Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan tidak hanya bertatap muka saja tapi bisa dengan cara apapun yang di dapat.

My Life is Adventure

Petualang merupakan cara menikmati keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, Petualang tak harus tempat yang mewah hutan, pantai, air terjun merupakan keindahan yang tak tertandingi.

Disiplin Berani dan Setia

Disiplin waktu, peraturan, Berani mengambil resiko tapi harus terukur, dan Setia.

Anak adalah Generasi Emas

Anak adalah generasi emas yang harus di didik dengan keteladan supaya terbentuk moral dan mental yang baik.

................

Semangat.

Kamis, 18 April 2024

Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

 Tujuan Pembelajaran Khusus:


Pada tahapan Demonstrasi Kontekstual, CGP diharapkan mampu menjalankan langkah-langkah B (Buat Pertanyaan) & A (Ambil Pelajaran) sesuai dengan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang sebelumnya telah dirancang. CGP bertanggung jawab untuk mendokumentasikan pelaksanaan tahapan tersebut. 


Pertanyaan pemantik 

1. Bagaimana saya dapat mengimplementasikan rencana program yang telah dirancang ke dalam tindakan nyata? 

2. Apa langkah-langkah yang dapat saya ambil untuk mewujudkannya?

Jawaban saya

Untuk mewujudkan rencana program ke dalam tindakan nyata, saya akan melakukan identifikasi tindakan yang diperlukan, buat rencana tindakan terinci dengan target dan tanggung jawab, alokasikan sumber daya seperti tenaga kerja dan biaya, dan pantau serta kendalikan proses. Evaluasi setelah selesai akan menentukan keberhasilan rencana. 


Misalnya, dalam pengembangan aplikasi, tentukan langkah-langkah, buat jadwal dan alokasi sumber daya, lakukan pengawasan ketat, dan evaluasi hasil akhir. Langkah-langkah ini menjadi panduan untuk menerapkan rencana program secara efektif ke dalam tindakan nyata.


Judul Program 

ONE DAY ONE PROGRAM & BREAK MUSIC 
(satu hari satu program dan musik ketika istirahat)
 dengan 

Visi MASTER (Mandiri, Santun, Taqwa, dan Cerdas)

A. FACT

1. Latar Belakang

- Tingkat kemandirian siswa dalam hal berpikir kritis yang masih kurang 

- Pembiasaan yang mewujudkan sikap santun belum ada

- Kecerdasan siswa yang beragam dapat diarahkan sesuai minat dan bakat 

-  Melakukan sesi berbagi bersama murid untuk saling melengkapi daftar harapan dan evaluasi dari pelaksanaan Kamis berprestasi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi murid

2. Tujuan program

- Mewujudkan sikap yang mandiri

- Mewujudkan siswa yang Santun

- Mewujudkan siswa yang bertaqwa

- Mewujudkan siswa yang cerdas


3. Tahapan Bagja

a. Buat Pertanyaan

Guru menanyakan kepada siswa pembelajaran yang dapat meningkatkan kemandirian, kolaborasi dan kreatifitas siswa yang berbasis lingkungan seperti apa yang diharapkan?

b. Ambil Pelajaran

Mengidentifikasi lingkungan sekitar siswa yang dapat meningkatkan kompetensi siswa.

c. Gali Mimpi

Pembelajaran bermakna dengan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar akan dapat meningkatkan kompetensi siswa serta peran serta masyarakat dan orang tua.

d. Jabarkan Rencana

Berkoodinasi dengan Kepala sekolah, rekan guru serta masyarakat sekitar dilanjutkan sosialisasi kepada wali siswa dan kepada siswa sasaran.

e. Atur Eksekusi

1) Membuat tim dan penangung jawab program

2) Melakukan Manajemen Risiko

3) Melakukan Monitoring dan evaluasi

4) Membuat laporan

3. Hasil Aksi Nyata

Program One Day One Program dilakukan dalam rentang waktu setiap hari. Kegiatan diawali dengan koordinasi dan penyampaian program kepada Kepala Sekolah dan rekan guru. Kegiatan selanjutnya mengundang wali siswa sebagai bentuk sosialisasi kegiatan yang dilanjutkan pemetaan kelompok siswa serta penyampaian program.

