BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.Analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats) telah menjadi salah satu alat yang berguna
dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup kemungkinan untuk digunakan
sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan dalam pengenalan
program-program baru di lembaga pendidikan. Proses penggunaan manajemen
analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program, serta
survei eksternal atas opportunities
(ancaman) dan threats
(peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah
sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga
pendidikan.
Lingkungan
eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah lembaga pendidikan.
Selama dekade terakhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga ekonomi, masyarakat,
struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan pada
perubahan-perubahan baru. Strategi-strategi baru yang
inovatif harus dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akan
melaksanakan tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang
khususnya pada abad 21 dan setelahnya.
Di dalam makalah
ini akan dikupas beberapa hal mengenai SWOT antara lain: pengertian SWOT,
faktor-faktor SWOT, kegunaan SWOT, hubungan SWOT, dan contoh aplikasi SWOT.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu analisis SWOT?
2.
Apa faktor-faktor
Analisis SWOT?
3.
Apa kegunaan Analisis SWOT?
4.
Bagaimana hubungan antara Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT?
5.
Bagaimana contoh aplikasi SWOT itu?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui pengertian SWOT secara umum
dan mampu menjelaskannya.
2. Mengetahui
faktor-faktor dalam Analisis SWOT.
3.
Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.
4.
Mampu menjelaskan hubungan antara Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam analisis SWOT.
5.
Mampu menyebutkan contoh aplikasi SWOT.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Analisis SWOT
Analisis
SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.wordpress.
com/2012/12/13/analisis-swot/, analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis
yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta kesempatan
ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong
para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang
melakukan penelitian di Stamford
University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber
dalam Fortune500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini
telah ada sejak tahun 1920-an
sebagai bagian dari Harvard Policy Model
yang dikembangkan di Harvard Business School. Namun, pada saat
pertama kali digunakan terdapat beberapa kelemahan
utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat deskriptif serta belum
bahkan tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin bisa dikembangkan dari analisis
kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Hasil analisis biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk
mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada,
sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan
benar, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan
atau tidak terlihat selama ini.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan
sangat subjektif, karena bisa jadi dua orang yang menganalisis sebuah
organisasi akan memandang berbeda keempat bagian tersebut. Hal ini wajar
terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah analisis yang akan memberikan output
berupa arahan dan tidak memberikan solusi “ajaib” dalam sebuah
permasalahan.
Analisa
SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik
SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada,
bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman
(threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan
(weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisis
SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi
dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat
kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis
SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik
faktor internal maupun eksternal.
Dalam
melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi dan faktor-faktornya, maka berlaku
ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal
memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan
sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal.
Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak memenuhi
kriteria kesiapan minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal
atau ancaman bagi faktor eksternal.
Untuk
menentukan kriteria kesiapan, diperlukan kecermatan, kehati-hatian,
pengetahuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan
yang tepat. Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan
faktor eksternal yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut
persoalan. Selama masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan,
maka sasaran yang telah ditetapkan diduga tidak akan tercapai. Oleh karena itu,
agar sasaran dapat tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah
fungsi tidak siap menjadi siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah
pemecahan persoalan, yang pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi
kelemahan atau ancaman agar menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah
diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah selanjutnya
adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni tindakan
yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap
dan mengoptimalkan fungsi yang telah dinyatakan siap.
Oleh
karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di
sekolah tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai
langkah pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan
yang sama.
B.
Faktor-faktor Analisis SWOT
Analisis SWOT
terdiri dari empat faktor, yaitu:
1.
Strengths (kekuatan)
Faktor-faktor
kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika sebuah
lembaga pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang
bisa disalurkan bagi perserta didik, lulusan terbaik atau hasil andalan, maupun
kelebihan-kelebihan lain yang dapat membuat sekolah tersebut unggul dari
pesaing-pesaingnya serta dapat memuaskan steakholders maupun
pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh dari
bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra yang
positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan kepercayaan
berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga pendidikan di
era otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber daya manusia yang secara
kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan
pendidikan yang sangat tinggi, didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang
cukup memadai. Hal lain dari faktor keunggulan lembaga pendidikan adalah
kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat
tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga
pendidikan yang agamis.
Bagi sebuah
lembaga pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar lembaga tersebut sebagai
langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis kualitas tinggi
merupakan hal yang sangat penting. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi
adalah sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan.
