BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan yang melibatkan beberapa bidang studi/ mata
pelajaran. Pendekatan pembelajaran itu akan dapat memberikan pengalaman yang
bermakna kepada peserta didik. Pengertian bermakna di sini karena dalam
pembelajaran terpadu diharapkan peserta didik memperoleh pemahaman terhadap
konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman-pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.
Cara
melaksanakan pembelajaran terpadu diawali dari pemilihan dan pengembangan topik
atau tema yang dilakukan guru bersama peserta didik. Calon guru dan guru harus
memahami betul mengenai cara melaksanakan pembelajaran terpadu, sehingga tidak
akan salah dalam mempraktekannya.
B. Rumusan
Masalah
- Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran terpadu?
- Bagaimana eksistensi guru dan peserta didik?
- Bagaimana kebutuhan bahan ajar dan sarana prasarana penunjang?
- Bagaimanakah model evaluasi pembelajaran terpadu?
C. Tujuan
Penulisan
- Mengetahui cara melaksanakan pembelajaran terpadu.
- Mengetahui eksistensi guru dan peserta didik.
- Mengetahui kebutuhan bahan ajar dan sarana prasarana penunjang.
- Mengetahui model evaluasi pembelajaran terpadu.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Cara
Guru Melaksanakan Pembelajaran Terpadu
Didalam
praktiknya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi cara guru melaksanakan
pembelajaran terpadu. Hal ini mengakibatkan terdapatnya beraneka macam bentuk
pelaksanaan pembelajaran terpadu. Ragam ini bisa ditentukan oleh sifat materi,
yang dipadukan cara memadukan materinya, perencanaan pemaduannya, waktu
pelaksanaannya, serta dilihat dari unsure pemicunya.
Berikut
akan diuraikan ragam bentuk implementasi pembelajaran terpadu:
1. Ditinjau
dari sifat materi yang dipadukan
Jika ditinjau dari sifat
materi yang dipadukan, maka sedikitnya ada dua macam bentuk implementasi
pembelajaran terpadu, yaitu :
(1) Pembelajaran
terpadu intra bidang studi, dan
(2) Pembelajaran
terpadu antar bidang studi
Pembelajaran
terpadu dikatakan bersifat intra bidang studi jika yang dipadukan adalah
materi-materi (pokok bahasan, sub pokok
bahasan, konsep, sub konsep, ketrampilan atau nilai) dalam satu bidang studi.
Suatu pembelajaran yang memadukan materi pengukuran, rasio, pecahan, operasihitung,
misalnya adalah pembelajaran terpadu intra bidang studi matematika.
Pembelajaran yang memadukan ketrampilan menyimak, membaca, berbicara, dan
menulis misalnya, adalah pembelajaran terpadu intra bidang Bahasa Indonesia.
Sementara
itu, pembelajaran terpadu yang memadukan konsep, sub konsep, pokok bahasan, sub
pokok bahasan bidang studi yang satu dengan bidang studi-bidang studi yang
lainnya dikatakan pembelajaran terpadu antar bidang studi. Satu pembelajaran
yang memadukan Matematikadan IPA, misalnya dikatakansebagai pembelajaran
terpadu antar bidang studi Matematika dan IPA. Pembelajaran terpadu juga bias
terjadi antara IPA,IPS, Mtematika, dan Bahasa Inddonesia.
2. Ditinjau
dari cara memadukan materinya
Didalam
melaksanakan pembelajaran terpadu, guru terkadang masih memperhatikan secara
tegas batas-batas antara bidang studi dengan yang lain. Namun kadang-kadang
pula batas-batas antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain sudah sangat
samar, hampir seperti tidak ada sekat yang membatasinya. Dalam praktiknya, jika
suatu tema sudah ditetapkan, maka guru
bersama siswa mengkaji tema tersebut dari sudut pandang masing-masing bidang
studi. Berdasarkan tema tersebut, guru (bersama siswa) menentukan unsur-unsur
bidang studi yang bias dipelajari tanpa
harus ada tupang tindih dengan bidang studi yang lain. Jika suatu tema sudah
ditetapkan, misalnya “banjir”, siswa diajak mempelajari aspek matematika, aspek
IPA, aspek IPS dari banjir tersebut tanpa memperhatikan keterkaitan antara apa
yang dipelajari dalam Matematika, IPA, dan IPS.
Sementara
itu, bisa juga terjadi pembelajaran yang mengakibatkan siswa harus memadukan
secara utuh beberapa atau bahkan semua bidang studi. Siswa tidak hanya dituntut
untuk mengetahui aspek dari masing-masing bidang studi, melainkan harus
mengoperasikannya sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang utuh. Umumnya hal
ini terjadi dalam pembelajaran proyek.