Kegiatan ini dilakukan kelas 1-6 di SD Negeri 3 Girigondo

B. Feeling (Perasaan)

Perasaan saya Ketika melakukan aksinyata Program yang berdampak pada siswa dengan topik One Day One Program penulis merasa tertantang dan ada pula rasa khawatir program tidak berjalan sesuai apa yang direncanakan. Lingkungan di sekitar sekolah dan siswa sangatlah menopang proses pembelajaran nyata yang natinya dapat membangun fondasi Pendidikan anak. Karena program ini membutuhkan banyak pihak yang terkait untuk mensukseskan jalannya program.

Program yang dijalankan kurang lebih selama 4 minggu ini ternyata setelah dilaksanakan mendapat hasil yang memuaskan karena pada awal ada rasa was-was dan khawatir namun pada prosesnya semua pihak dapat mendukung program yang direncanakan.

C. Findings (Pembelajaran)

Pembelajaran yang saya dapat dari program Belajar dari lingkungan sekitar siswa yaitu saya semakin sadar bahwa lingkungan berperan penting dalam proses pembelajaran siswa baik secara langsung maupun tidak langsung, kemampuan saya berkoordinasi dengan Kepala sekolah rekan guru dan stake holder terkait mulai meningkat sehingga ada rasa percaya diri untuk mengaktualisasi apa yang menjadi program bagi murid. Setiap program yang dilaksanakan menggunakan alur BAGJA dan melaksankan MELR (Monitoring, Evaluasi, Learning dan Reporting) Serta menerapkan Manajemen Resiko dalam setiap program yang dilaksankan.

D. Future (Penerapan ke depan)

Beberapa rencana kegiatan yang akan diterapkan kedepan agar program yang dilaksanakan dapat diterapkan di kegaitan yang lain ataupun sebagai tambahan pengalaman bagi penulis yakni :

1. One Day One Program yang dilaksanakan kelas atas (1-6) akan sekolah kami rencanakan dan terapkan di seluruh kelas yang ada.

2. Kegiatan yang dilakukan akan semakin optimal jika menggunakan rentang waktu minimal satu semester dikarenakan menyesuaikan tema/sub tema yang ada di setiap kelasnya.

3. Kegiatan ini akan berjalan berkelanjutan dengan menerapkan Monitoring dan Evaluasi yang beriringan karena sumber belajar lingkungan siswa sangatlah mendukung proses pembelajaran siswa.


E. Dokumentasi Kegiatan (Pada link https://www.youtube.com/watch?v=rI-wR8vT9IE)

1. Koordinasi Program Belisa

2. Sosialisasi Program Belisa

3. Kegiatan Belisa




Selasa, 16 April 2024

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Lokakarya 6

 Jurnal Refleksi dwi mingguan dalam jurnal yang ditulis dari kegiatan lokakarya ke 6


dengan menggunakan Refleksi Model 4-F yaitu  Fact, feeling, finding dan future.

1. Fact ( Peristiwa)

Sebelum kegiatan lokakarya, PP pak Yosef Rizal Susanto menginformasikan hal- hal yang perlu dipersiapkan diantaranya : 

a. Lembar Umpan Balik

b. Rencana Kerja Pengembangan Sekolah

Kegiatan di kelas, untuk kelas kami dihadiri 3 PP dengan kelompok berbeda. Kegiatan dimulai menyampaika tujuan, agenda dan kesepakatan kelas yang dijelaskan Jam 09.00 materi visualisasikan  tujuan program sekolah, tahap ini semua CGP diminta menggambar dalam kertas plano tentang sekolah yang diidam- idamkan atau yang dicita-citakan . Setelah selesai diakhiri dengan berbagi dengan rekan CGP tentang tujuan yang dibuatnya sebelum. 

Untuk tahap pertama saya merasa lebih memahami apa tujuan dari PGP itu sendiri, ternyata diawali dengan cita/visi sekolah yang ideal/yang di inginkan dilanjutkan dengan merancang sebuah program untuk mencapai visi/cita-cita sekolah. Visualisasi program tersebut mendapat umpan balik dari rekan banyak yang mengapreasiasi visualisasi program yang saya buat dan juga masukan dari rekan yang tujuanya untuk memperkuat visualisasi sekolah yang diidam-idamkan tersebut.


Setelah istirihat dilanjutkan dengan membuat rencana pengembangan sekolah dan diakhiri umpan balik dari rekan. Dalam kegiatan penyusunan rencana pengembangan sekolah sebelum sudah saya persiapkan dari rumah, dengan nama program "One Day One Program" yang merupakan kegiatan setiap hari ada progrma untuk siswa kelas I-VI. Rencana program disusun dengan waktu 50 menit, kemudian hasil rencana dibagikan kepada rekan CGP untuk diberikan umpan balik. 