2.
Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah
hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting adalah bagaimana
sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa meminimalisasi
kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut menjadi satu sisi
kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain. Kelemahan ini dapat
berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan tenaga
pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil lulusan
dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain
Oleh karena itu,
ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola
pendidikan, antara lain yaitu:
a.
Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b.
Sarana dan prasarana yang masih sebatas
pada sarana wajib saja
c.
Lembaga pendidikan swasta yang pada
umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan
yang dihadapi sekarang ini.
d.
Output
pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing dengan output
lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3.
Opportunities (peluang)
Peluang adalah
suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan menjadi formulasi
dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan tersebut misalnya:
a.
Kecenderungan penting yang terjadi
dikalangan peserta didik.
b.
Identifikasi suatu layanan pendidikan
yang belum mendapat perhatian.
c.
Perubahan dalam keadaan persaingan.
d.
Hubungan dengan pengguna atau pelanggan
dan sebagainya.
Peluang
pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan antara lain yaitu:
a.
Di era yang sedang krisis moral dan
krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran serta pendidikan agama yang lebih dominan.
b.
Pada kehidupan masyarakat kota dan
modern yang cenderung konsumtif dan hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa,
sehingga kajian-kajian agama berdimensi sufistik kian menjamur. Ini menjadi
salah satu peluang bagi pengembangan lembaga pendidikan ke depan.
c.
Secara historis dan realitas, mayoritas
penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di
seluruh dunia. Ini adalah peluang yang sangat strategi bagi pentingnya
manajemen pengembangan lembaga pendidikan.
4.
Threats (ancaman)
Ancaman
merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah
ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau penghambat
bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri. Contoh ancaman
tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun, motivasi belajar peserta
didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan
tersebut dan lain-lain.
C.
Kegunaan
Analisis SWOT
Secara umum,
analisis SWOT dipakai untuk:
1.
Menganalisis kondisi diri dan lingkungan
pribadi
2.
Menganalisis kondisi internal lembaga
dan lingkungan eksternal lembaga
3.
Menganalisis kondisi internal perusahaan
dan lingkungan eksternal Perusahaan
4.
Mengetahui sejauh mana diri kita di
dalam lingkungan kita
5.
Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara
lembaga-lembaga lain
6.
Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para pesaingnya.
D.
Hubungan
antara Strength, Weaknesses,
Opportunities, dan Treaths dalam
Analisis SWOT
Sebuah
lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan ketika
kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena itu
lembaga pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara
maksimal, mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan
lembaga pendidikan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan
manajemen lembaga pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka
upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil
yang diinginkan.
Analisis
SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik SWOT, matrik
ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan
strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO
(memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST
(menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut
Afhie, 2012 dalam http://afhie-cirebon.blogspot.com/2012/
12/penerapan-analisis-swot-pada-lembaga.html hubungan antara
Strength, Weaknesses, Opportunities, dan
Treaths dalam analisis SWOT dapat
digambarkan melalui bagan berikut ini
HUBUNGAN
|
S
(KEKUATAN)
|
W
(KELEMAHAN)
|
O
(PELUANG)
|
Sebuah lembaga pendidikan harus dapat menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang dan sebaliknya memanfaatkan peluang dan menjadikannya
sebagai sebuah kekuatan (Strength).
|
Peluang digunakan untuk menekan
berbagai macam kelemahan-kelamahan yang ada atau dengan kata lain
menghilangkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang
|
T
(ANCAMAN)
|
Menggunakan kekuatan untuk menghindari
ancaman.
|
Suatu lembaga pendidikan, sebelum
datangnya sebuah ancaman lembaga pendidikan tersebut harus bisa menutupi
kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya dengan kekuatan dan peluang.
|
Sedangkan
menurut Said, 2013 dalam http://saidsite.blogspot.com/2011/05/
analisa-swot.html menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan
Treaths dalam analisis SWOT adalah
sebagai berikut
1.
Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa digunakan
untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu
kekuatan (strenghth) atau distinctive competence hanya akan
menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan
tersebut terkait dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat
kekuatan yang memiliki core competence
yang sama, maka kekuatan harus
diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi
tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang
dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan
karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite
dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk
diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh
pada lingkungan sekitar.
2.
Peluang dan Ancaman.
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan
analisis internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness)
dengan analisis internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan,
peluang juga harus diranking berdasarkan success
probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target
dan strategi institusi.