3. Ditinjau
dari perencanaan panduannya
Pembelajaran terpadu ada kalanya terjadi
melalui proses perencanan yang matang, namun ada kalanya pula terjadi secara spontan. Guru dapat merancang sejak
dari awal pembelajaran terpadu yang segala aktivitasnya diarahkan untuk
menciptakan keterpaduan. Guru dapat memilih tema yang dapat menjadi payung
untuk memadukan beberpa bidang studi serta menyusun kegiatan belajar
berdasarkan tema tersebut.
Ada
kalanya guru tidak merencanakan secara matang keterpaduan antara konsep satu
dengan konsep yang lainnya, namun dalam proses belajar mengajar guru dapat
mengaitkan materi lain dengan materi yang sedang diajarkannya, sehingga
memungkinkan gurur untuk melaksanakan pembelajaran terpadu. Misalnya dalam
pembahasan konsep air di IPS dapat dikaitkan dengan konsep air di IPA.
4. Dilihat
dari waktu pelaksanaannya
Waktu pelaksanaan pembelajaran terpadu bisa
bermacam-macam. Ada yang dilaksanakan pada waktu tertentu yaitu apabila materi
yang diajarkan cocok apabila diajarkan secara terpadu. Pembelajaran terpadu
yang dilaksanakan pada waktu tertentu dikatakan pembelajaran terpadu temporer
yang jadwalnya tidak teratur. Pembelajarn tersebut bersifat situasional. Ada
juga yang pelaksanaannya secara periodik, seperti pada akhir pekan, tengah semester, atau akhir semester. Wwaktu
pelaksanaannya telah dirancang secara pasti. Selain itu, pembelajarn terpadu
dapat juga dilaksanakan seharian penuh. Selama satu hari penuh siswa belajar
sesuai dengan yang diinginkannya. Oleh karena itu, tidak perlu heran apabila
dalam pembelajaran terpadu yang demikian siswa terlihat sibuk dengan urusannya
masing-masing. Pembelajarn yang demikian dikenal dengan integrated day atau hari terpadu.
5. Dilihat
dari unsur pemicu keterpaduan
Guru dapat menganalisis kurikulum yang ada
untuk mencapai keterpaduan. Seperti membuat peta konsep dan menemukan tema
berdasarkan konsep-konsep yang saling tumpamng tindih tersebut. Dan berdasarkan
analisis tersebut, guru menyusun program ppembelajarn terpadu yang
memungkinkan. Selain itu, guru juga dapat menciptakan tema terlebih dahulu,
kemudian berdasarkan tema yang telah dipilih guru menjalankan kegiatan belajar
mengajar yang memadukan bidang-bidang studi yang berkaitan.
B.
Eksistensi
Guru dan Peserta Didik
1. Eksistensi
Guru
Pada
umumnya guru-guru yang mengajar disiplin ilmu tertentu seperti fisika, biologi,
kimia, ekonomi, sosiologi, dan geografi akan kesulitan beradaptasi ke dalam
pengintegrasian bidang yang memiliki latar belakang komprehensif, karena mereka
yang memiliki latar belakang satu bidang ilmu umumnya tidak menguasai bidang
lain, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban
guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian yang serumpun, sementara
ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap
guru masih tetap.
Untuk
itu, dalam pembelajaran terpadu dapat dilakukan dua cara, yakni:
a. Team Teaching
Pembelajaran terpadu
diajarkan dengan cara team; satu topic pembelajaran dilakukan oleh lebih dari
seorang guru. Team teaching memiliki
model bermacam-macam, mulai dari model kolaboratif, kooperatif, maupun parsial.
Kelebihan sistem ini
ialah:
(1) Pencapaian
KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa yang ahli
di dalam ilmu-ilmu di bidangnya,
(2) Pengalaman
dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh seorang guru
karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan
(3) Peserta
didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan narasumber
dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan sistem ini antara lain
adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tindakan akan saling
mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi, jika kurang persiapan
guru juga akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan semestinya
sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di kelas.
Yang terpenting adalah kerjasama
antar guru serumpun di sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai
dari silabus, RPP, hingga kesepakatan dalam penilaian.
b. Guru
Tunggal
Pembelajaran dengan
seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan, karena: (1) satu bidang ilmu
merupakan satu mata pelajaran; (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran
sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa ada konsolidasi terlebih dahulu
dengan guru lain; serta (3) tidak ada potensi saling mengandalkan.
2. Wawasan
Peserta Didik
Dilihat
dari aspek peserta didik, pembelajaran terpadu memiliki peluang untuk
pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan karena model ini
menekankan pada pengembangan kemampuan analisis terhadap konsep-konsep yang
dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi konsep dan aplikasi
konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaborative.
Selain
itu pembelajaran terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk
mengenal, menerima, menyerap, dan memahami hubungan antar konsep, pengetahuan,
dan tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan KD. Secara psikologis,
pebelajaran terpadu menggiring anak untuk berpikir secara luas dan mendalam
untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru.