Waktu menunjukan pukul 11.45 wib yang merupakan waktu istirahat untuk melaksanakan solat duhur. Sesi ke 3 dilanjutkan dengan materi " Dimana saya sekarang, materi ini membahas bagaimana CGP memgenali kekuatan dirinya, Ambil pelajaran dan lakukan perbaikan. Kegiatan tersebut merupakan dasar mengembangkan program pengembagan sekolah. Setiap tahapan diakhiri dengan umpan balik dari rekan.

Kegiatan akhir sebagai penutup setiap CGP mengukapkan pelajaran apa yang diperoleh pada lokakarya 6 ini. setiap hal dicatat dalam stik note ditempel di papan plano. dan 2 orang perwakilan mempresentasikan di depan rekan yang lain. 


2. Feeling ( Perasaan ) 

Perasaan saya setelah mengikuti kegiatan lokakarya 6 merasa senang dan semangat, karena dengan lokakarya program yang kita rancang tentu perlu umpan balik dan masukan dari rekan agar perencanaan menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan mendapat masukan dari rekan saya jadi merasa yakin dan semangat untuk bisa melaksanakan program"One Day One Program" di sekolah. Lokakarya 6 juga memantapkan pemahaman menjadi lebih yakin ketika menyusun pengembangan sekolah yang dulu di lokakarya awal belum paham tentang rencana pengembagan sekolah. Kepercayaan diri bertambah ketika CGP dilatih mengidentifikasi kekuatan diri, dan hal yang perlu di kuatkan, kemudian bagaimana menyusun pengembangan diri menjadi guru yang profesional. 


3. Finding ( Pembelajaran )

beberapa pengetahuan yang diperoleh setelah lokakarya 6 ini diantaranya :

a. Dimulai kemampuan CGP dalam memvisualisasikan tujuan program sekolah yang ideal.

b. Membuat Rencana Pengembangan sekolah, dimulai dari visualisasi tujuan ditindaklanjuti dengan rencana program pengembangan sekolah

c. Belajar cara memahami atau mengidentifikasi potensi diri, setelah mampu mengidentifikasi diri maka CGP harus mampu mengambil pelajaran utuk kemudian membuat rencana perbaikan berikutnya. Dari perbaikan tersebut CGP akan merencanakan penguatan kompetensi yang telah dimiliki. 

d. CGP berlatih melakukan refleksi, umpan balik dan tindak lanjut dalam setiap akhir kegiatan

Diakhir kegiatan Lokakarya, saya diminta PP ke depan untuk menceritakan apa yang telah dipelajari diakhir kegiatan, diantaranye tentang mengenali kekuatan diri, rencana perbaikan tindak lanjut tentu hal tersebut membantu saya lebih mengeksplor apa yang telah di pelajari setelah lokakarya 6. 


4. Future

Setelah lokakarya ini, saya jadi paham bagaimana mengenali kekuatan diri. Kemampuan tersebut tentu berguna ketika akan merancang sesuatu kegiatan yang berdampak pada murid. karena dengan hal ini guru akan mengantisipasi kendala apa saja yang mungkin akan terjadi dan bagaimana cara perbaikanya yang disertai tindak lanjut kedepanya. Kemudian ketika menyusun rancangan program sekolah tentu saya akan berkolaborasi dengan modal/aset sekolah yang telah teridentifikasi sebelumnya, hal ini penting agar program yang berdampak memperoleh dukungan dari semua unsur. Kemudian perencanaan program pengembangan sekolah juga perlu mengembangkan kepemimpinan murid dari mulai suara, pilihan dan kepemilikan, hal tersebut tentu akan menjadikan program mendapat dukungan penuh dari murid.



Selasa, 12 Maret 2024

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berpihak Pada Murid

Filosofi pendidikan menurut KHD (Ki Hadjar Dewantara) adalah  menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Untuk mewujudkan hal itu dalam mendidik siswa, guru berorientasi pada terwujudnya profil pelajar pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, seperti dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Demi terwujudnya profil pelajar pancasila, guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berpihak pada murid, salah satunya dengan memberi kesempatan murid untuk mengemukakan pendapat. Kemudian memberi kebebasan membangun sendiri pengetahuannya, tidak selalu mengikuti keinginan gurunya. Inilah perwujudan dari merdeka belajar.