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a.
Low, jika memiliki daya tarik
dan manfaat yang kecil dan peluang pencapaiannya juga kecil.
b.
Moderate, jika memiliki daya tarik
dan manfaat yang besar namun peluang pencapaian kecil atau sebaliknya.
c.
Best, jika memiliki daya tarik
dan manfaat yang tinggi serta peluang tercapaianya besar.
Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan (persaingan) dan
tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan
pengaruhnya (seriousness) dan
kemungkinan terjadinya (probability of
occurance). Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.
Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang
kemungkinan terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini,
diperlukan beberapa planning yang
harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b.
Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang
dampaknya kecil dan kemungkinan terjadinya kecil
c.
Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi
tingkat keparahan yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan
sebaliknya.
Dari
hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi dilihat dari
keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai berikut:
a.
Suatu
institusi dikatakan unggul jika memiliki major
opportunity yang besar dan major
threats yang kecil.
b.
Suatu
institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats
pada saat yang sama.
c.
Suatu
institusi dikatakan mature jika
memiliki low opportunity dan low threat.
d.
Suatu
institusi dikatakan in trouble jika
memiliki low opportinity dan high threats.
Tidak
ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling utama adalah
membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan terlihat
keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.
E. Contoh Aplikasi Analisis SWOT
Sebagai contoh, untuk
sasaran pertama, yaitu rata-rata GSA mencapai minimal +0,40 maka harus
ditentukan fungsi-fungsi apa saja berikut faktor-faktornya yang berperan
penting dalam mencapai sasaran tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi diri dan
pengalaman sebelumnya, diidentifikasi bahwa fungsi yang berperan untuk
meningkatkan GSA adalah fungsi proses belajar mengajar yang didukung oleh
fungsi ketenagaan, dan fungsi sarana belajar.
Berdasarkan pada
fungsi-fungsi yang telah diidentifikasi, maka perlu ditemukan faktor apa saja
yang berpengaruh, baik faktor internal maupun eksternal dalam fungsi tersebut
dan kemudian masukkan ke dalam tabel analisis SWOT. Oleh karena sekolah
memiliki lebih dari satu sasaran, maka setiap sasaran yang telah ditentukan
harus dianalisis melalui analisis SWOT.
Berikut dijelaskan
dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 5 Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual, contoh melakukan analisis SWOT untuk dua sasaran
pertama yang ditentukan sekolah “X” pada tahun 2002/2003 serta fungsi dan
faktor-faktornya yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Analisis SWOT untuk
sasaran-1, yaitu peningkatan GSA minimal +0,40 ditunjukkan pada Tabel-1,
sedangkan untuk sasaran-2, yaitu menjadi finalis pada turnamen bola voli tingkat
Kota ditunjukkan pada Tabel-2.
Tabel-1.
Analisis SWOT untuk Sasaran-1:
Peningkatan
GSA minimal +0,40
Fungsi
dan Faktornya
|
Kondisi
Kesiapan (Kondisi Ideal)
|
Kondisi
Nyata
|
Tingkat
Kesiapan Faktor
|
|
Siap
|
Tidak
|
|||
A.
Fungsi Proses
Belajar Mengajar
(PBM)
|
||||
1.
Faktor Internal
a.
Motivasi belajar siswa
b.
Perilaku siswa
c.
Motivasi guru
d.
Pemberdayaan siswa
e.
Keragaman metode mengajar
f.
Penggunaan waktu belajar
2.
Faktor eksternal
a.
Kesiapan siswa menerima pelajaran
b.
Dukungan orangtua
c.
Lingkungan sosial sekolah
d.
Lingkungan fisik sekolah
|
· Tinggi
· Disiplin
dan tertib di dalam kelas
· Tinggi
· Guru
mampu memberdayakan siswa
· Bervariasi
· Efektif
· 100%
· Tinggi
· Kondusif
· Nyaman/tenang
|
· 60%
siswa memiliki motivasi tinggi
· Kurang
disiplin dan kurang tertib
· Cukup
tinggi
· Kurang
mampu
· Tidak
banyak variasi
· Kurang
efektif
· 50%
· Tinggi
· Kurang
kondusif
· Gaduh/ramai
|
√
√
√
|
√
√
√
√
√
√
√
|
B.
Fungsi Pendukung PBM-
Ketenagaan
|
||||
1.
Faktor Internal
a.