Pembelajaran
terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
C.
Analisis
Kebutuhan Bahan Ajar dan Sarana Prasarana Penunjang
1. Bahan
Ajar
Sumber
belajar utama yang dapat digunkan dalam pembelajaran terpadu dapat berbentuk
teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi
lepas, atau dapat berupa lingkungan sekitar seperti lingkungan alam dan lingkungan
sosial.
Guru
dalam hal ini dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat
kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang
terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi
tersebut maka berkecenderunagn akan semakin baik pembelajaran yang
dilaksanakan.
Bahan
yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam
indikator dari KD. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara
memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari seara cermat dan mendalam
tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
2. Sarana
dan Prasarana
Dalam
pembelajaran terpadu diperlukan sarana dan prasarana yang pada dasarnya relatif
sama dengan pembelajaran lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri
dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran terpadu guru harus memilih secara jeli
media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan
yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja
terpadu.
Namun
demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan
sarana yang relative lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini
disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus
diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topic
tertentu.
D.
Model
Evaluasi Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian
Evaluasi Pembelajaran Terpadu
Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indicator.
Penilaian dilakukan dengan mengunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis
maupun lisan, pengamatan kinerja, pengkuran sikap, penilaian hasil berupa
tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penialaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesimbungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Pada
pembelajaran terpadu peran evaluasi tidak berbeda dengan pembelajaran
konvensioanal., oleh karenanya berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam
mengevaluasai kegiatan pembelajaran baik menggunakan pendekatan terpadu maupun
konvensional adalah sama. Evalusi pembelajaran terpadu diarahkan pada evaluasi
dampak instruksional ( instructional
effects) dan dampak pengiring
(nurturant effects), seperti halnya kemampuan bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain.
Dengan demikian,
dari segi pertahapan, evaluasi dapat dilakuakan baik pada tahap
perencanaan maupun pada tahap
pelaksanaan. Sedangkan dari segi sasaran, evaluasi difokuskan pada proses
maupun produk pembelajaran. Evaluasi proses belajar adalah upaya pemberian
nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta
didik, sedangkan evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Evaluasi proses
menggunakan instrument nontes., sedangkan evalusi produk menggunakan instrument
tes. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi –
kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai
yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Penilaian proses dan
hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, karena hasil belajar
merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Cukupan evaluasi pembelajaran terpadu dapat disusun
dalam matriks sebagai berikut:
Tahapan sasaran (Target)
|
Perencanaan (Planning)
|
Pelaksanaan (Action)
|
Proses
|
Bagaimana siswa
berpatisipasi dalam menentukan tema-tema terkait.
|
Bagaimana aktivatitas
dinamika interasksi dan kemampuan berpikir siswa.
|
Produk
|
Bagaimana reaksi siswa
terhadap rencana yang telah disusun:
ü Aspek kognisi intelektual
ü Aspek social
ü Aspek pribadi dan lainnya sebagai dampak
instruksional (instructional effects) maupun dampak pengiring ( nurturant
effects)
ü Aspek-aspek lain
|
Perubahan/perkembangan
perilaku apa yang terjadi pada siswa.
|
Berdasarkan cakupan evaluasi tersebut, terlihat
bahwa evaluasi pembelajaran terpadu
bersifat multidimensional, berlangsung dalam konteks yang alami,
kolaboratif pada perkembangan intelektual siswa serta lingkungan.
Pada pembelajaran terpadu penekanan evaluasi
terletak pada proses maupun hasil. Kegiatan evaluasi dimulai dengan pengamatan
lansung yang bersifat informal sampai kepada tes formal yang valid dan reliable.
2. Metode,
Teknik, Bentuk, dan Instrumen Evaluasi
a. Metode
Evaluasi
Metode yang dapat dipergunakan dalam mengevaluasi
proses dan produk pembelajaran terpadu meliputi observasi, dokumentasi berkala,
dialog siswa- guru, evaluasi diri siswa-guru (self assessment), tes dan ujian.
b. Teknik
Evaluasi
Teknik penilaian merupakan cara yang digukana untuk
melaksanakan penilaian tersebut. Teknik yang dapat diterapkan untuk jenis
bagian tes meliputi : 1)kuis dan 2) tes harian
Untuk jenis tagian nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan antara lain:
1) observasi, 2)angket, 3) wawancara 4)
tugas, (5 proyek, 6) portofolio.
c. Bentuk
Evaluasi
Bentuk evaluasi merupakan alat yang digunakan dalam
melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta
didik. Bentuk-bentuk instrument yang dikelompokan menurut jenis tagian dan
teknis penilaian adalah:
1) Tes: isian,benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda,
uraian dan unjuk kerja.