Modul 3.3 Pengelolaan Program Sekolah yang Berdampak pada Murid

Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari pembelajaran modul 3, diantaranya adalah perubahan paradigma pengambilan keputusan dari pendekatan berbasis masalah (defisit based) sekarang bergeser kepada pendekatan berbasis aset. Suatu komunitas pendidikan harus optimis mengelola sumber daya dan aset yang dimiliki sebaga suatu kekuatan / potensi sekolah. Masalah atau kekurangan yang dimiliki oleh suatu sekolah tidak lagi menjadi hambatan untuk memajukan pendidikan dan mewujudkan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada murid.

~ Hubungan pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid

Pemetaan aset atau sumber daya yang ada di sekolah, baik sumber data fisik maupun non fisik sangat penting untuk mengoptimalkan keterlaksanaan sebuah program yang berdampak pada murid. Setelah pemetaan dilakukan, langkah berikutnya adalah mendayagunakan potensi sekolah sesuai tujuan untuk mewujudkan merdeka belajar dan terciptanya profil pelajar pancasila dan budaya positif di sekolah.

~ Kaitan antar materi

Pengelolaan program sekolah jelas harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu mendesaian perencanaan dan pengelolaan program sekolah secara cermat dan tepat.

Modul 3.3 adalah modul penghujung dari serangkaian modul dalam Diklat calon guru penggerak. Modul 3.3 mengajak saya untuk kembali mereview kegiatan dan rutinitas yang saya lakukan dalam menjalani pengabdian dan peran menjadi seorang guru.

Modul 1.1 mengenai filosofi Ki Hajar Dewantara, bahwa guru mempunyai peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai individu masyarakat. Adapun dalam mengelola program sekolah yang berdampak pada murid hendaknya melibatkan murid dan memperhatikan pengembangan potensi atau kodrat murid. Dalam modul ini juga dibahas bahwa murid adalah pribadi yang unik dan utuh, sehingga guru sebaiknya dapat menuntun murid sesuai dengan kodratnya.

Modul 1.2 mengenai nilai dan peran guru penggerak. Adapun nilai-nilai dari seorang guru penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan profil pelajar pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

Modul 1.3, Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

Modul 1.4, tentang budaya positif, berupa lingkungan yang mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

Modul 2.1, pada modul ini seorang guru penggerak dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan pelayanan terbaik yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. 

Modul 2.2, Pada modul ini, seorang guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Tehnik mindfullness menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

Modul 2.3, tentang coaching yang merupakan sebuah tehnik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

Modul 3.1, sebagai seorang pemimpin pembelajaran, seorang guru harus dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip serta paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten , terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

Modul 3.2 Membahas tentang pengelolaan sumber daya, bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah. Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

Modul 3.3 yaitu yaitu tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid. Ada 7 aset atau modal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sekolah, yaitu : Modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, modal agama dan budaya. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan 7 aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan pembelajaran di sekolah.

Semua modal aset yang dimiliki sekolah difokuskan untuk menyusun program yang berdampak pada murid, misalnya program LIERASI SEKOLAH. Program disusun menggunakan alur BAGJA. Setelah program tersusun maka dilaksnakan, dan dievaluasi. Dari pelaksanaan sampai dengan evaluasi hendaknya melibatkan murid. Jadi, baik secara langsung ataupun tidak, program yang disusun ini memberikan dampak bagi murid. 

Senin, 11 Maret 2024

Jurnal Refleksi Modul 3.3: Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Siswa

Pada penulisan refleksi dwi mingguan kali ini tentang Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Bagi Murid,  saya menuliskan jurnal dengan model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Ada empat bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini.

1. Fact (Peristiwa)

Modul 3.3 merupakan modul terakhir dari kegiatan pendidikan dan pelatihan calon guru penggerak Angkatan 9 ini. Sama seperti modul sebelumnya, kegiatan pembelajaran pada materi modul 3.3 ini juga dilakukan dalam waktu dua minggu. Kegiatan ini dimulai pada tanggal 29 Feruari 2024. Modul 3.3 berisikan materi tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid. Setelah mempelajari modul ini saya berusaha untuk mempelajari, memahami dan melaksanakan materi modul 3.3 ini dengan maksimal dan berusaha memberikan yang terbaik. Meskipun demikian dalam 3.3 ini masih terdapat beberapa materi masih belum saya mengerti dan pahami, terutama tentang lingkungan yang mendukung tumbuh kembangnya murid di sekolah saya. 

Pada saat ruang kolaborasi, saya berusaha mendengarkan dengan focus dan berusaha untuk menggali informasi dengan fasilitator yaitu bapak Ngadimin serta dengan teman-teman CGP lainnya dari Purworejo melalui tanya jawab.  Saat sesi ruang kolaborasi kedua, kami dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan kepemilikan. Saya satu kelompok dengan Muchalim dan Dwi. Saat masuk alur demonstrasi kontekstual tanggal 7-8 Maret 2024, kami diminta untuk membuat sebuah program secara individu. Program ini nantinya yang akan dipraktikkan dalam aksi nyata di akhir modul 3.3.