Jumlah guru
b.
Kualifikasi pendidikan guru
minimal D-3
c.
Kesesuaian ijazah dengan mata
pelajaran yang diampu guru
d.
Beban mengajar guru
2.
Faktor eksternal
a.
Pengalaman mengajar guru
b.
Kesiapan mengajar guru
c.
Fasilitas pengembangan diri
|
· Cukup
· Semua
guru pendidikan guru minimal D-3
· 100%
sesuai
· Rata-rata
18 JP
· Rata-rata
2-5 tahun
· 100%
· Tersedia
|
· Cukup
· 60%
minimal D-3
· 70%
sesuai\
· Rata-rata
22 JP
· Rata-rata
6 tahun
· 80%
· Kurang
lengkap
|
√
√
√
√
√
|
√
√
|
C.
Fungsi Pendukung PBM-
Sarana Belajar
|
||||
1.
Faktor internal
a.
Buku setiap mata pelajaran
b.
Jumlah buku penunjang
c.
Jumlah lemari dan rak buku
d.
Kebersihan dan kerapihan ruang
perpustakaan
e.
Pengelola perpustakaan
f.
Dana pengembangan perpustakaan
2.
Faktor eksternal
a.
Dukungan orangtua dalam
melengkapi perpustakaan
b.
Kerjasama dengan perpustakaan
lain yang lengkap
c.
Kesesuaian buku penunjang dengan
potensi daerah dan perkembangan iptek
|
· Cukup
dan lengkap
· Cukup
dan lengkap
· Cukup
· Bersih
dan rapih
· Ada
dan mampu
· Tersedia
dan cukup
· Mendukung
· Ada
kerjasama
· Tinggi
tingkat kesesuaiannya
|
· Kurang
lengkap
· Kurang
lengkap
· Kurang
· Cukup
· Kurang
mampu
· Tidak
tersedia
· Mendukung
· Tidak
ada
· Rendah
tingkat kesesuaiannya
|
√
√
|
√
√
√
√
√
√
√
|
Tabel-2.
Analisis SWOT untuk Sasaran-2:
Menjadi
finalis turnamen bola voli tingkat Kota
Fungsi
dan Faktornya
|
Kondisi
Kesiapan (Kondisi Ideal)
|
Kondisi
Nyata
|
Tingkat
Kesiapan Faktor
|
|
Siap
|
Tidak
|
|||
A.
Faktor Ketenagaan
|
||||
1. Faktor
Internal
a.
Jumlah guru olahraga
b.
Kemampuan guru olahraga dalam
bola voli
c.
Motivasi guru
2. Faktor
eksternal
a.
Pengalaman sebagai pelatih
b.
Dukungan orangtua
c.
Fasilitas pengembangan diri
|
· Cukup
· Tinggi
· Tinggi
· Cukup
· Tinggi
· Ada
|
· Cukup
· Tinggi
· Cukup
tinggi
· Kurang
· Tinggi
· Tidak
ada
|
√
√
√
√
|
√
√
|
B.
Fungsi Prasarana
|
||||
1. Faktor
Internal
a.
Lapangan bola voli di sekolah
b.
Alat pendukung olahraga bola voli
(net, bola)
c.
Perawatan prasarana dan sarana
2. Faktor
eksternal
a.
Dukungan orangtua siswa dalam
peningkatan mutu lapangan voli
b.
Lapangan bola voli di tingkat
Kota/Kecamatan
|
· Tersedia
dan layak pakai
· Tersedia
dan layak
· Terawat
dengan baik
· Tinggi
· Tersedia
dan layak pakai
|
· Tersedia
dan kurang layak pakai
· Tersedia
dan kurang layak
· Terawat
baik
· Cukup
· Tersedia
dan kurang layak pakai
|
√
√
|
√
√
√
|
C.
Fungsi Siswa
|
||||
1. Faktor
internal
a.
Pemberdayaan siswa
b.
Alokasi waktu pelatihan
c.
Penggunaan waktu latihan
2. Faktor
eksternal
a. Kesiapan
siswa dalam menerima pelatihan
b. Pelatih
yang berpengalaman
c. Uji
tanding dengan sekolah lain
d. Dukungan
orangtua siswa dalam pelatihan
|
· Guru
mampu memberdayakan siswa
· 3x
seminggu
· Efektif
· 100%
· Tersedia
· 1x
sebulan
· Tinggi
|
· Cukup
mampu
· Kurang
1x seminggu
· Kurang
efektif
· 80%
· Tidak
ada
· Tidak
pernah
· Tinggi
|
√
√
√
|
√
√
√
√
|
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat
diidentifkasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir
semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah
siswa kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak
banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang
digunakan kurang efektif, sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya
siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang
pulang. Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan
ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.