2) Non tes: panduan obser kuisioner, panduan
wawancara, dan rubrik.
d. Instrumen
Evaluasi
Instrumen merupakan alat yang diguanakan untuk
mengukur tingkat ketercapaian kompetensi. Apabila penilai menggunakan teknik
tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek , harus
disertai rubric penilaian.
Jenis penialain terpadu terdiri batas tes dan bukan
tes. Sistem dengan penilaian menguunakan tes merupakan sistem penilaian
konversional. Sistem ini dirasa kurang
dapat menggambarkan kemamapuan peserta didik secara menyeluruh , karena
hasilnya digambarkan dalam bentuk angka untuk melengkapi gambaran maka di
lengkapi non tes.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ragam bentuk implementasi pembelajaran terpadu:
a. Dilihat dari segi sifat materi yang dipadukan
b. Dilihat dari cara memadukan materi.
2. Eksistensi guru dalam pembelajaran terpadu ada dua
cara:
a.
Team Teaching
b.
Guru Tunggal
3. Siswa harus aktif dilibatkan dalam pembelajaran.
4. Guru harus kreatif dalam menentukan bahan ajar.
5. Pembelajaran terpadu memerlukan sarana dan
prasarana yang lebih banyak daripada pembelajaran monolitik.
6. Evaluasi pembelajaran terpadu diarahkan pada
evaluasi dampak instruksional (
instructional effects) dan dampak pengiring
(nurturant effects), seperti halnya kemampuan bekerja sama, menghargai
pendapat orang lain,
B.
Saran
Para calon pendidik dan pendidik hendaknya memahami
tentang cara melaksanakan pembelajaran terpadu agar dalam melaksanakan
pembelajaran terpadu tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisno. 2010. Evaluasi
dalam Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Diunduh pada tanggal 16 Maret
2012 pada https://docs.google.com/gview?url=http://jurnal-teknologi-pendidikan.tp.ac.id/evaluasi-dalam-pembelajaran-terpadu-di-sekolah-dasar.pdf&embedded=true.
Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D2 PGSD dan S2 Pendidikan Dasar. Departemen
Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran
Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
LAMPIRAN
NO
|
Nama Penanya & Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Tri Susanti
- Bagaimana perbedaan antara antarbidang studi dan
inter bidang studi
|
Oleh: Tri Teguh Nani N
- Pembelajaran
terpadu dikatakan bersifat intra bidang studi jika yang dipadukan adalah
materi-materi (pokok bahasan, sub
pokok bahasan, konsep, sub konsep, ketrampilan atau nilai) dalam satu bidang
studi. Sementara itu, pembelajaran terpadu yang memadukan konsep, sub konsep,
pokok bahasan, sub pokok bahasan bidang studi yang satu dengan bidang
studi-bidang studi yang lainnya dikatakan pembelajaran terpadu antar bidang
studi.
|
2
|
Sofyan Harseno
- Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode
penilaian observasi dan dokumentasi berkala!
- Apakah perbedaan antara pembelajaran terpau
dengan pembelajaran tematik?
|
Oleh: Resti
Mulyati
- Yang dimaksud dengan metode penilaian observasi
adalah guru menilai/mengevaluasi siswa dengan cara mengamati hasil pekerjaan
siswa, untuk memahami pola berpikir siswa. Sedangkan dokumentasi berkala adalah
penilaian dengan merekam suatu kejadian penting. Bisa dilakukan dengan
merekam pembelajaran dengan alat modern atau hanya dengan membuat lembar
pengamatan keaktifan siswa, dan sebagainya.
Oleh Titis P
-
Pembelajaran terpadu berbeda dengan pelajaran tematik, yaitu suatu
pembelajaran terpadu tidak dapat dikatakan bahwa itu adalah pembelajaran
tematik. Tetapi pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpau dilaksanakan di kelas tinggi sedangkan tematik di kelas
rendah.
|
3
|
Siti Zubaedah
- Bagaimana penyikapan guru terhadap pembelajaran
terpadu terkait dengan perubahan kurikulum dari KTSP menuju Kurikulum 2013?
|
Oleh Resti Mulyati
-
Seperti yang kita ketahui, dalam kurikulum 2013, silabus telah
dipersiapkan oleh peerintah, maka dari itu tidak perlu ada penyikapan yang
berlebihan. Tetapi, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pematangan guru
dalam pemahaman kurikulum 2013 adalah dengan mengadakan pelatihan/seminar
mendatangkan narasumber/ahli dari dinas pendidikan, mengirimkan guru untuk
mengikuti seminar mengenai perubahan kurikulum, agar guru paham betul dengan
perubahan apa yang terjadi dan langkah apa yang harus dilakukan.
|
memudahkan menyampaiakan mater
BalasHapusmemudahkan menyampaiakan mater
BalasHapus