Hambatan yang saya alami dalam mempelajari modul 3.3 ini antara lain, saya masih belum  memahami materi karena menggunakan bahasa yang baru. Namun setelah mendapatkan penguatan dari fasilitator dan instruktur, saya dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan rekan-rekan CGP Angkatan 9 yang ada di sekolah saya untuk memperkuat pengetahuan saya mengenai materi di modul 3.3 ini.


2. Feeling (Perasaan)

Selama saya mempelajari modul 3.3., saya merasakan perasaan yang semangat dan senang. Saya bersemangat karena di modul 3.3. saya belajar mengenai kepemimpinan murid, suara, pilihan, dan kepemilikan, lingkungan yang menumbuhkan suara, pilihan, dan kepemilikan, dan peran komunitas dalam mewujudkan lingkungan belajar.  Saya juga merasa tertantang dengan tugas yang ada di modul 3.3. ini karena saya harus membuat sebuah program yang berpihak kepada siswa.


3. Findings (Pembelajaran)

Di Modul 3.3. saya menjadi paham tentang program yang berdampak positif pada murid. Ternyata, program yang dirancang untuk dilaksanakan siswa adalah program yang memperhatikan aspek suara, pilihan, dan kepemilikan siswa. Tujuan utamanya adalah tentu untuk mewujudkan kepemimpinan murid atau student agency. Program juga harus dirancang dengan memperhatikan profil pelajar Pancasila. Tidak hanya itu, program juga disesuaikan dan memperhatikan lingkungan yang mendukung siswa dalam


4. Future (Penerapan)

Rencana kedepannya yang akan saya lakukan adalah saya akan melakukan kolaborasi dengan rekan dan murid-murid saya di sekolah, berbagi ilmu dan secara bersama-sama untuk merancang program atau kegiatan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid dengan mendengarkan suara (voice) dan pilihan (choice) mereka. Sehingga program tersebut dapat berdampak bagi murid dan menumbuhkan rasa memiliki pada diri murid terhadap apa yang sudah dirancang secara bersama-sama.


Minggu, 10 Maret 2024

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid "Kamis Berprestasi"

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.3 merupakan salah satu materi yang terdapat dalam program Pendidikan Guru Penggerak. Peserta pendidikan guru penggerak bisa menyimak artikel ini untuk membantu dalam memahami materi. 

Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program/kegiatan yang memanfaatkan model manajemen perubahan BAGJA.

Dasar Filosofi Ki Hajar Dewantara: Dasar filosofi KHD adalah pendidikan dibutuhkan bagi kehidupan bermasyarakat dan tujuan pendidikan untuk memerdekakan manusia sebagai anggota persatuan (rakyat)

Poin atau Komponen Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan:

1. Mandiri

Program Kamis Berprestasi, menumbuhkembangkan kepemimpinan murid yang mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab atas kegiatan yang dia pilih

2. Bernalar Kritis

Program Kamis Berprestasi menumbuhkembangkan kepemimpinan murid, guru akan mendorong murid mengembangkan cara berpikir yang sistematik terbuka dan kritis

3. Kritis

Kalau mau kembangkan kreativitas sehingga murid mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal bermakna dan berdampak

Karakteristik Lingkungan Pendidikan Tumbuhnya Kepemimpinan Murid yang Akan Dikembangkan :

1. Lingkungan yang membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan akademik dan non akademik

2. Lingkungan yang memungkinkan murid berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mandiri

Prakarsa Perubahan

Menumbuhkan keterampilan murid untuk mencapai tujuan akademik dan non akademik sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri melalui Kamis Berprestasi

Perumusan Strategi Pelaksanaan Program

Perumusan Strategi Pelaksanaan Program

Menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif atau IA melalui BAGJA

Tahapan BAGJA

BAGJA, singkatan dari lima tahapan kunci dalam metode inkuiri apresiatif pada program guru penggerak, mencakup langkah-langkah (1) Buat pertanyaan, (2) Ambil pelajaran, (3) Gali mimpi, (4) Jabarkan rencana, dan (5) Atur eksekusi. 