Selanjutnya
untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari
alternatif-alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1.
Pengaktifan kegiatan MGMP sekolah
Berdasarkan
pada hasil analisis, disebutkan bahwa jumlah guru cukup tetapi suasana belajar
belum cukup kondusif akibat metode mengajar guru kurang bervariasi. Melalui
MGMP sekolah diharapkan dapat mengatasi persoalan, termasuk bagaimana menyiasati
kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta
menemukan berbagai variasi metode dalam mengajarkan setiap mata pelajaran yang
diajarkan. Kegiatan ini di bawah koordinasi Wakil Kepala Sekolah bidang
Kurikulum dan untuk setiap matapelajaran dipimpin oleh guru senior yang
ditunjuk oleh Kepala Sekolah. MGMP minimal bertemu satu kali per minggu guna
menyusun strategi pengajaran dan mengatasi masalah yang muncul.
MGMP
sekolah juga menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar sekolah.
Evaluasi kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk
menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan MGMP sekolah yang dilakukan dengan
intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk
meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang yang diajarkan, terutama ditujukan untuk guru-guru
yang mengajar bukan bidangnya (teacher
mismatch).
2.
Pengiriman guru mengikuti pelatihan
Sebagai
alternatif, sekolah dapat mengirimkan guru-guru secara bergiliran untuk
mengikuti pelatihan pada lembaga yang dianggap potensial dan berpengalaman.
Pengiriman guru ini, dimaksudkan untuk memberikan tambahan pengetahuan dan
keterampilan guru, baik dalam bidang keahlian/substansi, metode pengajaran,
maupun berbagai metode evaluasi, setelah melalui proses identifikasi kebutuhan
yang dilakukan secara cermat oleh sekolah. Program ini dapat mendorong sekolah
untuk mengalokasikan sebagian anggarannya untuk peningkatan SDM, yang selama
ini belum secara optimal dilakukan.
Selain
itu, untuk mengatasi kelemahan tersebut, sekolah melalui kegiatan MGMP dapat
mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk membantu
guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan
masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai metode pengajaran untuk menemukan
cara yang paling sesuai dalam memberikan materi mata pelajaran tertentu.
3.
Peningkatan disiplin siswa
Berdasarkan
hasil analisis, dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik dalam mengikuti
aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti pelajaran dan
mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif. Diperlukan
adanya peningkatan disiplin siswa untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih
kondusif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Adanya
dukungan guru yang cukup, sekolah dapat membuat aturan dan tata tertib yang
baik dan memadai. Tata tertib yang dibuat dan disepakati tersebut harus ditaati,
khususnya oleh siswa dan warga sekolah lainnya, termasuk guru, karyawan, dan
juga kepala sekolah. Aturan tersebut dapat meliputi tata tertib waktu masuk dan
pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di kelas serta mengikuti pelajaran
yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah lainnya.
Dengan
meningkatnya disiplin siswa, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas jam
belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim
belajar yang lebih kondusif untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
4.
Pembentukan kelompok diskusi terbimbing
Kelompok
diskusi terbimbing ini dibentuk untuk mengatasi siswa yang kurang persiapan
untuk belajar di sekolah. Kegiatan diskusi ini, minimal 1 kali per minggu untuk
setiap mata pelajaran di luar jam pelajaran sekolah. Pembentukan kelompok
dilakukan oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dalam setiap kegiatan diskusi
dapat dihadirkan narasumber yang berasal dari guru, alumni, atau orang lain
yang dianggap ahli dalam mata pelajaran yang berkaitan dan bertempat tinggal di
sekitar kelompok tersebut berada.
Adanya
dukungan orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar, memberikan peluang dan
kesempatan melaksanakan kegiatan kelompok diskusi, yaitu setiap kali pertemuan
dapat menggunakan rumah anggota kelompok secara bergiliran. Setiap kelompok
diskusi menunjuk pemimpin kelompok dan guru pembimbingnya.
