan berlangsung secara
memadai dan pada akhirnya sasaran sekolah tidak akan tercapai. Sumberdaya dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya selebihnya
(uang, peralatan, perlengkapan, bahan, dan sebagainya) dengan penegasan bahwa
sumberdaya selebihnya tidak mempunyai arti apapun bagi perwujudan sasaran
sekolah tanpa campur tangan sumber daya manusia.
Secara umum,
sekolah yang menerapkan MBS harus memiliki tingkat kesiapan sumberdaya yang
memadai untuk menjalankan proses pendidikan. Artinya, segala sumberdaya yang
diperlukan untuk menjalankan proses pendidikan harus tersedia dan dalam keadaan
siap. Ini bukan berarti bahwa sumberdaya yang ada harus mahal, tetapi sekolah
yang bersangkutan dapat memanfaatkan keberadaan sumberdaya yang ada
dilingkungan sekolahnya. Oleh karena itu, diperlukan kepala sekolah yang mampu
memobilisasi sumberdaya yang ada disekitarnya.
c. Staf
yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
Meskipun pada
butir (b) telah disinggung tentang ketersediaan dan kesiapan sumberdaya manusia
(staff), pada butir ini perlu ditekankan lagi karena staf merupakan jiwa
sekolah. Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki staf yang mampu (kompeten)
dan berdedikasi tinggi terhadap sekolahnya. Implikasinya jelas, yaitu bagi
sekolah yang ingin memiliki efektivitas yang tinggi, kepemilikan staf yang
kompeten dan berdedikasi tinggi merupakan suatu keharusan.
d. Memiliki
Harapan Prestasi yang Tinggi
Sekolah yang
menerapkan MBS mempunyai dorongan dan harapan yang tinggi untuk meningkatkan
prestasi peserta didik dan sekolahnya. Kepala sekolah memiliki komitmen dan
motivasi yang kuat untuk meningkatkan mutu sekolah secara optimal. Guru
memiliki komitmen dan harapan yang tinggi bahwa anak didiknya dapat mencapai
tingkat prestasi yang maksimal, walaupun dengan segala keterbatasan sumberdaya
pendidikan yang ada di sekolah.
Peserta didik
juga mempunyai motivasi untuk selalu meningkatkan diri untuk berprestasi sesuai
dengan bakat dan kemampuannya. Harapan terbesar dari ketiga unsur sekolah ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sekolah selalu dinamis untuk
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
e. Fokus
pada Pelanggan (Khususnya Siswa)
Pelanggan,
terutama siswa, harus menjadi fokus dari semua kegiatan sekolah. Artinya, semua
input dan proses yang dikerahkan di
sekolah tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu dan kepuasan peserta didik.
Konsekuensi logis dari semua hal tersebut adalah penyiapan input dan proses belajar mengajar harus benar-benar mewujudkan
sosok utuh mutu dan kepuasan yang diharapkan dari siswa.
f. Input
Manajemen
Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki input
manajemen yang memadai untuk menjalankan roda sekolah. Kepala sekolah dalam
mengatur dan mengurus sekolahnya menggunakan sejumlah input manajemen. Kelengkapan dan kejelasan input manajemen akan membantu kepala sekolah mengelola sekolahnya
dengan efektif.
Input
manajemen yang dimaksud meliputi: tugas yang jelas, rencana yang rinci dan
sistematis, program yang mendukung bagi pelaksanaan rencana,
ketentuan-ketentuan (aturan main) yang jelas sebagai panutan bagi warga
sekolahnya untuk bertindak, dan adanya sistem pengendalian mutu yang efektif
dan efisien untuk meyakinkan agar sasaran yang telah disepakati dapat dicapai.