Rencana Pelibatan Murid (Voice, Choice, Ownership)

Melakukan sesi diskusi atau curah pendapat bersama murid untuk mengetahui program literasi yang sudah berjalan selama ini

Melakukan curah pendapat mengenai hal apa saja yang dapat menarik minat mereka tentang literasi selama ini

Mengajak rekan guru dan murid membuat daftar harapan dan evaluasi mengenai perubahan yang akan terjadi dari merasakan sebelum dan sesudah Kamis Berprestasi dilakukan.

- Memajangnya di depan kelas masing-masing

Melakukan sesi berbagi bersama murid untuk saling melengkapi daftar harapan dan evaluasi dari pelaksanaan Kamis berprestasi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi murid

Mendiskusikan jadwal dan teknis pelaksanaan program Kamis Berprestasi diantaranya menghias pojok baca, jadwal membaca buku, refleksi literasi dengan cara menyampaikan kembali isi buku yang telah dibaca

Membentuk komite kelas, terkait kepengurusan program ini yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan penanggung jawab karya untuk kelas 3 sampai kelas 6 sedangkan kelas 1 dan 2 perlu bimbingan guru kelas. 

Mengkoordinasikan pembagian tugas dalam kepengurusan komite kelas, ketua sebagai controlling target pembaca murid di kelasnya, sekretaris sebagai pencatat buku yang sedang dibaca dalam satu minggu, dan penanggung jawab karya sebagai pengatur mading dan portofolio hasil resume buku di kelas

Asset/Kekuatan Sumber Daya

- Modal manusia terdiri dari murid-murid, rekan guru, dan kepala sekolah

Modal fisik yaitu ruang kelas, buku bacaan, dan sosial media sekolah

Modal politik yaitu kebijakan sekolah


Senin, 04 Maret 2024

Refleksi: Kepemimpinan Murid dan Profil Pelajar Pancasila

 Tujuan Pembelajaran Khusus: Melalui kegiatan membaca, diskusi, dan refleksi, CGP dapat mengkonstruksi pemahaman mereka tentang: 

- kepemimpinan murid (students agency) dan kaitannya dengan Profil Pelajar Pancasila.

- suara (voice), pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid dalam konsep kepemimpinan murid.

- lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid.

- pentingnya melibatkan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.


Setelah membaca beberapa situasi yang dideskripsikan di atas, lakukan refleksi dengan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  1. Jenis Kegiatan atau program apakah yang dideskripsikan tersebut (Apakah intrakurikuler, ko-kurikuler, atau ekstrakurikuler)?

Jawaban : 

  1. Situasi 1 : Kokurikuler

  2. Situasi 2 : Kokurikuler 

  3. Situasi 3 : Kokurikuler 

  4. Situasi 4 : Ekstrakurikuler   

  5. Situasi 5 : Kokurikuler 

  6. Situasi 6 : Ekstrakurikuler 

  7. Situasi 7 : Kokurikuler 

  8. Situasi 8 : Kokurikuler

  9. Situasi 9 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler

  10. Situasi 10 : Intrakurikuler, Kokurikuler dan Ekstrakurikuler


  1. Dalam setiap situasi, identifikasilah dibagian mana dan bagaimana guru mencoba mempertimbangkan ‘suara’; ‘pilihan’; dan ‘kepemilikan’ murid untuk mendorong tumbuhnya kepemimpinan murid.  Jelaskan jawaban Ibu/Bapak.

Jawaban :

  1. Situasi 1 : Suara. Dari hasil diskusi, Pak Segar tidak hanya mendapatkan ide tentang kebun seperti apa yang diinginkan oleh anak-anak, namun, anak-anak ternyata juga dapat mengusulkan bagaimana mereka dapat membantu mewujudkan kebun tersebut. Ada murid yang mengatakan akan membawa biji pepaya yang biasa ia makan di rumah untuk di tanam di kebun itu. Ide ini kemudian diikuti oleh anak-anak lain yang juga ingin membawa potongan jenis-jenis sayuran yang dapat ditanam kembali dari sisa potongan sayuran yang mereka konsumsi di rumah

  2. Situasi 2 : Kepemilikan. Bu Ara meminta murid-muridnya untuk bekerja kelompok merancang layout kelas. Setiap kelompok diberikan selembar kertas dan mendiskusikan lalu memutuskan di mana mereka akan meletakkan loker, kursi, meja, tempat sampah, keranjang buku, lemari buku, meja guru, dan sebagainya. Karena murid-murid kelas 1 belum semuanya bisa menulis, maka mereka boleh menggambar. Setelah itu setiap kelompok akan menjelaskan layout kelas kelompok mereka di depan kelas. Murid-murid lain dapat memberikan pertanyaan tentang layout tersebut. Setelah semua kelompok melakukan presentasi, mereka kemudian harus memutuskan layout mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan. Setelah dilakukan pemilihan, terpilihlah satu layout yang paling ingin diimplementasikan oleh murid-murid di kelas tersebut. 