Untuk
keperluan pengembangan materi pada MGMP sekolah, setiap guru pembimbing dapat
menyampaikan hasil diskusi kelompok, sehingga terjadi saling tukar pengalaman
dan saling membantu bila terjadi kesulitan. Kelompok diskusi terbimbing ini,
sebaiknya melibatkan guru pembimbing (BK), khususnya untuk meningkatkan
motivasi siswa serta membimbing siswa untuk menghindari pengaruh pergaulan
sosial yang negatif.
5.
Peningkatan pengadaan buku
Dari
hasil analisis, ternyata sekolah masih memerlukan buku-buku bacaan wajib maupun
penunjang untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Pengadaan buku pustaka
diarahkan untuk mendukung kegiatan guru mengajar, termasuk kegiatan MGMP
sekolah dan mendukung belajar siswa. Untuk mendukung kegiatan guru, diadakan
buku-buku pedangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan untuk mendukung
belajar siswa, diadakan buku-buku yang diperlukan siswa untuk pendalaman materi
ebtanas.
Pengadaan
buku-buku tersebut hendaknya dimulai dengan melakukan identifikasi buku-buku
yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dan mencatat buku-buku yang tidak ada atau
tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Berbagai cara dapat dilakukan untuk memenuhi
kekurangan buku-buku tersebut, antara lain dengan mengadakan kerjasama dengan
perpustakaan pada instansi lain yang mempunyai potensi untuk membantu pengadaan
buku sekolah, atau sekolah dapat membeli buku-buku tersebut secara langsung
apabila tersedia dana untuk pengembangan perpustakaan.
6.
Peningkatan layanan perpustakaan
Di
samping pengadaan buku-buku, perlu diupayakan peningkatan pengetahuan dan
keterampilan pengelola perpustakaan untuk meningkatkan layanan perpustakaan.
Apabila dimungkinkan, sekolah dapat memberikan kesempatan untuk mengikuti pelatihan
singkat bagi pengelola perpustakaan. Hal yang lebih penting sekolah
memperhatikan peningkatan dan pengembangan perpustakaan untuk dapat menyediakan
buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan keperluan guru dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini dapat berarti sekolah
memiliki kewajiban untuk memperhatikan penyediaan anggaran perpustakaan yang
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki sekolah.
Pada
sasaran kedua, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi
untuk mencapai sasaran menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten dalan bidang
olahraga bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang intensif dan tidak ada
pengalaman guru dalam melatih bola voli secara profesional serta sekolah tidak
pernah melakukan uji-tanding ke sekolah lain. Di samping itu, terbatasnya
fasilitas pengembangan olahraga bola voli pada tingkat Kecamatan maupun Kota
dan kondisi lapangan bola voli di sekolah dalam keadaan rusak sebagian.
Berbagai peralatan olahraga voli yang dimiliki sekolah juga masih kurang,
termasuk bola voli. Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan atau ancaman
tersebut, sekolah melakukan beberapa langkah sebagai alternatif untuk
memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1.
Pengaktifan tim bola voli sekolah
Hasil
analisis menyebutkan bahwa minat siswa terhadap olahraga bola voli cukup
tinggi, ditandai dengan cukup banyak siswa (hampir 80%) yang siap mengikuti
pelatihan olahraga ini. Sementara latihan yang diadakan sekolah kurang dari 1x
seminggu atau bahkan tidak ada latihan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa
sekolah kurang memberi perhatian yang tinggi terhadap olahraga bola voli,
walaupun banyak siswa yang berminat untuk mengikutinya.
Untuk
itu, diperlukan penggalakan kegiatan olahraga bola voli dengan mengaktifkan kembali
tim voli pada tingkat sekolah, melalui sosialisasi dan pembentukan tim kelas
atau gabungan beberapa kelas dengan harapan memperoleh bibit pemain yang baik.
2.
Peningkatan prasarana dan sarana
olahraga bola voli
Hasil
analisis menyebutkan bahwa lapangan yang ada kondisinya sudah sangat jelek dan
memerlukan perbaikan atau renovasi, termasuk penambahan sejumlah alat pendukung
lainnya, seperti tiang, net, dan bola. Lapangan olahraga sebagai salah satu
unsur penting dalam peningkatan prestasi perlu mendapat perhatian sekolah
secara sungguh-sungguh. Dengan lapangan yang memadai dan bentuk yang standar
akan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti latihan yang diadakan oleh
sekolah dan juga dapat menjadikan siswa bangga memiliki sekolah dengan lapangan
olahraga yang baik. Untuk itu sekolah perlu memberikan porsi anggaran yang
cukup dalam rangka melakukan renovasi
lapangan dan mengalokasikan anggaran untuk membeli peralatan yang kurang atau
tidak ada sebelumnya, tetapi sangat diperlukan.