Karakteristik
MBS juga bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan
kinerja organisasi sekolah, proses belajar-mengajar, pengelolaan sumber daya
manusia, dan pengelolaan sumber daya dan administrasi. Lebih lanjut BPPN dan
Bank Dunia (1999), mengutip dari Focus on
School: The Future Organisation of Education Services for Student, Departement
of Education, Australia 1990 (dalam Mulyasa, 2005), mengemukakan cirri-ciri MBS
dalam bagan berikut:
CIRI-CIRI
MBS
Organisasi Sekolah
|
Proses Belajar Mengajar
|
Sumber Daya Manusia
|
Sumber daya dan Administrasi
|
Menyediakan manajemen organisasi
kepemimpinan transformasional dalam mencapai tujuan sekolah
|
Meningkatkan kualitas belajar siswa
|
Memberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani
keperluan semua siswa
|
Mengidentifikasikan sumber daya yang diperlukan dan mengalokasikan
sumber daya tersebut sesuai dengan kebutuhan
|
Menyusun rencana sekolah dan merumuskan
kebijakan untuk sekolah mandiri
|
Mengembangkan kurikulum yang cocok dan tanggap terhadap kebutuhan
siswa dan masyarakat sekolah
|
Memilih staf yang memiliki wawasan manajemen berbasis sekolah
|
Mengelola dana sekolah
|
Mengelola kegiatan operasional sekolah
|
Menyelenggarakan pengajaran yang efektif
|
Menyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua staf
|
Menyediakan dukungan administratif
|
Menjamin adanya komunikasi yang efektif
antara sekolah/ dan masyarakat terkait (school
community)
|
Menyediakan program pengembangan yang diperlukan siswa
|
Menjamin kesejahteraan staf dan siswa
|
Mengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya
|
Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang
bertanggung jawab (akuntabel kepada masyarakat dan pemerintah)
|
Program pengembangan yang diperlukan siswa
|
Kesejahteraan staf dan siswa
|
Memelihara gedung dan sarana lainnya
|
Dengan
demikian, secara umum karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (Syaiful Sagala,
2011)adalah:
1. Kemandirian,
yang menggambarkan otonomi manajemen sekolah yang efektif dan layanan belajar
yang bermutu, menggunakan evaluasi hasil belajar yang standar, prestasi
pembelajaran.
2. Kemitraan,
memanfaatkan potensi pemangku kepentingan sekolah (pemberdayaan potensi
sekolah) dan masyarakat.
3. Partsiipasi,
kepemimpinan sekolah yang lugas, visioner, antisipasif dan berjiwa
enterpreneurship mengikutsertakan potensi sumber daya sekolah.
4. Keterbukaan,
senantiasa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan kompetitif.
5. Akuntabilitas,
melakukan analisis kebutuhan, perencanaan pengembangan, dan evaluasi kinerja
sesuai visi misi untuk mencapai tujuan dan target sekolah, menyediakan
kesejahteraan personal sekolah yang cukup dan pantas.
6. Sekolah
tersebut menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran
7. Sekolah
merupakan agen perubahan
8. Adanya
komunikasi yang efektif antara warga sekolah
9. Kepemimpinan
yang efektif (memiliki kepribadian, manajerial, kewirausahaan)
10. Adanya
kolaboratif team work dan memiliki tujuan bersama
11. Adanya
learning to discovery, dan adanya stakeholders.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan
makalah berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan adalah sebagai berikut:
Secara
umum karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah adalah: sekolah tersebut
menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, sekolah merupakan agen perubahan,
adanya komunikasi yang efektif antara warga sekolah, kepemimpinan yang efektif
(memiliki kepribadian, manajerial, kewirausahaan), adanya kolaboratif team
work, memiliki tujuan bersama, adanya learning to discovery, dan adanya
stakeholders.
Selain
itu, karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah tidak akan lepas dari
karakteristik sekolah yang efektif yaitu: adanya perencanaan yang baik,
kegiatan pembelajaran direncanakan dengan baik, adanya manajemen yang baik
antara komponen-komponen sekolah, kegiatan pembelajaran memungkinkan adanya
keaktifan dan partisipasi siswa, adanya partisipasi yang tinggi dari orang tua
dan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah,
pendidik danpemimpin yang berkompeten.
B. Saran
Manajemen
Berbasis Sekolah merupakan salah satu manajemen yang dapat digunakan dalam
meningkatkan proses pembelajaran yang nanti pada akhirnya meningkatkan kualitas
output yang dihasilkan maka perlu adanya pendalaman dan pemahaman dengan
membaca referensi lain agar lebih paham dan mengerti.
Daftar Pustaka
Mulyasa.
2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
Rosdakarya.
Rohiyat.
2010. Manajemen Sekolah Teori Dasar dan
Praktik. Bandung: PT Refika Aditama
Sagala,
Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru
dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.
Terimakasih atas materinya
BalasHapusSangat menghargai artikel yang informatif tentang "Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah". Penjelasan yang jelas dan padat mengenai konsep ini sangat membantu dalam memahami pentingnya manajemen yang berfokus pada sekolah. Terus berbagi pengetahuan bermanfaat!
BalasHapus