  3. Situasi 3 : Suara dan Pilihan. SMP Matahari yang akan melakukan kegiatan tahunan yaitu studi wisata. Pak Atap, salah satu guru SMP Matahari yang mengajak beberapa perwakilan guru dan murid untuk membentuk dewan komite studi wisata. Mereka diberikan kesempatan untuk memilih destinasi seperti apa yang menarik yang dapat membantu murid mencapai tujuan yang diharapkan dari studi wisata tersebut. Pak Atap menjelaskan kriteria destinasi wisata yang aman dan memungkinkan untuk dikunjungi dan juga menjelaskan tentang kemungkinan keterbatasan anggaran, agar murid-murid lebih mindful saat memilih destinasi ini. Murid-murid kemudian memutuskan melakukan riset dan juga meminta pendapat teman-teman kelasnya. Melalui proses ini, Pak Atap jadi mengetahui tentang apa yang disukai oleh murid-murid kelas 9 ini. Setelah diberi waktu melakukan riset, perwakilan murid ini menyortir 3 pilihan destinasi yang menurut kelas mereka sesuai dengan kriteria.

  4. Situasi 4 : Pilihan. Pak Bahri seorang kepala sekolah, menanyakan kepada murid-murid terutama yang tergabung dalam OSIS untuk kegiatan ekstrakurikuler. Murid-murid memiliki banyak sekali gagasan yang luar biasa tentang ragam aktivitas yang dapat dilakukan. Namun, ada beberapa kegiatan yang disarankan yang sepertinya sulit untuk dilakukan, karena Pak Bahri merasa bahwa tidak ada guru yang memiliki keahlian untuk dapat mengajarkan kegiatan tersebut. Pak Bahri pun menyampaikan kesulitan tersebut kepada para anggota OSIS. Ternyata, murid-murid malah memberikan ide untuk meminta agar murid saja yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler tersebut. Mereka rupanya mengetahui ada salah satu teman mereka yang “ahli’ melakukan hal tersebut. Mereka mengatakan, guru cukup mensupervisi kegiatannya saja, tetapi murid yang memang memiliki keahlian tersebutlah yang akan mengajarkan teknik-tekniknya. Mereka juga bahkan mengajukan diri untuk membantu membujuk anak tersebut agar bersedia menjadi ‘guru’ untuk kegiatan ekstra kurikuler tersebut. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, mereka memutuskan untuk melakukan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ada kegiatan yang diajar oleh guru, dan untuk beberapa kegiatan yang tidak dapat diajarkan oleh guru, diajarkan oleh murid-murid dengan supervisi guru. Mereka lalu mendiskusikan jadwal, sumberdaya yang diperlukan, dan pengorganisasiannya. Dibantu oleh OSIS akhirnya kegiatan tersebut dipromosikan dan ternyata, animo murid untuk terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler tersebut sangat besar. 

  5. Situasi 5 : Pilihan. Sebuah SMK menjalankan pembelajaran terintegrasi berbasis proyek. Prosesnya diawali dengan, para murid terlebih dahulu memutuskan untuk menciptakan pakan ternak organik bagi peternakan ayam negri (broiler) di sekolahnya. Selama ini pakan yang digunakan adalah pakan jadi yang dibeli oleh sekolah. Para murid kemudian mencari, dan menguji coba berbagai sumber pakan organik di sekitar lingkungan mereka dan mengolahnya menjadi pakan ayam broiler. Akhirnya, mereka pun menemukan sumber pakan yang paling cocok dan ekonomis untuk skala produksi kala itu adalah cacing sutra yang diternak cukup banyak oleh masyarakat di sekitar sekolah. Setelah beberapa uji coba, mereka juga menemukan bahwa daging ayam broiler yang mengkonsumsi pakan dengan bahan utama cacing sutra memiliki massa daging lebih banyak dibanding yang mengkonsumsi pakan ternak biasa. 

  6. Situasi 6 : Suara dan Pilihan. Siswa SMK Jurusan TKJ yang mengusulkan ide adanya ekstrakurikuler yang bernama ITS (Information Technology Student).

  7. Situasi 7 : Pilihan. Bank SALAM yang membuka pasar tradisional senin legi. Pasar ini sebagai bentuk ruang ekspresi kebebasan bagi setiap warga belajar SALAM untuk bermain peran. 