3.
Peningkatan waktu latihan dan
uji-tanding
Pada
fungsi pelatihan, terdapat banyak kelemahan dan tantangan untuk menjadikan tim
bola voli sekolah masuk menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten,
diantaranya adalah waktu latihan yang kurang banyak dan tidak efektif, karena
pelatihan selama ini hanya sekedar memenuhi kegiatan rutin dan tidak memiliki
target mutu. Untuk itu, program latihan perlu ditingkatkan lebih intensif lagi,
misalnya dengan meningkatkan latihan menjadi 3x dalam seminggu dan menyusun
program uji-tanding dengan sekolah lain sebanyak 1x sebulan. Uji-tanding dengan
sekolah lain yang telah memiliki tim yang kuat, dapat memberikan pengalaman dan
memupuk keberanian tim sekolah saat nanti mengikuti turnamen yang sebenarnya.
4.
Pelatih dari luar sekolah
Hasil
analisis menyebutkan bahwa sekolah tidak memiliki pelatih yang memabg
berpengalaman dalam cabang olahraga bola voli. Pelatih yang ada hanya guru
olahraga yang secara rutin memberikan latihan dengan teknik yang masih
konvensional dan belum mempunyai pengalaman bertanding di luar daerah. Hal itu
dapat dipahami, karena tidak semua guru olahraga dapat menjadi pelatih yang
baik untuk satu cabang olahraga tertentu. Untuk itu, dirasa perlu untuk
mendatangkan pelatih dari luar yang memiliki pengalaman bertanding dan mampu
memberikan cara-cara terbaik dalam bermain bola voli.
F.
Studi Kasus
SD XXX merupakan salah satu SD Negeri di
kota XXX. Sejak didirikannya SD XXX sekitar 30 tahun yang lalu, sekolah
tersebut merupakan sekolah yang sangat diperhitungkan dan menjadi incaran oleh
orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tetapi, sejak lima tahun terakhir
ini prestasi sekolah tersebut mulai menurun. Semakin lama keberadaan sekolah
tersebut semakin menghilang dari berbagai ajang kegiatan kurikuler maupun
ekstrakurikuler di kota XXX. Hubungan antarguru kurang harmonis bahkan muncul
kecurigaan baik di antara kepala sekolah dengan guru maupun guru dengan guru.
Sebagian orang tua menarik anaknya dari sekolah tersebut dan memindahkan ke
sekolah lain.
Sebagai seorang yang
memahami ‘entrepreneurship’ di bidang
pendidikan, misalkan saya direkrut oleh Dinas Pendidikan Kota
XXX sebagai konsultan untuk membenahi sekolah tersebut maka saran-saran untuk
memperbaiki SD XXX tersebut dapat diberikan melalui analisis dan
penjelasan singkat berikut ini.
Berdasarkan kasus
yang dikemukakan di atas, sebagai seorang konsultan akan memberikan berbagai
saran/masukan demi pembenahan dan pemulihan kualitas sekolah tersebut.
Kapasitas sebagai konsultan yang dimaksud di sini adalah seorang profesional
yang ahli dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya untuk terapi ‘penurunan
kualitas’ sebuah institusi pendidikan. SD XXX adalah sekolah yang secara
sosiogeografis berada di sebuah perkotaan, tentu saja kota besar. Jika jumlah
sekolah mencapai 74, umumnya hanya ada di kota besar. Berbagai saran yang
diberikan oleh konsultan ke depan harus selalu mempertimbangkan sekolah
tersebut sebagai salah satu sekolah di kota modern. Selain itu, SD XXX juga merupakan
sekolah tua. Konsultan perlu mempertimbangkan para alumni yang tersebar di
berbagai pelosok untuk mengembalikan kualitas sekolah tersebut seperti sedia
kala.
SD XXX di Kota XXX
adalah sebuah sekolah yang memiliki permasalahan serius, terutama dalam hal
perilaku kepala sekolah, guru, dan siswa. Berbagai perilaku negatif ini dapat
diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak baik dalam tataran manajemen sekolah.
Beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut.