  8. Situasi 8 : Suara. Pilihan dan Kepemilikan. Dari tayangan video yang menceritakan pengalaman pembelajaran yang didapatkan Alfonsina selama belajar di sekolah berbasis riset yaitu Sanggar Anak Alam (SALAM) Yogyakarta. Selama bersekolah disana, Alfonsia diberikan dorongan serta fasilitas untuk melakukan dan memilih sendiri sebuah riset perkembangan anak usia dini. Selama kegiatan ini, Alfonsia diberikan kesempatan untuk bertanya, memberikan pendapat, ataupun berdiskusi bersama mentor dalam berbagai kesempatan. Alfonsina juga diajak untuk memetakan target dirinya di masa kedepannya. Memproyeksikan mau jadi seperti apakah kedepannya kelak, pembelajaran apa yang sudah didapatkan dan targetnya sudah sampai dimana, tetap diajak untuk menghargai setiap proses target yang dicapai. Alfonsina tetap belajar untuk bertanggungjawab terhadap pencapaian targetnya. 

  9. Situasi 9 dan situasi 10 : Suara, Pilihan dan Kepemilikan. Pada tayangan video terakhir, menceritakan beberapa situasi sekolah yang merancang program atau kegiatan yang dapat membantu menyediakan kesempatan bagi murid untuk mewujudkan suara dan pilihan mereka. Sekolah ini juga membantu murid untuk belajar melihat dan merasakan dampak dari pilihan dan suara yang dibuatnya. Murid menjadi sebuah agen perubahan yang berguna bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungan masyarakatnya. Dan akhirnya, sekolah membantu mewujudkan kepemimpinan murid dan mendorong aspek suara, pilihan dan rasa memiliki.


  1. Dalam setiap situasi yang digambarkan di atas, apa dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikembangkan? Jelaskan jawaban Anda!

Jawaban :

Dalam setiap situasi yang digambarkan diatas, adalah upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujudkan sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya. Dimensi profil pelajar pancasila yang dikembangkan adalah: 

  1. Beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk mengamalkan nilai-nilai agama dan kepercayaannya dalam bentuk sikap-sikap dan tindakan atau perilaku positif. Murid-murid yang memiliki kepemimpinan yang kuat, akan menunjukkan akhlak yang baik terhadap dirinya pribadi, terhadap sesama, negara dan alam ciptaan-Nya.

  2. Berkebinekaan global. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan melatih muridmurid kita untuk memiliki pemikiran dan wawasan yang luas dan terbuka. Mereka akan terbiasa untuk melihat perbedaan, menghargai beragam perspektif sehingga diharapkan dapat hidup ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Mereka akan mampu beradaptasi dengan situasi dan perubahan yang dihadapinya, dan mampu menjadi pemecah masalah yang percaya diri dimanapun ia berada. 

  3. Bergotong-royong. Mendorong kepemimpinan murid akan melatih murid untuk terlibat dan berinteraksi dengan orang lain, bekerjasama dan berkontribusi dalam masyarakat yang lebih luas. Lewat interaksi ini, mereka akan memiliki keinginan untuk membantu orang lain yang membutuhkan, dan mampu berkolaborasi untuk melakukan tindakan demi kebermanfaatan dan kebahagiaan bersama.

  4. Mandiri. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid mendorong murid untuk mengambil kontrol dan bertanggung jawab pada proses pembelajarannya sendiri. Saat kita mendorong kepemimpinan murid, maka kita juga melatih kemampuan mereka untuk meregulasi diri sendiri.

  5. Bernalar kritis. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan mendorong murid untuk memiliki kemampuan bernalar kritis karena mereka akan belajar untuk membuat pilihan-pilihan dan membuat keputusan-keputusan yang bertanggung jawab. Mereka juga akan berlatih untuk mengembangkan keterampilan refleksi terhadap proses pembelajaran dan belajar dari berbagai situasi yang terjadi lewat interaksi mereka dengan komunitas yang lebih luas.

  6.  Kreatif. Menumbuhkembangkan kepemimpinan murid memungkinkan murid untuk terekspos pada pengalaman belajar otentik yang menuntut mereka untuk mampu melihat permasalahan dan secara kreatif berusaha mencari solusi atas permasalahan tersebut. Mendorong murid untuk bersuara berarti juga membuka ruang bagi sikap berani mengambil risiko, sehingga murid tidak takut untuk mengungkapkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran kreatif mereka