1. Sebagai konsultan resmi yang
ditunjuk harus mencari dokumen resmi dan memahami dengan baik sejarah sekolah,
riwayat prestasi sekolah, dan melakukan berbagai analisis SWOT dari sekolah
tersebut selama 30 tahun terakhir. Hasil dari observasi dan analisis ini akan
menjadi dasar bagi konsultan untuk memetakan perubahan sekolah tersebut menuju
kualitas yang lebih baik.
2. Melakukan konsultasi manajemen
pendidikan dengan pihak dinas pendidikan dalam upaya perubahan sistem manajemen
dan struktur di sekolah tersebut. Jika kepala sekolah (sebagai manajer)
saja sudah tidak memiliki hubungan yang baik dengan orang yang
dipimpinnya (bawahannya), maka ini adalah
pertanda manajemen yang tidak harmonis. Penggantian kepala sekolah perlu segera
dilakukan untuk memperoleh manajer yang lebih muda dan memiliki semangat dan
visi yang jelas.
3. Mengupayakan adanya keterlibatan para alumni untuk kembali memperhatikan
almamaternya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa SD XXX telah terpuruk, publik
sudah mengetahuinya bahwa kualitas sekolah tersebut semakin menurun. Dari
berbagai informasi media, banyaknya orangtua yang menarik anaknya dari sekolah
itu, tentu suatu hal yang tidak perlu dirahasiakan lagi. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk menjaring saran dan keterlibatan para alumni
sekarang ini amat mudah dilakukan. Jejaring sosial yang banyak digandrungi
orang dapat menjadi salah satu alternatif untuk membangun komunikasi dengan
para alumni. Tetapi untuk menjaga privasi sekolah, tetap saja model grup
tertutup yang dianjurkan untuk digunakan.
4. Meningkatkan upaya untuk menjamin keamanan, keselamatan
dan visi yang jelas untuk masa depan para peserta didik. Dari upaya ini akan
mengembalikan kepercayaan para orang tua sehingga “turn over” dapat dihindari. ‘Turn
over’ yang tinggi juga terjadi di perusahaan-perusahaan besar dan salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya jaminan keamanan untuk masa depan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek
atau suatu spekulasi bisnis.
2.
Faktor-faktor analisis SWOT ada empat
yaitu kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats).
3.
Analisis SWOT dipakai untuk: menganalisis kondisi diri dan
lingkungan pribadi, menganalisis
kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga, menganalisis kondisi internal
perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan, mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita, mengetahui posisi sebuah lembaga
diantara lembaga-lembaga lain, dan mengetahui
kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para
pesaingnya.
4.
Analisis SWOT dalam program sekolah
dapat dilakukan dengan melakukan matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel
daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam penyelenggaraan program
sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan
kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi WO (memperbaiki kelemahan dan
mengambil manfaat dari peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan
menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi kelemahan dan menghindari
ancaman).
5.
Analisis SWOT sangat penting
perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan karena analisis dan gambaran yang
diberikan merupakan tolok ukur dalam mengembangkan lembaga/satuan pendidikan
lebih lanjut. Setelah analisis, perlu dirumuskan visi,misi, tujuan, dan program
kerja yang lebih konkret untuk memperbaiki program sebelumnya.
B.
Saran
1.
Guru perlu memahami analisis SWOT secara
mendalam agar nantinya dapat melakukan analisis SWOT sebagai bentuk
dukungan/partisipasi terhadap program manajemen berbasis sekolah.
2.
Guru harus memperhatikan faktor-faktor
dalam analisis SWOT agar dapat memformulasikan analisis SWOT dengan baik dan
mencapai sasaran/tujuan yang diharapkan.
3.
Guru harus dapat memfungsikan analisis
SWOT sesuai kegunaannya dengan tepat.
4.
Guru harus dapat memahami hubungan dari
faktor-faktor SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman) agar dapat
memanfaatkan faktor-faktor kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan
menghindari ancaman.
5.
Guru harus dapat memahami contoh
aplikasi SWOT agar di kemudian hari dapat mengaplikasikan SWOT dalam program
manajemen berbasis sekolah.
mohon izin nya
BalasHapusSelain strategi pemasaran apakah ada yang lain?
BalasHapuspembahasannya sangat lengkap Kak, banyak membantu pembaca menambah informasi seputar wirausaha, terimakasih...
BalasHapusSoftware Kasir Laundry Gratis
http://tugasonlinemasakini.blogspot.com/
BalasHapusMakalah jaman now